1. Violin Arta Ghea

442 49 10
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan memaksa saya menuruti keinginan anda, kalau hal itu tidak membuat saya bahagia.

~Violin Arta Ghea~


🍁🍁🍁

Pendiam, dingin, tatapan tajam menusuk, itulah Violin Arta Ghea. Gadis yang kerap disapa Vio itu adalah anak dari pasangan Angga Wijaya dan Risa Hariyani. Gadis penyendiri, dengan banyak sisi misteriusnya. Tidak ada yang berani mendekati gadis itu. Sangat mengerikan, teman sekolah maupun Guru tidak ada yang berani mengusiknya. Dibalik itu semua ada banyak kisah kelam yang dia sembunyikan.

Disinilah dia sekarang mengurung diri di dalam kamar, menutup telinga dengan air mata yang terus mengalir. Terdengar teriakan dari luar ruangan kamarnya.

"Kamu itu, sebagai istri harusnya diam di rumah, ngurus anak sama rumah! Bukan kerja sampai lupa waktu gitu." Teriak laki-laki yang tengah duduk di ruang makan rumahnya. "Itu juga karena kamu nggak becus ngurus anak, Vio jadi salah pergaulan!"

"Kamu nyalahin aku mas? Kamu nggak sadar itu semua karena kamu juga? Kamu yang selalu mentingin kerjaan kamu. Vio kaya gitu karena kamu terlalu mengekang kemauan dia." Wanita paruh baya dengan pakaian yang terlihat glamor itu berdiri, menghadap sang suami.

"Aku kayak gitu biar dia nggak salah gaul. Aku mau Vio yang menggantikan aku di perusahaan nanti!" Selalu seperti itu.

Vio dituntut untuk belajar, untuk meneruskan perusahaan sang ayah. Sedari kecil Vio belajar tentang huruf dan angka sendiri, orang tuanya tidak pernah mengajarnya. Bahkan Vio pernah meninta sang ayah untuk mencarikan guru privat, tapi ayah-nya menolak. Belajar huruf dan angka sendirian membuat Vio tertekan, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Hanya siksaan dan hinaan yang orang tuanya lakukan.

Sedangkan ibunya juga meminta dirinya untuk mengikuti jejaknya, Yaitu menjadi model. Melihat postur tubuh sang anak, yang tinggi dan modis, Risa berniat untuk Vio masuk ke dunia model. Itulah mengapa Vio sangat tidak suka berada di rumah. Dia selalu dituntut ini itu, padahal yang Vio mau hanya perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.

"Vio itu harusnya jadi model, ngikutin jejak aku, buk_" Belum sempat Risa menyelesaikan ucapannya, Risa melihat seseorang keluar dari ruangan.

"Vio sayang," Risa mendekati anaknnya, berniat untuk memeluk sang anak, Tapi tangannya ditepis kasar oleh sang anak. Risa hanya bisa menghela nafas melihat sikap Vio. Sungguh Vio sangat muak dengan drama ini. Vio melangkahkan kakinya meninggalkan dua orang itu.

"Mau kemana kamu?" Mendengar teriakan itu Vio memberhentikan langkahnya tanpa menjawab pertanyaan dari sang ayah.

"Mau keluyuran, bikin ulah di jalan, Iya?" Angga menjeda ucapannya, dia berdiri melangkah-kan kakinya mendekati sang anak.

PLAKKK!

Terdengar tamparan dari tangan Angga yang mendarat mulus di pipi sang anak. Vio mengusap pipinya, hanya senyum remeh yang vio tunjukkan. Sangat miris lagi, lagi dan lagi. Apakah ini yang disebut orang tua? Dengan teganya menampar anak sendiri.

"Bukannya belajar di rumah, ini kamu malah keluyuran nggak jelas. Kamu itu anak gadis satu-satunya yang akan meneruskan perusahaan papa. Tapi kamu malah buat ulah terus, Papa selalu tau ya, kamu di sekolahan juga selalu buat ulah kan? Bikin malu saja. "

Bolehkah Vio tertawa sekarang, apa yang papanya bilang? Belajar?. Ah ayolah, demi sang papa Vio selalu belajar bahkan dirinya menghafal abjad A-Z sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk orang tuanya. Tapi orang tuanya tidak pernah menghargai usahanya. Selalu keburukannya yang di nilai sang ayah. Bahkan prestasi Vio saja ayahnya tidak tahu.

"Ck. Belajar? Belajar anda bilang? Bahkan saya Juara satu saja anda tidak tahu. Ups...! lupa, bahkan anda saja tidak perduli dengan itu!" Vio tersenyum smirk, mengingat orang taunya selalu tidak hadir saat pengambilan reportnya. Bahkan mereka tidak tahu kalau Vio menjadi Juara paralel di sekolah.

"Udahlah nggak usah urusin Saya, urus saja pekerjaan anda."

Sungguh bukan ini yang Vio mau saat berhadapan dengan ke-dua orang tuanya. Tanpa memperdulikan orang tuanya itu, Vio melangkah pergi. Dengan mengendarai Motor sport kesayangannya, Vio mulai membelahi jalanan ibu kota yang nampak ramai hari ini. Sedangkan Angga hanya menghela nafas kasar. Sungguh anaknya sangat susah untuk diatur.

"Lihat itu hasil didikan kamu!" Ucap Risa kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar.

🍁🍁🍁

Ramai, itulah kondisi tempat Vio berada sekarang. Banyak sekali motor berjejer di pinggir jalan. Suara bising dan teriakan orang-orang seolah menjadi musik penghibur. Vio baru saja turun dari motornya. Di langkahkan kakinya menuju seseorang yang tengah duduk dikelilingi wanita dengan pakaian yang kurang bahan. Vio mendudukkan tubuhnya di salah satu bangku kosong di samping orang itu.

"Kenapa tuh muka, udah kaya pakaian belum di setrika aja. Kusut bener." Vio hanya menatap malas orang itu. Melihat tidak ada respon dari Vio, orang itu kembali mencoba membuka bicara.

"Gimana kalau lo hari ini ikut balapan? hitung-hitung buat melampiaskan amarah lo. Gue tau lo lagi ada masalah kan, dan itu masih dengan masalah yang sama." Ya! laki-laki itu sangat akrab dengan Vio. Dia adalah Mateo Devendra, laki-laki yang biasa di panggil Teo itu adalah sahabat Vio.

"Gue setuju sama Teo," Ucap seseorang yang baru saja datang. Orang itu mendudukkan tubuhnya tepat di samping Vio.

"Kali ini lawan lo bukan anak-anak yang biasa taruhan sama lo." Vio dan Teo saling bertatap sedetik kemudian mereka sama-sama mengalihkan atensinya kepada seseorang itu seolah meminta penjelasan. Rasa penasaran menyelimuti keduanya.

"Siapa?" Bukan Vio tetapi Teo yang bertanya.

"Gue baru dapet kabar dari anak-anak, kalo hari ini ada geng motor yang mau ngajak balapan." Sama halnya dengan Teo, orang itu juga sangat dekat dengan Vio. Dia adalah Reyhan Arya Mahendra atau yang kerap di sapa Rey itu juga merupakan sahabat Vio. Hanya mereka berdua yang mengerti tentang kehidupan Vio.

Mendengar penjelasan dari Rey, Teo hanya mengangguk mengerti. Sedangkan Vio masih dengan raut wajah yang sama, kusut dan datar.

"Jadi gimana, lo mau kan?" Teo kembali bertanya, mencoba meyakinkan Vio untuk ikut balapan. Vio hanya berdehem untuk menyetujui itu. Tak lama dari itu atensi mereka kembali teralihkan saat seseorang menghampiri mereka

"Bang mereka udah datang." Orang itu memberi laporan kepada Rey. Seakan paham dengan ucapan itu, Rey, Vio dan Teo saling pandang seolah memberi isyarat.

"Oke, bentar lagi gue keluar." laki-laki yang memberikan informasi itu keluar setelah mendapat jawaban dari Rey.

"Kita keluar sekarang." Teo dan Vio mengangguki ajakan Rey. Mereka keluar menyusul orang yang tadi memberitahukan bahwa geng motor itu sudah datang.

🍁🍁🍁



Cerita ke dua gue nih, bantu support lah.
Klik ikon bintang di bawah ⭐
Jangan lupa follow ig gue @nnd_sha_

20 Januari 2022
19 : 00

Still With Wounds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang