Cuma sama lo, bukan orang lain.
~Arkana Revandi Alinskie~
🍁🍁🍁
Malam mulai tergantikan oleh pagi, Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 namun seorang gadis kini masih setia dengan posisi berbaringya. Terdengar suara dering telepon dari ponsel milik-Nya namun gadis itu masih tidak bergeming. Dua kali dering ponsel, gadis itu mulai merasa risih, sampai dering ke tiga, tangannya mulai mencari letak ponsel milik-Nya. Tanpa melihat siapa nama orang yang menelepon, gadis itu asal menggeser ikon berwarna hijau di layar ponsel-Nya.
"LO DIMANA?" Reflek gadis itu menjauhkan ponsel milik-Nya dari telinga saat seseorang di seberang telepon berteriak menanyai keberadaan-Nya.
"Rumah." Singkat, padat, dan jelas yang diucapkan oleh gadis itu. Siapa lagi kalau bukan Vio yang masih setia dengan posisi berbaring-Nya.
"Bangun bege, ini jam berapa ha? Lo kagak sekolah?" Vio kembali menjauhkan ponsel-Nya dari telinga. Di lihatlah ponsel tersebut, ternyata jam sudah menunjuk-kan pukul 7 lebih. Tanpa menjawab ucapan dari orang diseberang telepon yang tak lain adalah Rey, Vio mematikan sambungan secara sepihak, dan langsung berlari menuju kamar mandi.
🍁🍁🍁
Sudah selesai dengan acara membersihkan diri. Vio yang sudah siap dengan pakaian sekolah kini keluar kamar untuk segera berangkat ke sekolah. Vio menghela nafas kasar saat sudah sampai di ujung tangga. Rumah-Nya terlihat sepi, rasa-Nya seperti dia hidup sendiri di rumah. Tanpa berpikir lama, Vio menuju garasi untuk mengambil motor kesayangan-Nya. Dilajukan motor itu membelahi kemacetan ibu kota. Tak butuh waktu lama, kini Vio sudah sampai di depan gerbang sekolah yang nampak-Nya sudah tertutup.
Ini bukan pertama kalinya Vio telat, bahkan hampir setiap hari Vio telat. Namun Vio selalu di perbolehkan masuk sekolah. Mengingat Vio adalah murid cerdas di sekolah selain itu mereka juga takut dengan Vio. Bukan karena Vio menyeramkan, tapi karena tatapan mata Vio yang dingin dan menusuk membuat siapa saja yang berada di dekat-Nya merasa ketakutan.
Beralih ke Vio yang mendapati satpam tengah berjaga di depan gerbang. Di langkah-kan kaki-Nya mendekat kearah satpam itu. "Eh neng Vio, telat lagi neng? Telat kok tiap hari sih neng?" Satpam itu memang sudah hafal dengan Vio.
Siapa coba yang tidak hafal kalo setiap anak yang telat sekolah hanya Vio yang diperbolehkan masuk. Sedangkan Vio masih dengan wajah yang sama, datar tanpa ekspresi. Satpam itu menghela nafas kasar, sudah biasa melihat ekspresi Vio tanpa lengkungan di bibir-Nya.
"Buka!" Hanya satu kata tidak lebih. Satpam itu yang paham dengan maksud Vio langsung membuka gerbang sekolah dan mempersilahkan Vio untuk masuk.
Kelas 11 ipa 2 disinilah Vio sekarang. Vio sudah berada dikelasnya. Untung saja guru yang bertugas belum datang jadi Vio agak sedikit tenang.
Vio mendudukkan tubuh-Nya di bangku paling belakang, di pojok sebelah kanan. Hembusan nafas kasar yang Vio keluarkan. Kelas sangat ramai tapi dia merasa seperti sedang sendiri dikelas ini. Di lipatlah tangan Vio di atas meja untuk bantalan kepalanya. Vio mulai tertidur, matanya tertutup dan bukan berarti telinganya ikut tertutup. Tidak, telinganya masih bisa mendengar suara - suara disekitarnya. Itulah mengapa saat Vio tertidur dikelas dia masih bisa mendengar penjelasan dari guru.
Berbeda dengan hari ini sepertinya mata dan telinga Vio tertutup sampai dia tidak menyadari bahwa guru yang bertugas sudah datang ke kelas-Nya dengan di ikuti laki-laki tampan disebelah-Nya.
"Selamat pagi anak-anak." Sapa guru itu saat sudah berada di hadapan muridnya.
"Pagi bu."
"Hari ini kalian kedatangan teman baru, silahkan perkenalkan diri kamu." Guru itu mempersilah-kan pria tersebut memperkenalkan diri-Nya.
Terdengar suara riuh dari kelas itu. Tentu saja para siswi yang membicarakan kedatangan laki-laki tampan di kelas mereka.
"Subhanallah nikmat mana lagi yang engkau dustakan."
"Gila damage-Nya nggak ngotak."
"Uwuw ganteng bangettt..."
"Ya Alloh sisakan satu yang seperti dia untuk hamba."
Begitulah ucapan lebay dari siswi-siswi yang berada dikelas.
Tanpa memikirkan itu, laki-laki yang berdiri di depan kelas itu mulai memperkenalkan dirinya. "Arkana Rivandi Alinskie, panggil saja Arkan. Salam kenal semua"
Ya! laki-laki itu adalah Arkan dia pindah sekolah karena ingin melanjutkan tujuan-Nya mendekati Vio. Diedarkan pandangan-Nya menyapu seluruh kelas. Senyum manis terlukis di wajah tampan-Nya, setelah melihat sosok yang ia cari ada di pandangan-Nya. Tidak sia-sia dia menghabiskan waktu semalaman untuk mencari informasi tentang Vio. Gadis itu masih dalam posisi yang sama, tertidur lelap.
"Baik Arkan kamu duduk sebangku dengan Toni."
Oh tidak bukan ini yang Arkan mau. Dia hanya ingin duduk dengan Vio, hanya Vio seorang tidak ada yang lain. "Maaf bu, saya hanya ingin duduk dengan pacar saya"
Semuanya tercengang termasuk guru itu yang juga nampak bingung. Tampak raut wajah kecewa dari siswi-siswi di kelas itu. Ternyata Arkan sudah punya pacar, wait! Tapi siapa pacarnya?
"Pacar? Siapa pacar kamu?" Guru itu bertanya mewakili rasa penasaran dari seluruh warga 11 ipa 2.
"Vio" Singkat, padat dan jelas, jelas hancur sudah harapan siswi-siswi untuk memperebutkan hati Arkan.
Merasa paham, guru itu mencoba membangunkan Vio dengan menyebut namanya. "Vio?" Satu kali panggilan gadis itu masih tidak bergerak.
"Vio bangun kamu!" Dua kali panggilan Vio masih tidak bergerak.
Guru itu menghela nafas kasar, merasa frustasi guru itu menyuruh anak yang berada di bangku depan Vio untuk membangunkan Vio. Merasa ada yang menggoyangkan tubuhnya, Vio pun terbangun dari tidurnya.
"Vio ini ada pacar kamu Arkan, dia baru pindah sekolah dan akan duduk sebangku dengan kamu." Wait! Arkan? Nama yang familiar bagi Vio.
Tidak memperdulikan itu, sekarang Vio merasa kepala-Nya sangat pusing hari ini. Karena nyawa Vio masih belum terkumpul dan kepalanya yang sangat pusing Vio pun hanya membalas dengan anggukan saja tanpa melihat siapa orang yang dimaksud oleh guru itu. Sedangkan Arkan dia sudah berada tepat di samping Vio.
"Akhir-Nya gue bisa ketemu lo lagi." Vio mengedarkan pandangan-Nya menghadap pria disamping-Nya. Yang benar saja pria ini adalah pria yang semalam bertaruhan denganya.
Pandangan Vio terputus saat dirasa kepalanya semakin pusing. "Argghhh" Ringisan Vio terdengar jalas di telinga Arkan, dan membuat Arkan menampilkan raut khawatir-Nya.
"Lo nggak papa? Ada yang sakit nggak?" Tangan kekar Arkan menyentuh tangan Vio yang berada di kepala. Namun segera di tepis oleh Vio, untung saja rasa pusing di kepala-Nya Vio sudah mendingan. Apa yang sebenar-Nya terjadi pada Vio? Kenapa rasa pusing di kepala-Nya sangat kuat? perasaan yang sangat tiba-tiba itu membuat Vio bingung.
"Lo sakit? Kita ke UKS aja ya? " Kembali Vio memandangi pria di samping-Nya, dengan raut wajah-Nya yang sama.
"Gue nggak sakit" Tiga kata, hanya tiga kata yang Vio keluarkan tidak lebih. Sedangkan Arkan hanya menghela nafas pasrah. Ternyata gadis yang sedang ia perjuangan sangat keras kepala.
°°°°
Akhirnya selesai juga part 3nya 😴
Jangan lupa vote⭐
Follow juga ig author @nnd_sha_
See you next part ..25 Januari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Still With Wounds (END)
Teen Fiction❗PASTIKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA❗ .・゜゜・*+:。.。 。.。:+*.・゜゜・ Bagaimana jika Vio gadis yang dingin ini bertemu dengan ketua geng motor. Dan bagaimana jika keluarga Vio memiliki hubungan dengan keluarga ketua geng itu tampa sepengetahuan Vio?. Lalu bag...