01. Happiness

2.6K 117 0
                                    

Seorang gadis memasuki rumah dengan langkah yang terlihat malas. Berjalan perlahan menuju lantai atas ke arah kamarnya, namun belum juga menapaki satu anak tangga, seorang pria yang terlihat cukup umur tengah memanggilnya.

"Aera" Panggilnya pelan.

"Lho? Tumben udah pulang" Ucapnya cukup terkejut.

"Sini, papa mau ngomong" Ucapnya seraya menepuk sofa yang berada di sebelahnya.

Sebelum benar-benar duduk, aera melihat sekilas saudara kembarnya yang sudah duduk terlebih dahulu diseberang sana.

"Gak kerasa ya kalian udah gede, padahal baru kemarin papa lihat kalian masih rebutan mainan. Eh tau-taunya sekarang udah ada yang nempatin hati kalian selain papa, papa bakalan di nomor duakan deh" Ucap sang papa memulai pembicaraan yang cukup dalam.

"Papa ngomong apa sih" Ucap aera membantah perkataan papanya.

"Tanya aja nih yang hatinya udah ada yang ngisi" Ucap sang papa sambil menyenggol pundak aeri saudara kembarnya.

"Apasih pa!" Ucap aeri yang terlihat malu-malu.

"Gak lama lagi kalian udah beranjak dewasa, gak selamanya papa bisa sedekat ini nantinya. Dewasa nanti pasti kalian punya kesibukan masing-masing, begitupun dengan papa. Tapi suatu saat nanti papa pasti menjumpai hari tua, hari dimana papa gak bisa bergantung dengan kalian lagi.." Ucap sang papa sambil menyenderkan tubuhnya ke sandaran sofa. Membayangkan bagaimana dirinya nanti menjumpai hari tua dan melepaskan kebahagiaan kedua putrinya bersama orang yang mereka cintai.

"Pa.." Ucap aera yang mulai tidak suka dengan pembicaraan ini.

"Papa ngomong apa sih!" Rengek aeri sambil memeluk lengan sang papa.

"Papa cuma membayangkan aja, gimana hari itu klo udah tiba" Ucap sang papa sambil menatap kedua anaknya bergantian.

"Papa pengen kalian bahagia, begitupun dengan papa" Ada arti dibalik perkataan sang papa.

"Maksud papa apa?" Tanya aera yang memang peka.

"Papa boleh izin gak klo papa mau nikah lagi?" Tanya sang papa dengan pandangan dalam menatap dalam kedua putrinya, terutama aera yang sensitif mengenai hal ini.

"Papa mau nikah lagi?" Tanya ulang aeri dengan pandangan sendu.

"Klo itu bisa buat papa bahagia, aeri izinin papa buat nikah" Imbuhnya seraya tersenyum tulus.

Setelah aeri memberi lampu hijau kepadanya, kini pandangannya beralih menatap aera yang sedang menunduk sambil memainkan kedua kakinya.

"Keputusan kamu keputusan papa juga, papa gak akan maksa klo emang kamu gak suka" Ucap sang papa sambil membelai rambut aera yang masih menunduk.

"Aera gak tau harus jawab apa pa.." Ucapnya sendu sambil menatap manik sang papa.

"Ra, percaya sama papa. Papa gak akan pernah ngelupain mama kok" Ucap aeri memberi pengertian kepada aera.

"Beri aku waktu.." Ucap aera lalu berdiri ingin beranjak dari ruang keluarga.

"Tapi papa udah atur jadwal malam ini buat pertemuan kita kak.." Ucap sang papa yang kini memanggil aera dengan sebutan kakak, yang memiliki arti jika sang papa merasa sedikit kesal.

Lantas aera segera membalikkan posisinya menghadap sang papa, menatap dengan raut wajah sedikit kecewa.

"Papa mohon.." Ucap sang papa menatap aera dengan sangat senduh, berharap anaknya bisa luluh akan permintaannya.

"Haahhh...." Helanya cukup berat.

"Gue mohon kali ini aja lo turuti apa mau papa, selama ini papa udah bertahan buat kita. Gak selamanya juga papa bisa meng-handle kita dengan baik, papa juga butuh seseorang buat tempatnya bersandar. Gue mohon, tolong pengertiannya.." Ucap aeri seraya menghampiri aera yang masih terlihat bimbang.

Angel || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang