30. Amarah Mahen

58 9 0
                                    


°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°

Wajah itu, hanya melihat saja, langsung terlintas, kilatan-kilatan kelam waktu itu. Seberdosa itukah masa lalu?

~ Sagara Aldi Mahendra ~

°°°°




🍁🍁🍁

Pulang sekolah ini, Vio langsung menuju apartemennya tentu dengan Arkan yang mengantarnya, tapi laki-laki itu langsung pulang. Kini tangan Vio menekan tombol di samping pintu untuk membuka pintu apartemen. Pintu sudah terbuka, tapi Vio hanya diam membeku di depan pintu. Tatapannya menajam, menatap seseorang di ruang tamunya.Ternyata sudah ada Angga yang duduk menunggunya di sana, entah bagaimana bisa pria paruh baya itu masuk ke apartemennya. Vio mendekat dan duduk di hadapan Angga.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bagaimana anda bisa memasuki apartemen saya?"

Angga memandangi sekitar apartemen Vio, lalu kembali menatap Vio. Senyum seringgaian terlukis di wajahnya, seperti meremehkan.

"Harusnya kamu tahu siapa papa kamu, papa dengan mudah bisa menemukan informasi tentang kamu."

Vio tersenyum sinis. "Tidak sebanyak yang Anda tahu."

"Bukan berarti papa tidak tahu kamu dan kakakmu dulu mendirikan sirkuit balap tanpa sepengetahuan papa, dan sekarang kamu yang meneruskannya."

Vio sempat tercengang dengan pengungkapan Angga barusan, ternyata pria paruh baya itu sudah mengetahui semuanya.

"Pantas saja uang yang papa kirimkan ke kamu setiap bulan tidak pernah kamu ambil, karena penghasilan kamu setiap bulan lebih besar kan dari uang yang papa kirim?"

"Langsung saja, apa tujuan anda datang ke apartemen saya?" Tanya Vio to the point.

"Bukankah papa ini orang tua kamu Vio? Kenapa saat berbicara dengan papa kamu selalu menggunakan kata saya - anda, papa bukan rekan kerjamu Vio."

Still With Wounds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang