08

16.5K 776 1
                                    

Kedatangan keluarga langit di rumah orang tua Dinara membuat heboh warga kampung,apa lagi mobil yang di Kendari Kamil dan keluarga begitu mewah banyak warga berasumsi lain, mengenai keluarga damar yang hanya warga biasa seorang buruh di perkebunan.

Di ruang tamu sederhana ini damar dan Safira menerima keluarga Kamil yang datang dengan hantaran dan seserahan yang luar biasa mewahnya.

" Sebelumnya saya minta maaf,atas kedatangan keluarga saya yang membuat bapak dan ibu bingung " Kamil terkekeh melihat,kedua orang di depannya yang terkejut sekaligus bingung, jangan kan damar dan Safira bahkan Kamil sendiri masih tak percaya datang ke rumah ini untuk melamar anak gadis orang yang belum keluarganya tahu siapa.
" Saya datang kesini bermaksud,ingin melamar putri pak damar untuk putra saya Langit "

" Melamar putri saya? " Ulang, damar tak percaya.kamil mengangguk dan menyerahkan selambar foto langit di atas meja.

" Iya pak ini langit Megantara putra saya " tangan damar terulur mengambil foto langit di atas meja.

'' maaf sebelumnya tuan?,Nara tidak pernah bilang pada saya atau ibunya bahwa akan ada keluarga laki-laki yang datang melamar ke sini " Kamil terkekeh, baginya kata-kata damar ada benarnya tapi apa yang di kata saat langit sudah membuat keputusan,apa lagi ini pertama kalinya dia tertarik pada wanita.

" Memang betul pak, tapi putra saya begitu mencintai putri bapak dinara " akting Kamil patut di acungi jempol,tapi semuanya tidak bohong kalau bukan mencintai Dinara langit mana mau menikah,Kamil tahu betul sifat putranya langit. " Jadi saya mau melamar putri bapak untuk anak saya,tidak perlu menunggu lama bahkan besok mereka bisa menikah " Gina setuju dengan keputusan Kamil,lebih cepat lebih baik kan toh langit memang Serius, lagian gina sangat setuju atas pilihan langit.

" Tapi tu_ "

" Pak damar dan ibu Safira tenang sajah,saya jamin kebahagiaan putri anda? Saya tidak pernah membeda-bedakan antara anak dan menantu pak, bagi saya menantu saya adalah anak saya perempuan yang rela mengabdikan dirinya untuk mengurus anak saya dan memberikan saya penerus keluarga " Safira terdiam,kilas balik di hidupnya terlihat nyata Dinara putrinya di minta langsung oleh pihak keluarga laki-laki.tidak seperti dirinya yang harus merahasiakan hubungan pernikahan, sampai pada titik terlemah Safira yang harus rela melepaskan orang yang dia cintai.membawa segala cintanya dan 1 kehidupan di masa depan.

" Terima sajah damar?tidak bagus menolak lamaran laki-laki, kamu mau Nara susah jodoh " pungkas Asma, ibu dari Safira nenek dari Dinara.

" Tapi Bu? "

" Tapi apah, ini lamaran ke 4 dari laki-laki untuk Putri kalian apa kamu sama akan menolak juga kamu pikir mar? Tiwi ponakan kamu sampai sekarang belum menikah, karena apah dia menolak setiap lamaran laki-laki.tapi saat dia ingin menikah tidak ada satupun laki-laki yang mau menjadikan dia seorang istri " damar tertegun kata-kata asma ada benarnya tapi damar tidak ingin melihat anak yang dia besarkan sepenuh hati jatuh pada laki-laki yang salah.

Setelah dengan pertimbangan yang cukup lama akhirnya damar dan Safira memutuskan, menerima lamaran keluarga Kamil.
Kebahagiaan begitu jelas di keluarga Kamil apa lagi pernikahan yang mereka inginkan hanya terhitung 3 hari.

Kamil dan keluarga memutuskan untuk menginap di hotel, sampai acara pernikahan di gelar.

©©©

" Tumben kamu sendiri sep? " Dinara meletakan tas punggung miliknya, suasana kantin cukup ramai bahkan banyak para mahasiswa yang tengah menikmati makan siang.
Termasuk Dewo yang tengah asik menikmati Indomie tebus,dengan sepiring nasi putih.

" Si Leo lagi nemenin gulali fotocopy, makan Ra?" Nara menelan ludah melihat mie kuah milik Dewo yang menggugah selera.

" Kebiasaan deh sep, makan mie pasti sama nasi? Mie ajah udah buat kenyang tau"

" Nih Ra perut gue asli orang Indonesia? Sehari makan tanpa Nasi itu berasa belum makan, ya walaupun kita makan apa ajah,tapi kalau belum makan nasi itu gak Apdol." Jelas Dewo dengan semangat " terus kata Abah gue, pamali orang hidup ninggalin nasi? Yah mumpung gue masih bernafas dan sehat jadi makan apa ajah harus pakai nasi "

Dinara terkekeh walopun pemikiran Dewo terlalu kolot tapi Nara, merasa nyaman berteman dengan dirinya.apa lagi soal solidaritas Dewo Leo dan Rena patut di acungi jempol.

" Gila antrian fotocopy ajah udah kaya antri sembako, sep bagi minum " Rena langsung menenggak habis es teh milik Asep.

" Eh . . buset es gue di abisin itu belum gue minum re? Ganti gak? "

" Pelit banget sih loh, cuma es teh ajah? Masih banyak tuh di mang Dadang "

" Misih binyik tuh di Ming Diding " cibir Dewo sambil melenggang pergi,membeli es.

" Jahat Lo re "

" Biarin kali-kali ngerjain anak si Abah " Leo dan Dinara tertawa,Rena dan Dewo seperti tom and Jerry tapi ketika 1 dari mereka tak ada pasti mereka saling merindukan.

Ponsel milik Dinara berbunyi tanda ada sebuah panggilan masuk ke nomor nya.

Ibu cayang calling. .

" Assalamualaikum Bu? "

" Walaikum salam kak? Kakak lagi di mana? " Tanya Safira dengan lembut, Safira begitu gelisah harus memulai pembicaraan dari mana dengan Nara, perihal lamaran langit.

" Lagi di kampus Bu? Ibu kenapa? "

" Ibu boleh bicara? " Suara Safira tercekat,dia bingung harus bicara dari mana.

" Mau bicara apa Bu? Nanti dulu kakak cari tempat biar enak ngobrol nya " setelah pamit dari para sahabatnya yang masih asik makan,di sinilah Dinara di taman kampus yang terbilang cukup sepi karena jarak taman dan gedung manajemen cukup jauh. " Ibu mau bicara apah "

" Kakak, sayang ibu sama bapak kan? Kak bakal terima apa sajah yang sudah bapak dan ibu mau? Maksud ibu masa depan kakak, seperti calon suami " Safira membuang nafas kasar,ini lebih sulit dari masalah hidupnya dulu.

" Enggak perlu ibu tanya dong, jelas kakak sayang sama ibu sama bapak?tanpa ibu minta, kakak akan lakuin apa ajah asal ibu sama bapak bahagia,kakak sayang ibu "

Safira menggit bibirnya, menahan isakan yang akan keluar dari mulutnya " ibu lebih sayang kakak " sesak yang Safira rasakan kalau sajah,dinara tahu masa lalunya apah akan Dinara memaafkan segala kesalahan Safira di masa lalu.

" Jadi ada apa ibu "

" Kak, sebelumnya ibu dan bapak minta maaf? Telah lancang memutuskan masa depan kakak,tapi ini yang terbaik demi masa depan kakak,tidak mungkin bapak selalu menolak setiap lamaran yang datang kepada kakak, jadi dengan penuh pertimbangan akhirnya bapak dan ibu menerima lamaran laki-laki yang datang kemarin bersama keluarganya ke rumah? " Dinara memejamkan matanya,pasti ini yang di alami setiap gadis di kampungnya, harus menikah di usia muda bahkan teman sebayanya harus rela menjadi istri di usia 15 tahun.

The Wedding DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang