37. Abang

416 54 4
                                    

Sudah tengah malam namun aera belum kunjung menenangkan isi pikirannya. Hari ini adalah hari yang panjang untuknya. Mulai dari bertengkar dengan sahabatnya, dilanjut dengan aeri, dan tawuran kecil dengan geng sebelah, niatnya pulang hanya untuk menenangkan diri malah berakhir meninggalkan diri.

"Haaahh.." Bahkan helaan napasnya saja sekarang terlihat jelas mengepul di udara.

Memijit pelipisnya yang terasa pusing. Bahkan dirinya pun lupa jika dirinya belum makan maupun minum sedari tadi, namun tak usah heran jika aera yang melakukannya, toh tak akan ada yang peduli dengannya.

Hawa dingin mulai menusuk pori-porinya. Sedari tadi ia hanya memandang bangunan tinggi yang terlihat gelap. Bangunan yang terlihat tak ada penghuninya itu ditatap dengan pandangan sayu.

Tes

Satu persatu bulir air matanya tak dapat dibendung lagi. Sesak di dadanya pun tak kuasa ditahan lagi.

Menatap rumah lamanya dengan kondisi seperti itu membuat nya tidak merasa baik, namun sebaliknya.

Ia ulurkan kedua tangannya. Menatap tangan yang bergetar itu dengan penuh arti.

"Gak ada yah yang mau pegang tangan gue? Gue se sial itu ya? Wahh..bahkan bokap gue aja udah ngusir gue..Hahaha.." Tawanya renyah sesekali mengusap air matanya.

"Apa gue mati aja ya? Ah! Gak deh, mati terlalu mudah buat gue" Ucapnya terkikik geli karena membayangkan ketika dirinya mati tak akan ada orang yang peduli dengannya lagi.

"T-trus sekarang g-gue harus apa..hiks" Ucapnya kembali menangis.

Hidup ini bukan drama. Apapun yang kita minta belum tentu berjalan sesuai rencana. Hidup itu tentang pilihan, baik buruknya tetap kita yang menjalani.

Sejenak ia menutup matanya, mengulang perkataan sang kakak padanya dulu.

"Disaat tidak ada yang memelukmu, coba letakkan tangan kiri kamu diatas bahu, lalu tangan kanan letakkan di bahu lainnya. Pejamkan matamu dan bilang ke diri kamu klo kamu itu kuat, kamu hebat, dan kamu pasti bisa. Gak akan ada yang meragukan kemampuan mu dalam berjuang, semua rasa sakit mu pasti terbayar nantinya. Ulangi sambil menepuk-nepuk ringan sampai kamu lega"

Aera melakukan hal yang pernah diajarkan mendiang kakaknya dengan buliran air mata yang tak ada habisnya turun. Rasa sesak mendominasi dirinya saat ini.

"AAAKHH!!! AKU GAK MAU NGELAKUIN INI SENDIRI!! AKU MAU KAKAK YANG SELALU HADIR BUAT AKU!!! KAKAK HARUS TAHU KLO AKU SEKARANG GAK BAIK-BAIK AJA!! HIKS..."

"AKU BENCI KAKAK YANG SEENAKNYA PERGI TANPA PAMITAN!! AKU BENCI KAKAK YANG UDAH NINGGALIN SEJUTA KENANGAN!! AKU BENCI SAMA KAKAK!!!"

"Terlebih sama diriku sendiri...hiks"

Disitu aera tak mampu menahan amarahnya lagi. Perasaan membuncah dalam dirinya begitu besar. Namun sosok rapuh itu tetap berdiri tegak ditengah kesunyian malam.

Puk!

Tepukan singkat mampu membuat aera mengalihkan pandangan nya. Menatap sosok didepannya dengan pandangan sayu. Sedetik kemudian dirinya menubrukkan diri dan memeluk erat seolah takut ditinggalkan. Tangisnya kembali pecah saat orang tersebut mengusak rambutnya.

"Abang..hiks"

Orang yang dipanggil abang itu tak menyahuti perkataan aera. Dirinya terus menenangkan aera dalam pelukannya.

"Udah ya, kita pulang dulu" Ucapnya sambil melepas pelukannya, kemudian mengecup kening aera sekilas.

"Kamu tuh kalo ketemu sama abang selalu aja kayak gini, sesekali buat abang seneng gitu loh" Ucap nya lembut sambil mengusap bekas air mata aera.

Angel || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang