29. Main Belakang

49 8 0
                                    


°°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°°

Bukan tidak mau memberi tahu, hanya menjaga hubungan. Percuma menjalin jika di hancurkan begitu saja oleh pertemanan

~Arkana Rivandi Alinskie~

°°°°°





🍁🍁🍁

Pagi ini Rey sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Cukup pagi memang, entah dapat hidayah dari mana sepagi ini dia sudah siap berangkat sekolah. Rey menuruni tangga menuju dapur, di sana sudah ada Fani yang sepertinya sedang menyiapkan sarapan. Juga sang kakak yang tumben masih menggunakan kaos oblong dan kolor, biasanya laki-laki itu pagi-pagi sekali sudah hilang dari rumah.

"Mah... Buatin bekal sekalian dong, buat Vio sama Teo." Ucap Rey sedikit berteriak.

"Nggak perlu teriak kali, mama lu juga dengar kalau lo ngomong pelan sekalipun." Sahut Sagara.

"Nyaut aja lu!"

"Udah-udah iya mama siapin, itu kamu sarapan dulu." Rey hanya menggangguk saja.

"Eh, btw lo tadi nyebut nama Teo, itu temen lo?"

Rey yang semula, menyuap makanan ke dalam mulutnya menjadi teralihkan pada sang kakak.

"Hmm, kenapa?"

"Cowok?"

"Waria." Sinis Rey. "Napa sih lu, tanya-tanya?"

"Ya nggak, gue kenal aja sama anak motor gue, namanya juga sama kayak temen lo, Teo."

Waw, Rey menjadi serius dengan yang di ucapkan Sagara. Ia tidak percaya tapi penasaran juga sih.

"Anak buah lo?" Sahut Rey.

"Hmm, ketua geng motor gue sih sekarang. Dia yang ambil alih waktu gue masih di Sydney." Rey mengangguk paham dengan ucapan kakaknya.

"Eh, tapi kapan nih gue lu bawa ke sirkuit temen lo? Yang Vio-vio itu kan temen lo yang punya sirkuit?"

"Hmm entar deh, gue tanyain dulu anaknya. Kayaknya juga ntar malem ada event sih di sirkuit."

"Oke deh."

"Nih, bekalnya buat Vio sama Teo, punya kamu juga. Jangan jajan banyak-banyak kalau udah ada bekal." Nasehat Fani, yang hanya di balas dengan malas oleh Rey.

"Bawel ih mama, Rey bukan anak kecil kali."

"Iya-iya udah itu dihabisin dulu makannya."

Ya itulah Reyhan Arya Mahendra, laki-laki anak mama. Kadang menyebalkan, suka bantah orang tua tapi sayang orang tua, apa-apa juga orang tua, apalagi mamanya.

Selesai dengan sarapannya, Rey bergegas menuju sekolah. Tepat pukul tujuh ia sampai di sekolah, untung saja ia tidak terlambat.

🍁🍁🍁

Still With Wounds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang