Wajah ibu hamil itu sudah cemberut, sedari berangkat tadi,bagai mana tidak langit nekad datang ke kampus bersama ferhan dan kamil.mereka ingin memberi tahu fakta status Dinara yang sebenarnya.
" Wajah Lo jelek neng cemberut gitu " celetuk Dewo yang mengunyah kacang.nara hanya mencebikan bibirnya mereka tengah berada di taman kampus.
" Diem Lo sep,nanti ponakan gue mirip sama Lo gara-gara Nara kesel Mulu denger Lo ngomong " Dewo melotot menatap Leo yang bicara.
" Lah kata gue yang bikin mirip gue, eh nih kokoh bibit unggul gue belum pernah di buang di ladang sembarangan ya " pungkas Dewo yang melempar kulit kacang ke arah Leo.
" Emang nya Lo doang,gue juga sama masih perjaka ting-ting "
" Lo berdua bisa diem gak " tegur Nara, yang membuat Dewo dan Asep diam.
Rena datang dengan membawa beberapa jajan yang dia beli di kantin tadi,Rena mengambil duduk di sebelah nara.rena mengerutkan kedua alisnya tumben sekali dua orang ini bisa diem anteng seperti manekin.
" Ngapa Lo berdua? Kesambet jurig sini "
" Sembarangan . . Gue di suruh diem sama Nara ya gak kokoh " Leo Hanya mengangguk.rena hanya cekikikan akhirnya ke hamilan Nara membuat 2 pria itu takut, memang bibit pak langit Megantara tak perlu di ragukan.
" Emang enak "
Dinara menatap sekeliling taman yang penuh dengan berbagai jenis pohon hingga,mata nya menemukan pohon mangga yang berbuah banyak,Nara sampai menelan air liur sendiri sepertinya makan mangga dia atas pohonnya akan nikmat.
" Sep " tanya nara.dewo hanya bergumam untuk menjawab " enak gak ya sep makan mangga di atas pohon " sambung Nara dengan binar di matanya.
" Enak lah Ra,apa lagi mangganya Mateng beuh " Dewo mengacungkan jempolnya " dan mangganya dapet nyolong ada sensasi nikmat dan takut bersamaan " jelas nya,Rena menggeplak tangan Asep.
" Wah berati Lo tukang nyuri mangga ya sep.parah Lo yah "
" Itu mah dulu ren, waktu gue bocah "
" Sama ajah "
" Sep pengen mangga " kata Nara, yang bangkit dari duduknya berjalan ke arah pohon Mangga yang cukup rindang itu.
" Wah fiks Nara ngidam " girang Asep yang menyusul Nara, Leo dan Rena juga ikut bangun menyusul.beruntung nya Nara yang menggunakan celana kain, semenjak hamil langit melarang dirinya memakai celana jeans.tanpa di duga Nara dengan mudahnya naik ke atas pohon mangga.duduk di batang pohon yang cukup besar untuk tubuhnya.
" Eh . . Lo bertiga bawa pisau kater gak " tanya Nara yang sudah memetik mangga, ketiga sahabatnya speechless melihat Nara yang duduk nangkring di atas pohon.mirip orang utan.
" Ck . . Malah bengong ada yang bawa pisau gak "
" Ya ampun Ra turun " kata Leo yang baru sadar " sep cepetan Lo naik, Lo mau liat Nara jatuh " Dewo hanya menggaruk-garuk rambutnya yang tak gatal.
" Gue baru tau orang ngidam pengen manjat pohon, padahal lakinya banyak duit minta beliin pesawat ke apa " gerutu Dewo " Ra turun yah biar gue yang ambil bahaya Ra "
" Ini gara-gara Lo juga sih si bilang enak makan mangga di atas pohon " omel Rena
" Re Lo bilang pak langit sana,gue ngeri liatnya cepet " ucap Leo, Rena mengguk langsung pergi ke ruang rektor, kebetulan langit ada di sana.
•••
Alangkah terkejutnya calon ayah dan 2 calon kakek ini,mereka langsung menuju taman kampus yang di maksud Rena, nafas langit memburu melihat istrinya duduk di atas pohon bersama dewo.
Ferhan juga tak kalah khawatir melihat Nara, berbeda dengan Kamil yang mengulum senyum dia sudah cukup paham tentang orang ngidam.
" Sayang turun " kata langit, bahkan para bodyguard ferhan sudah ada yang membawa tangga,Dinara tengah asik menikmati mangga yang di kupas Dewo dari atas pohon,bahkan dia tak peduli dengan tatapan langit yang menggelap marah itu.
" Cone on down honey, it ia dangerous"
Dewo merinding melihat tatapan membuh langit pada dirinya, bahkan langit melepaskan jas yang dia pakai menggulung lengan kemeja miliknya.
" Sayang turun " bujuk langit dengan suara lembut,tak lupa dia merentangkan kedua tangannya.nara tak peduli sama sekali nikmatnya rasa buah di mulutnya mengalahkan rasa cemas orang-orang di bawah.
" Ra turun yuk,serem banget tuh Ra muka laki lu yuk,turun " bujuk Dewo
" Turun ajah sendiri ah, ini enak tau " Dewo menelan ludah melihat nara memakan buah yang masih mengkal itu dengan lahap.
" Sayang turun, kamu lagi hamil gak baik manjat pohon "
Dewo meringis karena menjadi tontonan banyak orang,dia merasa persis seperti orang utan di ragunan.
Ais . . Si Nara benar-benar gue udah kayak mirip monyet di ragunan batin Dewo.
" Mantu papah turun yuk, nanti jatuh ah. . Papah ngeri loh liatnya,kalau mau mangga kan bisa beli sayang " bujuk Kamil, dia takut melihat tatapan langit yang tak bisa, Kamil takut langit hilang kontrol bukan dengan perbuatan kasar melainkan, kata-kata kerasnya.
Apa lagi Nara sedang mengandung bisa bahaya." Tanggung pah, sebentar lagi " jawab Nara yang masih asik makan mangga.
" DINARA SAVANIA SAYA BILANG TURUN SEKARANG " sarkas langit datar, Dinara membuang mangga yang dia pegang secara kasar,bahkan Kamil dan ferhan memandang tak percaya langit akan sedingin itu pada Nara.
Dewo dan Leo membantu Nara turun dari pohon, secara pelan-pelan langit hanya menatap Nara tajam, sebenarnya dia tak mau berkata kasar pada Nara, tapi semua demi kebaikan Nara dia tak mau Nara dan calon anaknya kenapa-kenapa.
Dinara pulang satu mobil bersama ferhan, sedangkan langit bersamaan Kamil.setelah turun dari pohon tadi Nara langsung mendiami langit bahkan menatap langit pun enggan.
" Kamu harusnya gak ngomong kaya gitu sama Nara " Kamil mengecek beberapa email yang masuk dari iPad nya.
" Ck . . Papah gak liat istri langit nangkring di atas pohon " Kamil tersenyum dengan tatapan yang masih pada layar iPadnya.
" Papah yakin Lang anak kamu itu laki-laki " langit hanya melirik Kamil dari ekor matanya.
" Mau dia laki-laki atau perempuan yang terpenting dia sehat dan sempurna pah.apa lagi dia lahir dari perempuan yang langit cintai And I'am grateful to have him,the most important thing is that Nara also loves me " ucap langit dengan senyum yang terpatri di bibirnya.
TBC
Jangan lupa follow vote and comen ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding Dinara
RomanceHidup di kota besar itu tidak mudah,apa lagi harus jauh dari keluarga.ini yang di alami Dinara savania demi cita-cita dan impian dia harus rela berjauhan dari keluarga. Apa lagi setelah pertemuan dirinya dengan Langit megantara, laki-laki dingin yan...