40

14.2K 529 3
                                    


Heppy reading . .



...

Aakash Esa putra megantara

Nama yang langit berikan pada putra dalam gendongannya, bayi mungil yang begitu mirip dengan dirinya tertidur lelap dalam dekapan hangat dirinya.

Aka adalah harta yang tak akan bisa langit tukar dengan apapun hadirnya aka sebagai pelengkap kehidupan dirinya dan dinara.
Oh betapa bahagianya langit sekarang memiliki malaikat kecil yang mewarisi semuanya dari dalam dirinya tapi hanya satu yang tak aka ikuti dari sang ayah warna mata aka berbeda dari langit yang memiliki warna hitam sedangkan aka memiliki bola mata ke biru-biruan mirip dengan Nara dan sang buba ferhan.

Dinara tersenyum melihat langit yang begitu menyayangi putranya, bahkan ayah satu anak itu tak mengijinkan siapapun menyentuh aka.

" Aka nya di taruh mas di tempat tidur "

" Nanti dia bangun, kasihan biar mas gendong sajah " ucapnya yang menimang-nimang aka,langit tak memperdulikan tatapan mata gina yang memandang sinis ke arahnya,Oma yang baru menambah cucu itu menatap jengkel ke arah sang putra yang tak mengijinkan aka di sentuh dirinya.
Padahal gina begitu gemas melihat baby aka yang begitu tampan.
Ingatkan gina nanti dia akan memperkenalkan Aakash kepada teman-teman arisannya.

" Biarin ajah Ra,dia belum cape tuh gendong-gendong baby aka paling kalau udah cape ngelirik ajah gak bakal " sinis gina,Nara hanya tersenyum melihat gina yang tengah merajuk, suaminya ini benar-benar keterlaluan.

Pintu ruang rawat terbuka menampilkan ferhan dan Altaf yang baru datang, ferhan tertegun melihat bayi mungil di gendongan langit.
Bayi merah itu begitu tampan apa lagi ketika mata nya terbuka,ferhan menitihkan air mata haru melihat aka yang memiliki iris mata seperti dirinya.

" Cok yakisikli "  tangan ferhan mengelus lembut pipi merah aka, yang di balas senyum oleh bayi itu. " Oh . . Manis sekali sayang boleh buba gendong "

Langit menyerahkan aka hati-hati dalam gendongan ferhan yang di sambut dengan tangan gemetar ferhan,ini pertama kali dalam seumur hidupnya ferhan menimang bayi merah cucunya, darah daging ferhan sendiri.

Mata ferhan berkaca-kaca tak kala aka tersenyum dan mendusel ke dada bidangnya " torunum Bu buyukbaba Canim " ucapnya mengecup pipi aka lembut.

" Dia mirip langit sekali, hanya matanya yang sama dengan mu dan Nara " ujar Altaf yang mengelus lembut baby aka.

Ferhan berjalan menuju Nara yang tertidur di ranjang pasien, meletakan aka di pangkuan Nara.

" Kamu itu anugerah terindah yang Tuhan beri pada baba nak meski baba menyesal tak ada saat tumbuh kembang mu tapi baba janji baba akan ada selalu untuk kamu dan cucu baba sekarang,baba seni seviyor " ferhan mengecup kening Nara penuh sayang,dia berjanji akan menebus semua kesalahannya.





....

Hanya tinggal Nara dan rembulan yang berada di ruangan ini, gina pulang dahulu sebelum nanti malam berjaga menemani Nara dan langit.
Sedangkan langit dia tengah menjemput Safira dan damar di bandara.

Bulan tengah menimang baby aka yang tengah menyusu melalui dot khusus bayi.bulan berdecak kagum setiap melihat aka bayi belum genap satu hari ini begitu menyita perhatian siapa sajah  yang melihatnya.

" Kaka masih gak percaya loh Ra, liat aka mirip banget sama langit ya ampun kamu tuh sampe gak bisa di bedain sama papi loh aka " Nara terkekeh,bukan hanya bulan dan yang lain Nara sendiri pun sampai heran anaknya semirip itu dengan langit.

" Bukan hanya kakak,Nara juga sama"

" Tapi sifat nyebelin nya jangan ikut-ikutan papi ya aka, nanti mami jewer kuping aka kalau nyebelin kaya papi. Eh . .boleh kan kakak panggil mami? "

" Boleh kok kak,Jeje udah ngantuk sini tidur sama aunty " Zela yang tengah bermain puzzle di atas karpet bulu pun berjalan menuju ranjang di mana Nara berbaring.

" Gecer nty . . " Nara bergeser memberi ruang sedikit untuk Zela berbaring,di elusnya kepala Zela " nty nanti aka boleh atu bawa pulang "

" Bilang sama uncle boleh gak "

" Kalau sama antel pasti Ndak boleh, Oma ajah Ndak boleh " Zela mengerucut kan bibirnya, yang membuat nata dan bulan tertawa.

" Kalau enggak boleh nanti mami colong aka nya, biar bisa nginep di rumah kakak Jeje " jawab bulan sambil mengedipkan satu matanya pada Zela, yang di dapati anggukkan dari anak usia empat tahun itu.

Pintu ruang rawat Nara terbuka di sana berdiri 3 sahabat Nara dan para karyawan devisi pemasaran.ada Adel Ratih dan Bayu yang datang membawa bermacam-macam bingkisan.

" Hallo baby aka uncle Dewo datang " teriak Dewo heboh, yang datang membawa buket perlengkapan bayi.

" Asep Sadewo mulut Lo,bisa soak ponakan gue " Dewo hanya cengengesan, meletakan buket di atas sopa. Ke enam orang itu langsung berkumpul melihat aka berada di gendongan bulan.

" Ya Allah calon mantu gue ganteng banget " Ratih dengan gemas mencolek pipi aka.

" Ck . . Ck . . Mirip banget bapaknya kayanya pak langit cinta mati banget sama kamu Ra .sampe aka segitu miripnya " kata Adel, yang di angguki semuanya.
Leo tersenyum berjalan ke arah Nara, pria berdarah teonghoa itu duduk di sisi ranjang Nara menatap ibu baru itu.tangan Leo menyentuh satu tangan Nara yang terbebas infus mengelus nya penuh sayang.

" Selamat ya Ra kamu sudah jadi ibu " Leo terkekeh dengan senyum yang masih terukir di bibirnya " perasaan baru kemarin loh ada anak yang di hukum di hari pertama masuk gara-gara salah kostum " Nara cemberut, yang di hadiahi tawa Leo " kamu tahu itu awal pertama kita kenal bahkan kita kompak berempat di hukum bersihin taman belakang.rasanya itu masih baru loh Ra bagi kita tapi kamu Rena dan Dewo entah kenapa membuat aku begitu nyaman dekat kalian.meski kita tak punya ikatan darah yang sama tapi entah kenapa rasanya kalian itu melebihi apapun. Nara selamat aku orang pertama yang bahagia atas kebahagiaan kamu.jadi ibu yang baik untuk Aakash dan istri yang baik untuk pak langit " Nara langsung menghambur ke pelukan leo.

" Terimakasih koh, terimakasih sudah mau berteman dengan aku yang selalu nyusahin Kalian semua " tangan Leo terulur mengelus lembut punggung Nara, Nara bersyukur bisa bertemu dengan ketiganya orang-orang baik yang telah menemani awal kehidupan dirinya di Jakarta.

Dewo dan Rena tersenyum dan menghambur memeluk Leo dan Nara bersamaan.

" Tetap seperti ini, yah meski suatu hari nanti kita memiliki kehidupan lain "











TBC




Happy islamic New year 🎉🎉

Jangan lupa follow vote and comen ❤️

The Wedding DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang