18. Selamat Pagi Pacar

70 20 1
                                    


°°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°°

Apapun yang berhubungan dengan pacar gue, itu urusan gue.


~Arkana Rivandi Alinskie~

🍁🍁🍁

Jalanan ibu kota nampak sepi malam ini, karena saat ini cuaca sedang tidak mendukung. Hujan deras mengguyur jalanan ibu kota. Banyak orang yang sibuk mencari tempat untuk berteduh karena takut jika nantinya akan sakit setelah kehujanan.

Namun tidak demikian dengan gadis ini, gadis yang berjalan di tengah derasnya hujan yang mengguyur jalanan ibu kota. Vio, gadis itu berjalan dengan tatapan kosong, tak tahu ia akan membawa tubuhnya kemana.

Harinya mulai hancur, bukan itu saja tapi juga dengan keluarganya. Setelah kematian Devan sang kakak dan sekarang perceraian orang tuanya. Orang tuanya yang ia sayangi, yang selalu ia turuti kemauannya kini mereka berpisah. Sepertinya tuhan sedang menguji Vio. Jika boleh Tuhan mengizinkan mungkin Vio akan menyusul sang kakak dan hidup dengan tenang bersamanya.

"ARRGGHHH" Teriak Vio frustasi. "KENAPA?  KENAPA HARUS GUE?" Tidak ada yang mendengar teriakan Vio, karena suaranya tenggelam oleh derasnya hujan.

Air matanya menetes dengan sendirinya, berbaur dengan derasnya hujan. Vio membawa tubuhnya menyusuri trotoar. Motornya sedang ada di sirkuit, mungkin Vio akan ke sana sekarang. Entah berapa lama Vio berjalan, dan sekarang dia sudah sampai di sirkuit miliknya.

Vio membuka pintu markas sirkuit. Ternyata di sana hanya ada Rey dan Teo saja, mungkin teman Devan sedang bekerja. Merasa ada yang membuka pintu, rey dan Teo pun mengalihkan pandangan ke sumber suara.

"VIO?" Teriak mereka bersamaan saat melihat tubuh Vio yang basah kuyup.

Disana tatapan Vio yang semula kosong, kini menatap kedua sahabatnya itu. "Teo, Rey" Ucapannya lirih dan masih berdiri di ambang pintu.

Dengan segera Rey dan Teo menghampiri Vio. "Lo kenapa Vi?" Tanya Rey dan langsung di balas pelukan oleh Vio yang membuat dua pemuda itu bingung.

Air mata Vio kembali menetes. Rasanya sakit jika harus mengingat dan menceritakan tentang apa yang ia alami hari ini. "Vi? Kenapa nangis, Arkan ada buat ulah ya sama lo? Atau Arkan nyakitin lo? Jawab Vi, biar gue sama Rey yang_"

"Bokap, nyokap cerai Rey"

Deg

Ucapan Teo terhenti saat mendengar pernyataan dari Vio. Jadi ini bukan tentang Arkan, tapi tentang orang tua Vio. "Sorry Vi" Sesal Teo karena sudah salah berbicara saat temanya sedang sedih.

"Masuk dulu Vi, cerita ke kita bagaimana orang tua lo bisa cerai" Rey dan Teo membawa tubuh Vio untuk masuk ke kamar Vio.

Menyuruh Vio untuk mengganti pakaian, takut jika gadis kesayangan mereka sakit. Setelah selesai, mereka duduk bersama di ranjang dan Vio mulai menceritakan kejadian tentang orang tuanya.

Still With Wounds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang