Semester telah usai di laksanakan, bahkan hari ini Dinara terlihat santai dari 1 Minggu terakhir kemarin.
Selepas membersihkan seisi rumah karena kemarin-kemarin dirinya tidak bisa hanya mengerjakan hal yang penting seperti mencuci dan menyetrika baju kerja langit dan dirinya.
Bahkan langit yang kasihan pada sang istri sudah menyarankan untuk memakai jasa Art, agar istrinya hanya fokus kepada tugas kuliah sajah, tapi langit bisa apah Nara ya tetap Nara.Dinara yang tengah sibuk memasak di kejutkan oleh tangan kekar yang sudah melingkar di pinggang nya,Nara tak perlu menoleh karena dia sudah tau wangi tubuh siapa ini.
" Pagi yang? Masak apah, wangi banget " langit menaruh wajahnya di pundak Nara,dengan tangan yang melingkar di pinggang sang istri.
" Pagi, masak opor ayam mas suka kan? " Langit mencium pipi Nara.
" Apapun yang kamu masak mas pasti suka, apa lagi opor " Nara tersenyum, semalam dia menghubungi gina untuk menayangkan masakan ke sukaan langit dan gina memberi tahu bahwa langit menyukai opor ayam apa lagi di padukan dengan kentang goreng Mustafa langit akan lupa caranya berhenti makan.
" Baiklah, sekarang mas lepas Nara mau naruh ini ke meja "
Cup
Langit mengecup singkat bibir sang istri, dan melepaskan pelukannya dari Dinara.
" Besok kita jadi pergi yah yang? Mas udah pesen tiket, berangkatnya sekitar pukul 9 pagi " Nara meletakan mangkuk besar berisi opor ayam dan kentang goreng Mustafa.
" Gak usah bawa barang banyak-banyak kalau kurang kita beli di sana " Nara mencibir semudah itu uang bagi kalangan berada.
" Iya . . Sultan mah bebas "
" Mas gak mau kamu repot-repot packing, kalau perlu kamu bawa baju yang kamu pakai ajah mas gak masalah "
" Sayang uangnya mas? Mas gak perlu repot-repot pikirin apah yang akan mas bawa lagian Nara udah siapin barang bawaan mas " langit tersenyum istrinya ini selalu cekatan dalam urusan pekerjaan.
" Nasinya segini " tanya Nara yang tengah menyendok nasi pada piring milik langit.
" Cukup, nanti mas tambah "
Ting tong . .
Suara bel rumah terdengar,Nara yang akan menyendok kan nasi pada piring miliknya pun mengurungkan niatnya.
" Bunda mau ke sini mas? " Tanya Nara, tidak mungkin gina. biasanya mertuanya akan selalu menghubungi langit atau dirinya jika akan datang berkunjung.
" Enggak kok, bunda gak telpon atau chat mas mau ke sini " Nara mengayunkan kakinya menuju pintu untuk menyambut siapa tamu yang datang sepagi ini.
Ceklek
" Lama banget sih Ra bukain pintu doang " cerocos Rena, Nara melotot melihat tiga sahabatnya sudah berdiri di depan rumahnya.
" Yeh masalah bengong nih anak, Ra sama tamu teh yang sopan atuh masa kita suruh diri doang di depan pintu kamu kira kita teh monumen selamat datang " dengan kikuk Nara membuka lebar pintu, mengijinkan ketiganya masuk.
" Eh Ra . . Bukain gerbang mobil gue mau masuk " kata Leo.
" Lah kalian bisa di depan pintu lewat mana kan gerbangnya di kunci " Ucap Nara polos.
" Ck . . Ini ci Nara lupa kita kan ahli dalam hal manjat- memanjat cuma gerbang segitu mah kecil " sombong Asep.
" Iya Lo mah kan anaknya Ua king di ragunan, jelas ahli "ucap Rena, yang langsung duduk di sofa.
Nara menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya yang ajaib " udah pada makan belum? Kebetulan gue masak "
" Ah . . Kebetulan banget Ra gue belum sarapan, yuk Ra gas keun? " Ujar Asep bersorak gembira sambil mengampit lengan Nara menuju dapur.
•••
" Siapa Ra yang datang " tanya langit di sela-sela makanya.
" Selamat pagi pak langit " sapa,Dewo Leo dan Rena. Langit hanya mengangguk, dia heran kenapa ketiga sahabat istrinya sepagi ini sudah datang bertamu ke rumahnya.
" Bisa kamu lepaskan tangan istri saya'' Dewo yang mengampit tangan Dinara langsung menepis tangan Dinara kasar.
" Maaf pak " Dewo cengengesan " maklum udah biasa " katanya canggung.
" Lain kali jangan, dia istri saya sekarang " ucap langit tajam,Dewo menelan ludah kasar.
Gila lakinya si Nara galak amat,untung tuh muka cakep pak jadi saya maklumi? Kalau muka bapak pas-pasan udah saya tonjok batin Dewo.
" Ayo duduk kita makan bareng " ucap Nara yang berjalan mengambil piring, ketiga sahabatnya kompak duduk di meja makan yang memiliki 6 kursi itu.
" Wih . . Enak nih dah lama gak makan masakan Lo Ra? Terakhir waktu di rumah Rena ya " ucap Leo antusias.
" Iya bener,gue kangen mielor buatan Lo Ra "
" Buat sendiri re, Lo kan cewe cuma buat mielor apah susuahnya, gue yang laki ajah bisa " omel Dewo, langit yang melihat perdebatan 3 sahabat istrinya hanya menggeleng, dia jadi ingat ke 2 sahabatnya yang sekarang tinggal di negara masing-masing.
" Beda Asep rasanya gue pernah coba"bela Rena tak terima.
" Cuma pake bumbu mie Rena kasih telor,terus di goreng di minyak ,Lo balik-balik terus angkat jadi? " Sungut Dewo kesal " gimana nanti kalau Lo jadi bini gue Rena, ya ampun Emak gue bisa darah tinggi punya mantu masak telor ajah gosong " Dinara dan Leo menyemburkan tawanya, sedangkan langit hanya menarik sudut bibirnya sajah.
" Ih . . amit-amit tujuh turun gue punya mertua kaya emak Lo sep, bawelnya minta ampun " Rena mengetuk-ngetuk tangannya ke atas meja sambil menggelengkan kepala.
" Bawel juga dia calon mertua Lo re? Gak boleh gitu,kewalat lo sama mertua nanti Lo kegilaan anaknya yang ganteng kaya gue "
" Maaf ya pak, Asep sama Rena emang gitu? Yang waras diantara mereka berempat ya cuma saya sama Nara " Bangga Leo, malah mendapat umpatan kasar dari Rena dan Dewo.
Selesai makan mereka kompak untuk Nobar bersama,di ruang keluarga tidak lupa sang pemilik rumah mengeluarkan stok makanan ringan yang dia miliki.
Di mana langit laki-laki itu juga ikut,dia malah asik memeluk pinggang sang istri dari samping menyandarkan kepalanya di bahu Nara yang tengah duduk menatap layar televisi 55 inci di depannya, sedangkan 3 sahabat Nara duduk lesehan di karpet bulu dengan bermacam snack yang tersebar berantakan, mereka tengah menyaksikan drama Korea yang tengah buming DOTS ( descendants of the sun )." Kata gue juga gak bakal tuh kapten Yoo sin jin sama seo Dae young meninggal paling juga mereka di sekap sama musuh " kata Asep, yang menenggak habis minuman kaleng miliknya.
" Diem sep mulut Lo, ngoceh Mulu malu sama pak langit noh " tunjuk Leo ke belakang,Dewo menoleh melihat langit yang tengah bergelayut manja dengan Nara.
Astaghfirullah . . Abah Asep pengen kawin. Batinnya
" Eh . . Kok gue jadi inget bang Haikal yah? Tugas di mana tuh sekarang " ucap Rena tiba-tiba yang membuat langit memasang telinganya baik-baik.
" Di hankam, udah lama sih gak tau kapan dia main ke kampus, nyari Nara? Eh . .iya kok gue baru inget yah " pungkas Dewo, yang langsung menoleh pada Nara dan langit " oh ya . .Lo di Carin bang haikal Waktu Lo pulang kampung pas nikah kemarin " sambung Dewo dengan santai,tapi membuat langit berkilat marah.
Nara hanya diam tidak menjawab kata-kata Dewo yang membicarakan Haikal, selain untuk menghargai sosok langit suaminya, perasaan Nara juga sudah tidak sama seperti dulu sekarang dia mencintai sosok langit, laki-laki yang telah sah menjadi suaminya ini.
Tbc
Jangan lupa follow vote and comen ❤️.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding Dinara
RomanceHidup di kota besar itu tidak mudah,apa lagi harus jauh dari keluarga.ini yang di alami Dinara savania demi cita-cita dan impian dia harus rela berjauhan dari keluarga. Apa lagi setelah pertemuan dirinya dengan Langit megantara, laki-laki dingin yan...