36. Kebetulan yang Tidak Disengaja

50 11 7
                                    


Kalau dipikir-pikir, kisah kami bertiga itu suatu kebetulan yang tidak sengaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau dipikir-pikir, kisah kami bertiga itu suatu kebetulan yang tidak sengaja.

~ Mateo Devendra ~












🍁🍁🍁

Kaki jenjang seorang pemuda berdiri di atas tanah yang basah karena hujan. Matanya menatap kosong gundukan tanan yang sudah tertanam batu nisan. Selama ini ia hanya tahu di depannya makam siapa, tanpa tahu sosok dan rupanya. Sebanyak itu yang ia tidak ketahui tentang temannya dan keluarganya.  Ia merutuki kebodohannya, kenapa ia tidak pernah menggali lebih dalam tentang lingkup pertemanannya.

Di persekian detik air matanya turun dengan tiba-tiba bahkan semakin deras mengalirnya. "Gue nggak kenal lo, gue nggak pernah tahu lo, kita nggak pernah bicara. Tapi entah kenapa semua tentang lo buat air mata gue jatuh dengan sendirinya." Ucap nya lirih.

"Siapa lo sebenarnya? Kenapa kisah lo abadi sampai sekarang?" lanjut pemuda itu.

Reyhan Arya Mahendra, pemuda itu sekarang sedang berada di makam Devan.  Benar makam dari almarhum Devan Gilangga Radisya, kakak dari sahabatnya Vio.

"Lo tahu? Selama ini gue cuma tahu makam lo tanpa tahu rupa lo. Anehnya semua tentang lo yang keluar dari mulut sahabat gue adalah hal yang menarik bagi gue."

Rey berlutut di hadapan makam Devan. "Sahabat gue, adik lo. Dia dingin banget karena lo nggak ada, sekarang semakin dingin setelah tahu kalau lo mati di tangan abang gue."

"Maafin gue bang, lo nggak seharusnya disini. Kalau gue bisa tembus perbuatan abang gue, gue bakal lakuin semuanya. Bahkan kalau lo mau gue mati sebagai timbal balik perbuatan abang gue. Sekali lagi maaf."

"Maafin gue."

"Gue minta maaf atas perbuatan abang gue."

"Gue minta maaf."

Begitu seterusnya, sampai hari mulai larut Rey masih tetap berada di makam Devan untuk mengucap kata maaf berulang-ulang kali. Ia tidak perduli dengan warna langit yang mulai gelap. Rey tidak tahu bagaimana menembus kesalahan keluarganya pada Devan, hanya kata maaf yang terus ia ucapkan.

🍁🍁🍁

Pagi ini, Vio berangkat ke sekolah bersama Arkan. Sudah dua hari sejak masalah Vio dan temannya, akhirnya ia bersekolah lagi. Saat sampai di parkiran ia sama sekali tidak mendapati motor Rey hanya ada motor Teo saja. Vio mengernyit heran, apa laki-laki itu tidak mau bersekolah karena masalah tempo hari. Pusing dengan pikiran itu, Vio memilih mengajak Arkan ke kelas saja. Di perjalanan menuju kelas, tak sengaja Vio melihat Teo tengah duduk termenung di taman sekolah.

"Ar, kamu masuk ke kelas aja dulu. Aku ada urusan."

"Tapi_"

"Aku nggak papa Ar." Ucap Vio meyakinkan Arkan.

Still With Wounds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang