33. Sebuah kerinduan yang terpendam

564 67 4
                                    

Aera langsung dibaringkan oleh baejin diatas kasur milik guanlin. Tak peduli walau baju yang mereka gunakan masih dalam keadaan basah, prioritas baejin saat ini masih tertuju pada aera.

"Lo ganti baju dulu ya, biar gue ambilin baju guanlin" Ucap baejin setelah membaringkan tubuh aera.

Aera tak menjawab ucapan dari baejin karena seusai dirinya tersadar dari pingsannya tadi, dirinya hanya melamun dengan pandangan kosong.

"Ra, ganti dulu" Ucap baejin membuyarkan lamunan aera.

"Hm"

Baejin segera menuntun aera ke arah kamar mandi guanlin yang sudah terletak didalamnya.

"Gue tinggal dulu boleh kan?" Izin baejin bermaksud untuk mengganti pakaiannya yang basah.

Tak mendapat respon dari aera, baejin hanya menipiskan senyumnya kemudian menutup pintu kamar mandi tersebut pelan.

Seusai baejin meninggalkan dirinya, aera tak langsung mengganti pakaian seperti yang dimaksud oleh baejin. Dirinya malah berdiam diri melamun sambil meremat setelan baju yang diberikan baejin padanya tadi.

Dirinya kembali mengingat detik terakhirnya sebelum pandangannya gelap dikolam renang tadi. Sangat jelas dan nyata, namun terkesan cepat dalam hitungan waktu. Detik terakhir dirinya melihat jelas sosok alm.kakaknya tengah tersenyum padanya.

"Hiks.."

Isakan kecil tak terelakkan lagi dalam benaknya. Jujur, dirinya sangat merindukan mendiang mama serta kakaknya yang telah dulu meninggalkan dirinya.

"M-mama..kak younghoon..a-aku kangenn..hiks.." Isaknya sedikit keras.

Dirinya sekarang sudah bersimbah dilantai dingin kamar mandi itu. Tapi aera tak memperdulikannya, dirinya masih setia meraung pelan dengan isak tangisnya. Debaran jantung yang begitu cepat tak terelakkan baginya karena menyimpan sejuta rindu didalamnya, perasaan yang begitu membuncah saat ini tengah ia rasakan seorang diri.

"Hiks.."

Aera tak peduli jika itu hanya sebuah ilusi, namun ia benar-benar merindukan kedua sosok yang ia sayangi selama ini. Hanya bayangan saja dirinya terisak begitu piluh, apalagi jika dipertemukan secara nyata:(

Kerinduannya terpendam begitu dalam dari lubuk hatinya. Dulu sekali, dirinya pernah mempunyai niat untuk membunuh dirinya sendiri bertujuan untuk bertemu dengan mama dan juga kakaknya, namun niatnya gagal karena sebuah ingatan yang menunjukkan aeri yang selama ini tak jauh beda dengan dirinya.

Dirinya tak ingin melihat adiknya itu hancur untuk kedua kalinya, apalagi melihat tubuh aeri lebih lemah daripada dirinya, maka dari itu dari situ dirinya bisa dikatakan sedikit posesif dengan aeri karena ia sudah tak memiliki saudara lagi selain aeri.

Bahkan dirinya pun selama ini berusaha sebaik mungkin menyembunyikan kelemahannya dihadapan semua orang, bahkan terhadap dirinya sendiri.

Aera pembohong yang handal dalam urusan rasa sakit.

Tangisan piluh sampai terdengar jelas dari luar kamar mandi guanlin, baejin yang ingin mengetuk pintu itu pun ia urungkan karena mendengar suara isak dari sahabatnya.

Dirinya melenggang pergi bermaksud untuk memberi ruang. Dirinya tahu jika sahabat nya itu menyimpan banyak beban dalam hidupnya.

Setelah sampai diluar kamar, baejin dikejutkan dengan kehadiran sahabatnya dengan pandangan panik didalamnya.

"Gimana? Aera udah baik-baik aja kan?" Tanya lia dengan binar mata berharap.

Baejin hanya meresponnya dengan senyum tipisnya. "Jangan ganggu dulu, dia butuh waktu sendiri" Selepas mengucapkan itu, baejin segera melenggang pergi.

Angel || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang