01

750 18 1
                                    

Menu

Gagakseta-2

MELESTARIKAN CERITA SILAT INDONESIA

STSD-01

SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH

(Lanjutan TADBM)

karya mbah_man

Padepokan “Sekar Keluwih” Sidoarjo

STSD Jilid 1

Bagian 1

Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak lima orang sedang duduk terpekur menunggu titah Ki Patih Mandaraka.

Tidak ada seorang pun yang berani membuka suara. Masing-masing sedang tenggelam dalam lamunan yang mengasyikkan. Berbagai kenangan telah hilir mudik dalam benak mereka. Satu-persatu kenangan itu bagaikan air hujan yang turun membasahi bukit-bukit berbatu. Mengalir di sela-sela bebatuan susul menyusul saling berebut hingga akhirnya sampailah air itu di kaki bukit kenangan mereka.

“Ki Rangga,” tiba-tiba terdengar Ki Patih berkata membuyarkan lamunan mereka, “Bagaimanakah rencana Ki Rangga selanjutnya sehubungan dengan lolosnya orang yang menyebut dirinya Pangeran Ranapati itu.”

Ki Rangga Agung Sedayu beringsut setapak ke depan sambil menyembah. Jawabnya kemudian, “Ampun Ki Patih. Pangeran Ranapati telah lolos dari medan pertempuran lemah Cengkar karena ditolong oleh Gurunya, Ki Singawana Sepuh. Menurut perkiraan hamba, mereka kemungkinan besar telah pulang ke Kademangan Cepaga. Hamba mempunyai rencana untuk menyusul mereka.”

Untuk beberapa saat Ki Patih termenung. Ingatannya kembali ke masa puluhan tahun yang silam ketika seorang pemuda yang bernama Jaka Suta bersama Pamannya singgah di padepokan Selagilang, di lereng utara gunung Merapi.

Sejenak suasana kembali sepi. Ki Patih sedang terbawa kenangan sewaktu Panembahan Senapati masih muda dan lebih dikenal dengan nama Raden Sutawijaya.

“Tugas untuk melacak keberadaan pangeran Ranapati itu masih tetap berada di pundakmu, Ki Rangga,” berkata Ki Patih kemudian memecah kesunyian, “Namun yang perlu engkau waspadai, Ki Ageng Selagilang atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Singawana Sepuh, tentu akan melindungi orang yang sudah dianggap seperti cucunya sendiri itu. Ki Ageng Selagilang mempunyai ketinggian ilmu yang tak terukur. Engkau harus benar-benar siap lahir maupun batin jika ingin berurusan dengannya lagi,” Ki Patih berhenti sejenak. Setelah menarik nafas panjang Ki Patih melanjutkan, “Tidak menutup kemungkinan jika Ranapati masih dapat bertahan dan selamat, dia akan menyusun kekuatan lagi dengan mempengaruhi dan bergabung dengan para Adipati di pesisir yang sekarang ditengarai sedang bergolak.”

Ki Rangga tidak menjawab. Hanya kepalanya saja yang tampak terangguk dalam-dalam.

“Nah, Ki Rangga. Untuk sementara persoalan Ranapati itu kita kesampingkan dulu sambil menunggu perkembangan dari para petugas sandi. Mereka telah disebar untuk memantau keberadaan Ranapati.”

Mereka yang hadir di ruang dalam Kepatihan itu hanya dapat mengangguk-angguk tanpa mengucapkan sepatah katapun.

“Sekarang aku akan menyampaikan sesuatu hal tentang Kademangan Sangkal Putung,” berkata Ki Patih kemudian sambil membetulkan letak duduknya.

Ki Rangga yang mendengar Kademangan Sangkal Putung disebut, tanpa sadar telah mengangkat wajahnya. Namun begitu disadari Ki Patih sedang memandang ke arahnya, dengan cepat segera ditundukkan kembali wajahnya.

SEJENGKAL TANAH SETETES DARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang