38. Hopeless

377 50 1
                                    

"Dimakan ra, gak diliatin doang" Ucap wonwoo sambil menatap wajah aera yang tak ada semangatnya.

Tak ada sautan dari sang empu, sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanannya tak minat sembari melamun.

Wonwoo yang melihat itu langsung menarik piring aera sedikit kasar, membuat pandangan sayu itu menatap sang abang kaget.

"Buka mulutnya" Ucap wonwoo sembari menyuapi aera. Namun yang dilihatnya sekarang aera yang menatap dirinya dengan mata berkaca-kaca.

"Hahhh...." Frustasinya sambil menarik tangannya yang berada di depan mulut aera. Menarik napas dan menutup matanya rapat-rapat menahan emosi.

"Abang tau kamu capek sama semuanya, tapi abang mohon jangan kayak gini" Ucap wonwoo dengan nada sedikit meninggi.

Aera hanya menundukkan wajahnya sembari menahan gejolak sensitif yang ada di hatinya. Mendengar perkataan wonwoo membuatnya semakin ingin menangis saja.

"Maaf.." Ucapnya dengan isak kecil.

Bukan itu yang wonwoo ingin dengar. Namun dirinya merasa bersalah dengan ucapan aera, tak seharusnya ia berbicara seperti itu. Pasti sosok di depannya ini sedang mengutuk dirinya sendiri. Dengan isakan yang terus ia dengar, hatinya terenyuh mendengar nya.

Ia segera berpindah posisi di samping aera. Kemudian merengkuhnya sembari menepuk-nepuk punggung aera pelan.

"Jagoannya abang capek banget ya.." Ucap wonwoo memancing emosi aera agar dikeluarkan dengan bebas. Terbukti dengan isakan aera yang semakin menjadi.

"Hiks.." Lirihnya.

"Abang kan udah bilang, jangan ngerasa sendiri kayak gini. Abang gak pernah ngajarin kamu buat nanggung semuanya sendiri.."

"Sekarang coba cerita, apa lagi yang bisa buat kamu kayak gini. Hal besar apalagi aera yang kamu alami sampe kamu keliatan kacau gini, abang mau tau itu.." Ucap wonwoo sembari merasakan nyeri di dadanya melihat adek kesayangannya ini begitu rapuh.

"A-adek capek abang.." Lirih aera mati-matian menahan sesak di dada.

"Adek mau istirahat.." Pelukan wonwoo mengerat setelah mendengar perkataan aera, perkataan yang seakan tak setuju dengan argumen aera.

"Abang gak pernah nyuruh adek istirahat, abang selalu nyuruh adek buat sabar, tapi adek udah capek sama rasa sabar adek sendiri..adek mau istirahat abang..hiks.."

"...."

Tak ada tanggapan dari wonwoo, sedari tadi ia sibuk mengusap air matanya yang tiba-tiba jatuh. Dirinya masih sibuk menata jawaban atas pernyataan yang terlontar dari mulut aera.

"A-abang gak pernah nyuruh kamu istirahat bukan berarti abang gak sayang sama kamu. Tapi abang takut kamu menyalah artikan kata istirahat yang abang maksud dengan arti lain. Abang terlalu takut buat mikir itu sayang.." Ucapnya sambil merengkuh dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher aera.

"Abang sayang banget sama kamu, seolah dunia Abang hanya berputar dan tertuju sama kamu seorang.."

Keduanya saling terdiam. Tatapan aera yang semakin terlihat kosong menambah beban pikiran dengan spekulasi nya sendiri. Dirinya sudah capek dengan semuanya, perihal dunianya yang seakan memainkan dirinya terus menerus.

"Seharusnya aku gak pernah hadir disini..
Seharusnya aku gak pernah lahir di dunia ini..
Dunia seakan sedang mempermainkan aku bang.." Ucap aera sambil menerawang jauh.

"Sebegitu sialnya ya aku.. sampai-sampai hidup tenang aja terasa begitu mahal. Aku terlalu miskin ya bang sampai jemput kematian aja susah.."

Wonwoo langsung melepas pelukannya karena merasa ucapan aera yang sudah mengacau kemana-mana.

"Dek!"

"Abang gak suka ya kamu ngomong kayak gitu!" Paniknya khawatir dengan pola pikir aera yang semakin lama semakin liar.

Aera hanya membalas dengan senyum piasnya. Senyum yang terlihat jelas keputusasaannya.

"Adek pengen pergi deh bang, adek udah lama menginginkan hal itu, tapi rasanya susah banget. Bahkan menukar dengan nyawa adek sendiri pun tuhan gak mau..."

"Udah terbukti kan klo nyawa adek sendiri pun gak berharga di mata tuhan.."

"Jadi adek bingung abang..  sesial itu ya sampe gak ada jawaban atas usaha adek sendiri.."

"Adek udah gak bisa deskripsiin rasa capek adek sendiri itu gimana, t-tapi adek hopeless banget abang..hiks..."

Wonwoo menutup kedua matanya rapat-rapat ketika mendengar keluh kesah adeknya itu. Sebegitu hancurnya mental adeknya itu sampai berpikir sejauh itu.

"Adek...dengerin abang.."

"Jiwa kamu gak akan pernah bisa ditukar dengan apapun. Jiwa itu tetap milik kamu seutuhnya..."

"Hidup emang capek, tapi mati bukan jawaban atas semua permasalahan kamu.."

"Sekarang jawab pertanyaan abang, siapa yang udah buat kamu gini lagi. Siapa yang udah buat kamu punya pemikiran kayak gini lagi?.."

Aera hanya diam tak menjawab.

"Papa kamu lagi?" Tebakan wonwoo tak salah lagi setelah melihat reaksi aera.

"Dia ngomong apa lagi sama kamu..."

"Jawab aera.."

Aera menatap wonwoo dengan bibir bergetar.

"Abang gak akan marah lagi sama papa kamu aera.." Mengerti akan tatapan sang adik, lagian dirinya juga capek terus-terusan berurusan dengan si tua itu.

"Kamu mau ngomong sendiri atau abang yang bakal nyamperin papa kamu?" Ketusnya.

Aera hanya menggelengkan kepalanya tak setuju!! "Jangan!!" Cegahnya menarik ujung kaos yang wonwoo kenakan.

"T-tapi janji abang jangan marah" Ucapnya namun tak ditanggapi oleh wonwoo.

Helaan napas berat terdengar jelas di telinga wonwoo. Dirinya tau berat jika adeknya itu bimbang akan menceritakannya.

"Iya, abang janji"

Setelah mengucapkan hal itu, aera mulai menurunkan tangannya pelan-pelan dari ujung kaos wonwoo. Rasanya berat, lidahnya keluh ketika akan menceritakan kisah itu lagi. Namun tak ada daya jika ia berhadapan wonwoo untuk menolaknya.

"A-aku mutusin buat pergi dari rumah" Tunduknya lesuh.

"Atas kemauan diri kamu sendiri atau kamu yang diusir?" Selidik wonwoo.

"Atas kemauan ku sendiri kok!" Ucap aera sedikit panik.

Namun nampak jelas wajah tak percaya wonwoo pada aera. Tak mungkin 100% ia melakukan tindakan itu dengan sadar tanpa pertimbangan matangnya. Apalagi ia sangat sayang dan tak mau jauh-jauh dari aeri.

"Yaudah bagus klo gitu, abang harap kamu gak nyesel sama keputusan kamu buat pergi. Tapi masalah utamanya emang kamu sama papa kamu, mau bagaimanapun dia, kamu harus menyelesaiin permasalahannya dengan komunikasi"

"Abang harap kamu ngerti dan gak lari dari masalah lagi. Klo masalah ini gak kamu selesain segera, takutnya masalah lain bakal nambah berat. Buat saat ini keputusan kamu benar, biarin diri kamu istirahat sebentar sebelum ngambil keputusan lagi, ngerti kan?" Ucap wonwoo sembari mengusak rambut aera pelan dan dianggukinya.

"Mana hp kamu?" Lanjutnya.

Aera pun menyerahkannya pada wonwoo. Tau kebiasaan wonwoo ketika dirinya sendang kacau, hp nya salah satu objek utama yang harus disingkirkan sampe batas waktu yang ditentukan wonwoo sendiri. Dirinya tak dibiarkan terlibat dengan urusan luar selagi menenangkan pikiran.

"Sekarang makan lagi ya.."

"Gak mau!!" Rewelnya

"Yaudah abang buatin yang seger-seger, gak ada penolakan!!"

Angel || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang