40. Kembali

181 17 1
                                    

Cukup lama aera menghilang dan meninggalkan kota tempat tinggalnya. Itupun atas kehendak wonwoo yang menyeretnya paksa untuk ikut bersamanya.

Hidup asing di negara orang membuat aera susah beradaptasi dengan lingkungannya. Kegiatannya hanya diisi oleh kebosanan dan kejenuhan semata. Hidup di australia tak membuat aera merasa bahagia, apalagi hidupnya seakan terpantau oleh CCTV berjalan. Meskipun sibuk akan kegiatan kantornya, wonwoo tak membiarkan adiknya itu mendapatkan masalah seperti dahulu. Namun caranya salah dengan mengekang adiknya cukup keras.

Fokus dengan layar pipih dedepannya tak membuatnya terganggu oleh apapun. Termasuk oleh godaan aera yang sedari tadi mengusik dirinya yang sedang bekerja. Aera yang merasa usahanya sia-sia akhirnya menyerah dan memilih duduk diam sambil memperhatikan sosok kulkas didepannya dengan mata tajam.

"Gak usah gitu juga kali natapnya.." Ucap wonwoo tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop didepannya.

Aera tak menanggapi ucapan wonwoo. Dirinya masih tetap diposisi yang sama, duduk diam sambil bersilah tangan dan menatap lurus ke arah wonwoo.

"Haah..." Wonwoo menghela napas dan menutup laptopnya begitu saja karena merasa tak nyaman dengan pandangan aera terhadapnya.

"Kenapa??" Tanyanya lagi dengan mata menatap langsung ke arah aera.

Baru mendapat perhatian seperti itu membuat hati aera cukup senang. Sebenarnya ia cukup ragu mengatakan hal ini, namun ia sudah tidak tahan jika terus menyembunyikannya.

"Abang.."

"Hm?" Ucap wonwoo singkat. Ketika ia hendak berdiri mengambil air minum, langkahnya terhenti oleh ucapan aera.

"Abang, aku mau ngomong serius. Bisa dengerin aera sebentar?"

Mendengar hal itu niat awalnya ia urungkan, dirinya kembali duduk dan menatap aera dengan pandangan seriusnya.

"Aera mau balik"

"Gak!"

Tanpa basa-basi ucapan singkat itu ditolak mentah-mentah oleh wonwoo.

"Dengerin aera dulu abang.." Ucap aera sambil menarik kaos wonwoo yang hendak meninggalkan tempatnya.

"Aera kesepian disini.." Ucapnya sambil menunduk. Ia tidak tau persis raut muka wonwoo saat ini, dirinya terlalu takut untuk menatap mata sang lawan bicaranya.

"Aku disini kayak kehilangan jati diri yang sebenarnya, aku ngerasa ini bukan hidup aku yang sebenarnya. Disini pun aku gak bisa ngedapetin satu temen pun. Disini aku cuma punya abang.."

Wonwoo yang melihat aera yang menunduk sambil memainkan ujung kaosnya merasakan penyesalan yang cukup dalam. Spontanitasnya sangat bagus untuk mengetahui keadaan saat ini.

"Maaf..." Hanya kata itu yang mampu ia ucapkan. Pelukan sayang tak luput ia lakukan saat ini.

"Maafin abang udah buat kamu ngerasain itu.. abang gak tau kalau hal yang menurut abang itu baik malah sebaliknya buat kamu, abang juga minta maaf buat kamu gak nyaman karena terlalu posesif sama kamu.. abang sungguh minta maaf"

Mendengar hal itu aera mendongakkan kepalanya menatap raut wajah wonwoo, ingin melihat langsung keadaannya.

"Abang gak usah minta maaf. Mungkin bener penilaian abang memang baik buat aera, tapi aera nya aja yang kurang dalam menghadapi hal itu" Ucapnya sambil menampilkan senyum cerahnya.

"Yaudah kalau itu mau kamu, Abang gak bisa maksa buat itu. Sekarang abang urus tiket pulang kamu dan semuanya"

"Terimakasih abang.." Ucap aera sambil mengecup singkat pipi wonwoo sebagai tanda terima kasih.

Angel || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang