31. About Devan 1

52 10 12
                                    


°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°


🍁🍁🍁

2 Tahun sebelum tewasnya Devan

Tahun pelajaran baru, saat seorang laki-laki baru saja mendaftar sekolah menengah pertama, hidupnya biasa-biasa saja. Dia adalah Devan Gilangga Radisya. Rutinitas yang ia lakukan juga sama, belajar, belajar dan belajar. Itu terjadi saat ia masih kecil hingga saat ini ia duduk di bangku SMP. Sudah di bangku SMA ini, lambat laun ia bosan dengan aktivitas belajarnya, memuakkan. Semua hanya tuntutan bukan keinginan.

Selain belajar, hobi lain dari laki-laki ini adalah motor. Ah, ini hanya koleksi mainan, orang tuanya mana mungkin mau membelikan motor, yang benar saja! Dua orang tua itu hanya melakukan kewajibannya mengirim uang setiap bulan dan menututnya belajar.

Hingga akhirnya laki-laki ini berada di titik dimana ia ingin mendapatkan keinginannya. Ia mengambil buku tabungannya, ia lihat berapa sisa saldo uang tabungannya. Ternyata cukup banyak, ia lantas bergegas keluar kamar untuk pergi ke suatu tempat. Saat menuruni tangga, seseorang melihatnya keluar yang membuat langkahnya seketika terhenti.

"Jangan bilang siapa-siapa, gue mau pergi." Ucapnya pada orang itu.

"Lo mau kemana?" Kata gadis yang berdiri bingung dengan tingkah sang kakak.  "Lo nggak perlu tau!" Balas laki-laki itu.

Devan melangkah pergi meninggalkan gadis yang berusia empat belas tahunan itu. Ia akan mewujudkan mimpinya membeli motor. Ia menghentikan langkahnya sejenak kala gadis itu terus saja mengikutinya. "Jangan ikutin gue, Ghea!" Katanya pada gadis itu.

"Gue ikut bang, atau nggak gue laporin lo ke bokap kalau lo keluar rumah!" Devan berdecak sebal, adiknya ini memang sangat keras kepala. Mungkin ini sifat turunan dari sang ayah. Mau tak mau, Devan harus membawa gadis ini bersamanya. "Yaudah, ayo!"

Mereka berangkat menaiki angkutan umum, hingga sekitar satu jam-an mereka sampai di diler motor. Devan dan adiknya memasuki kator diler tersebut. Sang adik yang melihat tempat itu hanya menunjukan wajah bingung saja. Ia terus mengamati apa yang akan di lakukan Devan. Langah kaki kakaknya terus ia ikuti sampai seseorang mengahampiri mereka dan mengajak mereka melihat-lihat jenis-jenis motor.

Hingga sebuah motor keluaran terbaru jenis CBR 250RR berwarna merah menjadi pilihanya. "Berapa harga motor ini?" tanyanya pada petugas diler, "ini sekitar tujuh puluh jutaan mas." Sejenak Devan Nampak berpikir keras, sedangkan gadis bernama Ghea tadi menganga sempurna.

"Baiklah, saya akan bayar ini cash." Devan menyerahkan kartu ATM-nya dan membayar semua tanpa perduli sisa berapa uang di tabunganya. Ghea atau yang sebelumnya kita kenal dengan nama Vio, mendekat dan tanganya menarik baju yang di gunakan Devan. "Lo dapat uang dari mana? Tujuh puluh juta itu banyak bang?!" Tanyanya penasaran.

Still With Wounds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang