9. Anak Bajingan

111 28 1
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°°°°

Bukan ucapan tajam, melainkan penegasan untuk peringatan.

~Reyhan Arya Mahendra~



🍁🍁🍁

Malam sudah terganti oleh pagi, sinar matahari berhasil menerobos masuk melalui celah jendela. Tapi tiga pemuda ini masih tertidur pulas padahal jam sudah menunjukan pukul 06.15 yang artinya bel masuk sekolah akan berbunyi 45 menit lagi. Sampai akhirnya suara dering ponsel milik salah satu dari mereka berbunyi.

Bukan dering telepon masuk melainkan dering alarm yang biasa laki-laki itu siapkan. Siapa lagi kalau bukan Rey. Dia bangun lebih awal sedangkan Vio masih tidur lelap di sampingnya, sama halnya dengan Vio Teo juga masih tidur di sofa yang tersedia di kamar Vio.

"Vi bangun, udah siang ntar kita telat sekolahnya." Merasa ada sentuhan dari tubuhnya Vio terbangun, dan mendapati Rey yang juga sudah terbangun.

"Buruan mandi, gue mau bangunin kebo dulu"

Vio hanya mengangguk saja. Kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan Rey beranjak untuk membangunkan Teo yang masih bergeming di dunia khayalnya.

🍁🍁🍁

Sebuah mobil berwarna hitam berhasil masuk kedalam halaman rumah mewah, dan menampilkan pria paruh baya yang baru saja keluar. Pandangannya menyapu seluruh halaman rumahnya.

Dahinya mengernyit saat mendapati dua buah motor yang terparkir rapi di garasinya. Dia yakin jika itu adalah milik dua orang yang memberi perubahan pada sang anak

Bukan perubahan baik melainkan perubahan buruk bagi sang anak. Tapi itu adalah perspektifnya, justru dua orang itu yang membuat sang anak tidak kesepian saat sendiri.

Angga pria paruh baya itu mulai melangkah memasuki rumahnya, dan benar saja pemikirannya jika sang anak sedang bersama dua pria yang menurutnya membawa pengaruh buruk bagi sang anak.

"Jadi ini, kabur dari rumah tanpa pamit dan setelah saya pulang ternyata kamu bawa dua teman berandalan kamu ini nginep dirumah?"

Tiga remaja yang baru keluar kamar dan akan menuruni tangga itu membelalakkan matanya saat mendengar ucapan dari pria paruh baya tadi, siapa lagi mereka kalau bukan Vio, Rey dan Teo.

"Seenggaknya mereka tidak membuat saya kesepian ataupun merasa sedih" Marah sudah pasti. Vio selalu saja berhasil membuat sang ayah bungkam dengan ucapannya.

Vio, Rey dan Teo mendekat kearah Angga yang sedang duduk di meja makan. "Pagi om" Sapaan itu membuat Angga menatap sinis ke arah Rey. Angga berdiri dan menatap dua teman Vio yang dia anggap berandalan.

Still With Wounds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang