39. Tanggal Kematian

18 1 0
                                    


Sudah cukup lukanya tuhan, jangan tambah permainan baru untuk semua luka ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah cukup lukanya tuhan, jangan tambah permainan baru untuk semua luka ini.

~Violin Arta Ghea~








🍁🍁🍁

Di rumah sakit, Rey tampak gusar dan sedikit khawatir. Setelah dia sadar, ia sama sekali belum melihat Vio berkunjung ke ruangannya. Rey sampai berpikir jika Vio saat ini benar-benar sangat marah dengan keluarganya. Ini semua karena Sagara, sampai kapan pun Rey tidak akan pernah memaafkan Kakaknya itu.

Pandangan Rey beralih ke arah sofa di sudut ruang rawatnya. Disana sudah ada Teo yang sedari tadi sibuk dengan ponsel miringnya. Laki-laki itu bahkan tidak meminta maaf kepada Rey setelah melakukan kebohongan tempo lalu.

"Eo?!" Panggil Rey membuat Teo mengalihkan pandangannya kepada Rey.

"Apaan, lo butuh sesuatu?" Tanya Teo.

Rey menggeleng. "Gue khawatir sama Vio. Dia beneran nggak mau kesini ya?" Tanya Rey.

Rey sangat penasaran, apa benar Vio sama sekali tidak mengunjunginya. "Dia pasti marah banget ya sama gue?" Lanjut Rey.

"Kebanyakan mikir lo Rey." Jawab Teo yang membuat Rey menatap serius kearahnya. "Kita temenan sama Vio bukan sehari dua hari Rey. Lo tahu dia, bahkan lo tahu lebih dari pada gue. Dia nggak akan pernah marah sama lo, karena kasus yang melibatkan bang Dev itu bukan murni salah lo. Kalaupun Vio marah, dia nggak akan nyari lo kali."

"Tapi kenapa dia belum jenguk gue ya?" Teo hanya membalas dengan mengangkat kedua bahunya.

Dalam keadaan hening, tiba-tiba ponsel Teo berbunyi menampilkan nama Arkan disana. Segera Teo menggeser ikon berwarna hijau untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Halo Ar, kenapa?" Tanya Teo.

"Vio ada sama lo nggak?" Arkan di seberang sana terlihat sangat panik membuat Teo sedikit khawatir.

"Lah, gue pikir dia sama lo. Soalnya dari kejadian kemarin dia belum ke rumah sakit lagi sih."

"Vio kabur Eo, semua gara-gara gue."

Teo merubah raut wajahnya menjadi serius, bahkan Rey juga penasaran dengan percakapan mereka dan meminta Teo untuk mengeraskan suara di ponselnya.

"Lo apain Vio Ar?" Tanya Teo mewakili Rey yang juga penasaran.

"Intinya gue yang minta Vio buat nemenin gue ketemu calon bokap gue. Dan ternyata calon bokap gue itu bokapnya Vio."

Mendengar itu Rey dan Teo saling memandang. "Maksud lo, Om Angga itu calon bokap lo."

"Iya," Jawab Arkan masih dengan nada khawatir. "Yang harus kalian ketahui lagu Rey, Teo..."

Rey dan Teo mengerutkan darinya karena penasaran. "Apa njir, jangan setengah-setengah kalau kasih info!" Sahut Rey.

Still With Wounds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang