5. Menjemput Vio

128 28 1
                                    


°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°

Kalo lo mau gue kuat menjalani hidup, maka lo harus ada buat gue.
~Violin Arta Ghea~



🍁🍁🍁

Hari sudah berganti, waktu terus berlalu. Malam mulai terganti oleh pagi. Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Tapi sepagi ini seorang laki-laki sudah siap dengan seragam sekolahnya. Siapa lagi kalau bukan Arkan. Dia berniat untuk menjemput Vio hari ini. Dengan memanfaatkan Rey dan Teo, Arkan meminta alamat rumah Vio. Dan tanpa terbebani Teo malah memberikan alamat rumah Vio.

Arkan menuruni tangga rumahnya, berniat untuk ke garasi mengambil motor kesayangannya. Saat sampai di dapur, Arkan tersenyum manis melihat seseorang tengah menyibukkan diri di dapur.

"Pagi mah?" Arkan memeluk sang mama dari belakang, kemudian mencium pipi sang mama. Kania Rahardian mama dari Arkan masih ingat kan dengan dokter Kania? Ya itu adalah ibunda Arkan istri dari Mahardika Dewangga papa Arkan. Dika sang papa sudah meninggal enam tahun yang lalu saat Arkan masih duduk di bangku SD.

Sepeninggal sang papa, sifat dan perilaku Arkan berubah, dia akan dingin ke semua orang yang tidak dia kenal. Berbeda saat dia bersama dengan orang yang dia sayang, sifatnya akan berubah manja bahkan menjadi childish. Ok skip.

"Pagi sayang, tumben banget pagi-pagi udah rapi, mau kemana?" Kania mengernyitkan dahinya bingung karena tidak biasanya sang anak pergi sekolah sepagi ini. Arkan merapikan kerah bajunya dengan tampang songongnya.

"Biasa mah, kaya nggak pernah muda aja" Kania menganggukkan kepalanya, dengan raut wajah meledek.

"Oh, udah punya pacar ya..." Kania menjeda ucapannya, membuat Arkan menatap tajam kearahnya. Kania mengusap dagunya seolah tengah berfikir.

"Eumm.. Emang ada ya yang mau sama kamu?"

Arkan merasa kesal dengan sang mama. Bagaimana tidak, masa dikira anaknya tidak laku. Orang wajah tampan miliknya saja mampu membuat hati kaum Hawa meleleh.

"Anak mama ini ganteng loh, mana ada yang nggak mau sama Arkan, kalo ada brarti merem tuh matanya."Sontak jawaban dari Arkan langsung dihadiahi cubitan dari sang mama.

"Itu kalo ngomong di jaga ya!" Arkan hanya menunjukkan cengiran saja.

"Udah ah Arkan mau berangkat dulu" Pamitnya yang langsung berlalu pergi tanpa mencium punggung tangan sang mama.

"Eh..ARKAN SARAPAN DULU" Teriak Kania namun tak dihiraukan oleh Arkan. Kania hanya menghela nafas kasar, melihat tingkah laknat sang anak.

🍁🍁🍁

Disinilah Arkan sekarang, di depan gerbang hitam yang menjulang tinggi. Di pandangilah seluruh area di rumah itu, rumah mewah tapi terlihat sangat sepi. Arkan mendapat seseorang sedang duduk sambil meminum secangkir kopi yang diyakini orang itu adalah satpam.

Still With Wounds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang