09

15.7K 712 3
                                    

Dinara sudah menarik 1 koper kecil miliknya, tak lupa satu tas ransel kecil yang berisi ponsel dompet dan tiket pesawat yang malam tadi di antar kan Adam sang kakak.
Ya siang ini Nara harus pulang kampung, karena hari pernikahannya akan di laksanakan besok pagi.

Di luar sudah ada Leo dan Dewo yang siap mengantar Nara menunju bandara,ya ketiga sahabatnya sudah tau tujuan Nara pulang ke Bayuwangi untuk apa.
Tidak ada seorang teman yang menginginkan temannya hancur,itu yang di alami Nara. Bahkan Ketiganya secara tidak langsung mendukung keputusan orang tua Nara.

" Gimana ya Ra? Walaupun gue baru kenal sama om damar sama Tante Safira tapi gue yakin keputusan dia itu yang terbaik Ra, gue dukung keputusan orang tua Lo " Leo menggenggam tangan Nara " karena orang tua gak bakal salah Ra, milihin kita calon suami.buktinya nyokap sama bokap gue yang nikah mirip kaya Lo,tapi Alhamdulillah dia bahagia sampai sekarang? karena apa saling percaya dan terbuka Ra.

" Hiks. .tapi Lo gak bakal lupain gue kan Ra?Lo tetep ada kan buat kita " Rena menangis terisak di pelukan Dewo.

" Dinara? Abdi sebagai sahabat NU baik mendukung setiap langkah dan keputusan yang kamu ambil,tapi kalau ada masalah mau itu sekecil apapun kamu bilang sama kita.dan jika laki-laki itu nyakitin kamu kami orang pertama yang akan menghajarnya.karena apa kami sudah menganggap kamu seperti saudara sendiri "

" Bu Nara pamit pulang dulu yah? " Bu Rodiah yang baru pulang membeli sarapan di kejutkan oleh Nara yang sudah siap dengan koper miliknya.

" Loh, kok tumben mendadak? "

" Baru di kabarin ibu kemarin Bu, katanya ada acara keluarga di rumah" Dinara menyalami tangan Bu Rodiah.

" Ya udah hati-hati ya nak, semoga selamat sampai rumah nanti " Dinara memasuki mobil milik Leo, mobil itu melaju meninggalkan halaman kosan Bu Rodiah.

Tidak butuh waktu lama sekitar 40 menit dinara tiba di bandara internasional Soekarno-Hatta, Leo dan Dewo hanya mengantar Nara sampai Di pintu tempat melaksanakan boarding pass, di sana sudah ada Adam beserta istri dan anaknya.

" Thanks ya, le sep? " Leo dan Dewo langsung memeluk Dinara.

" Sama-sama, kalau udah sampai kabarin kita ya Ra?"

" Pasti, salam buat Rena yah "

°°°

Sekitar pukul 4 sore Dinara dan rombongan sudah tiba di rumah kedua orang tuanya,damar menyambut hangat kedatangan anak beserta menantu dan cucunya.
Suasana rumah masih terbilang sepi, hanya ada sanak saudara dari damar.sedangkan dari Safira hanya ada pakde Karto kakak kandung Safira.

" Istirahat dulu kak, ibu sudah rapihkan kamar kakak ? Apakah mau makan dulu " tanya Safira,Nara langsung bergelayut manja pada sang ibu di usia Safira yang hampir kepala 5 dia masih terlihat cantik.

" Kok manja sih " Safira membelai rambut panjang Nara " kamu cepet banget besar ya kak, perasaan ibu baru kemarin loh ibu tau kamu ada di perut ibu,eh kok sekarang malah mau jadi istri " Safira terkekeh, Nara semakin membenamkan wajahnya di perut sang ibu " ibu doakan semoga pernikahan kak besok,sakinah mawadah warahmah kak jadi istri yang baik untuk suami,ikuti setiap kata dan nasehat suami kak,jangan suka melawan kamu tahu sayang surganya istri ada pada suaminya.dan ibu harap kamu jadi istri Soleha yang mampu menutupi kekurangan suami kamu,jika ada masalah coba bicarakan secara baik-baik jangan suka ambil keputusan tanpa izin suami kamu.dan sayangi mertua kakak seperti Kaka sayang sama ibu dan bapak " jelas Safira dengan panjang.

" Kakak akan ingat setiap nasehat ibu, terimakasih telah jadi ibu yang terbaik buat kakak dan mas Adam " Safira menitihkan air matanya, apa setelah ini Nara akan membencinya ketika satu fakta yang Safira Siman rapat-rapat akan terbongkar.

" Bu? Siapa laki-laki yang besok nikah sama kakak? " Safira tertawa, bahkan Adam yang baru masuk ke ruang tamu pun tak kalah tertawa kencang.
Bisa-bisanya Nara lupa menanyakan perihal siapa laki-laki yang telah melamar dirinya.

" Ya ampun dek, baru eling? Nanya siapa yang nikah sama kamu besok " kekeh Adam dengan tawanya.

Dinara mencebikan bibirnya " Ya Mana aku inget toh mas,ibu bilang ada yang ngelamar ajah udah buat aku shock boro-boro inget nanyain siapa cowoknya "

" Ini kebiasaan kamu,yang mas hawatirin pe_lu_pa " tekan Adam di setiap kalimat " gimana ibu sama bapak nikahin kamu sama orang tua yang palane botak kumis ne tebel perut ne buncit, masih mau kamu " Dinara menatap Safira yang sedang mengulum senyum.

" Bu yang mas Adam bilang gak bener kan Bu " mata Dinara sudah berkaca-kaca " Ah . .ibu kalau sama yang gitu kakak gak mau " jerit Nara, yang membuat damar dan para keluarga masuk kedalam rumah dengan terburu-buru. Adam sang tersangka masih tertawa dengan terpingkal-pingkal bahakan membuat kedua sudut matanya berair.

" Ada apa Bu? Kok Nara teriak-teriak "

" Biasa pak kalau udah ketemu? Kalau salah satu dari mereka berdua gak ada yang ribut kan gak rame " tunjuk Safira kepada kedua anaknya.

" Ya ampun toh mas, . Inget udah punya anak masih iseng ganggu adik nya, kan gak lucu besok adiknya nikah matanya bengkak "

Dinara langsung memeluk tubuh damar melingkarkan tangannya di perut yang kian hari makin subur itu.

" Pak, mas Adam  tuh " adunya yang membuat Adam melotot, Adam juga tak mau kalah dia juga langsung memeluk tubuh Safira.

" Bu, ibu sayang Adam kan? Gak sayang itu tuh "

" Iya ibu sayang ka_ "

" Alhamdulillah, ibu sayang Adam doang gak sayang Adek " sela Adam memotong ucapan Safira, yang membuat Dinara kesal.

" Kata siapa ibu bilang gitu "

" Tuh denger d gede-gede kok budek "

" Lah tadi ibu bilang gitu kok,iya ibu sayang kamu. tuh siapa yang salah mas bener kan? Bapak juga denger iya gak pak? " Adam mencari pembelaan.

" Alah kalian berdua salah, wong ibu kalian cuma sayang sama bapak doang kok " perkataan damar membuat Nara dan Adam kesal.

" Bapak " teriak keduanya kompak.




TBC





The Wedding DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang