15. Imbalan

80 24 0
                                    


°°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°°

Kalo hal sepele bisa buat lo ketawa, kenapa nggak lo lakuin itu dari dulu?

~Mateo Devendra~


🍁🍁🍁

"Rey ada anak yang mau ngajak Vio balapan, di terima nggak nih?" Tanya Teo.

Saat ini mereka sedang berjalan masuk ke markas yang ada di sirkuit milik Vio. Rey menghentikan langkahnya, berbalik untuk menatap Teo.

"Vio lagi sakit, masa iya mau balapan. Lo nggak inget Vio kemarin kebut-kebutan di sirkuit sendiri dan berakhir dia yang pingsan" Teo mengangguk paham. Memang benar Vio sakit karena dia yang tidak bisa mengontrol emosinya sendiri.

"Lo bener juga. Ya udah kita samperin Vio." Rey hanya mengangguki ajakan Teo.

Mereka pun mulai berjalan menuju kamar Vio yang berada di lantai dua. Tangan Rey perlahan bergerak untuk membuka daun pintu saat sudah di depan kamar Vio.

Betapa tercengang-nya mereka saat melihat Vio tengah berpelukan dengan seorang laki-laki di ranjangnya. Rey dan Teo saling bertatap, keduanya kompak tersenyum melihat Vio yang di peluk nyaman oleh laki-laki. Siapa lagi kalau bukan Arkan.

Hari sudah mulai gelap namun baik Vio ataupun Arkan belum ada yang terbangun. Pikiran jahil mulai ada di otak minim milik Teo.

"Gangguin nggak nih?" Tanya Teo pada Rey dengan senyuman smirk-nya, dan keduanya mengangguk dengan kompak.

Rey dan Teo merogoh saku celana mereka untuk mengambil ponsel. Kemudian mereka mulai mencari ikon senter untuk menyalakan flash pada ponsel mereka. Rey mendekat ke sisi kiri ranjang tempat Vio tertidur, dan Teo mendekat ke sisi kanan ranjang tempat Arkan tertidur.

Dua pasang mata yang masih tertutup itu mulai terusik saat ada cahaya menyoroti dua pasang mata itu.

"Humm" Gumam Vio sembari mengucek matanya dan perlahan Vio membuka matanya menyesuaikan cahaya di sekitarnya.

Sedangkan Arkan yang merasa ada pergerakan dari Vio kini juga mulai membuka matanya. Sama dengan Vio, Arkan juga mulai menyesuaikan cahaya yang menyorotnya.

"Rey?"

"Teo?" Ucap Vio dan Arkan secara bersamaan. Vio dan Arkan langsung  mengubah posisinya menjadi duduk.

Tawa kepuasan terdengar dari Rey dan Teo. Melihat ekspresi dua human tengil itu membuat Arkan dan Vio kesal. Dengan gerakan cepat, Arkan menangkap tubuh Teo yang ada di sebelahnya dan menggelitikinya. Terjadilah aksi kejar-kejaran antara Arkan, Teo dan Rey.

Tanpa sadar seseorang juga ikut tertawa melihat tingkah ketiga laki-laki itu. Arkan, Rey dan Teo menghentikan kegiatannya dan memandangi Vio yang masih tertawa. Rey dan Teo nampak tercengang, ini pertama kalinya mereka melihat Vio tertawa setelah sekian lamanya tawa Vio hilang. Sedangkan Arkan hanya tersenyum melihat Vio tertawa, seolah ada ketenangan di dalam dirinya.

Still With Wounds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang