28. Kunjungan

544 56 1
                                    

"Gue kayak nya harus jauhin mereka deh.." Ucap aera pada seseorang disampingnya.

"Gue udah buat banyak salah.."

"Gue gak mau kedepannya makin rumit"

"Bisa gak lo bawa gue pergi.." Ucapnya lirih sambil menatap baejin.

Sore ini aera mengajak baejin pergi sewaktu ia mengunjungi dirinya. Sampailah saat ini mereka berada di atas rooftop, menikmati senja bersamaan dengan angin lembut yang menyentuh pori-porinya.

"Emang sebenernya ada apa? Kenapa lo bisa ngalamin ini? Baru juga keluar rumah sakit, eh sekarang malah balik lagi" Ucap baejin seraya menatap lawan bicaranya yang sedari tadi menunduk.

Aera tak membalas perkataan baejin, pikirannya sedari tadi memikirkan bagaimana menjelaskan semuanya dari awal. Mulai dari hal gila yang dipertaruhkan di area balap, sampai masalah seseorang yang menyimpan dendam padanya tempo lalu.

"Ck!" Decaknya sambil menutup mata.

"Argh!!! Gue pusing!!" Ucapnya sambil mengacak rambutnya frustasi. Membiarkan surai yang awalnya rapi kini terlihat kusut tak berbentuk.

"Makanya cerita" Ucap baejin seraya menambah usakan pada rambut aera, kini terlihat rambut aera yang semakin berantakan seperti orang gila.

Aera hanya mendengus seraya menatap baejin datar. Sedangkan yang ditatap hanya menunjukkan wajah tak bersalahnya.

"Apa yang mau diceritain?" Ucap aera sambil mengangkat satu alisnya.

"Apa aja yang bisa buat lo lega" Balasnya seraya mengunci pandangan aera sepenuhnya.

"Lo inget alvian?"

Akhirnya aera memutuskan untuk bercerita, meringankan beban yang selama ini ia tangguh.

"Jadi dia pelakunya?" Tanya baejin to the point, sedangkan aera hanya menganggukkan kepalanya membenarkan semua itu.

"Lo maunya gimana?" Imbuhnya.

"Biarin aja lah, dari pada ribet kedepannya"

"Yakin?"

"Iya, tapi jangan cerita sama yang lain dulu ya"

"Emang pernah gue cerita sama mereka?"

"Enggak sih, hehe.."

Setelah itu hening, keduanya menatap lurus kedepan ke arah sang temaram senja. Menikmati keindahan yang disuguhkan sang cakrawala.

"Jin.."

Baejin sontak menolehkan pandangannya ke arah aera.

"Bawa gue pergi bisa?" Ucapnya senduh bersamaan dengan cahaya malam yang sedikit demi sedikit menghampiri.

"Lo mau kemana? Lo gak bisa kayak gini terus-terusan, lo takut sama alvian?"

Bahkan pertanyaan baejin sama sekali bertolak belakang dengan kecemasannya saat ini. Yang tengah ia pikirkan saat ini hanya cara pergi dari rumahnya, ia sangat mengingat bagaimana setiap perkataan woojin tempo lalu kembali datang menghampirinya. Ia hanya takut jika aeri dan juga keluarganya yang lain terkena imbas dari pergaulannya.

"Lo mikir apa sih ra?" Tanya baejin seraya menggenggam tangan aera.

Aera sebisa mungkin mengontrol ekspresi wajahnya, ia tidak boleh membicarakan hal ini pada siapapun.

"Gue gapapa.." Ucapnya sambil melepaskan tangan baejin.

"Masuk yuk" Imbuhnya mengalihkan pembicaraan.

Baejin pun menyanggupi permintaan aera, ia segera mendorong kursi roda itu untuk memasuki lift yang tersedia, lalu menekan tombol dimana kamar aera berada.

Angel || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang