29

12.1K 525 1
                                    

Suasana rumah begitu sepi padahal belum sehari langit pergi dinas,tapi Nara sudah di buat rindu.
Setelah membersihkan diri Nara melangkah kan kedua kakinya ke dapur,dia belum makan apa-apa dari tadi siang hanya opak dan kerupuk kulit pemberian Dewo.

Dinara mendesah kecewa ketika tak mendapati apa-apa di dalam kulkas,dia lupa belum sempat berbelanja.

" Ck . . Gak ada apa-apa yang bisa di makan "

Dengan malas dia kembali ke dalam kamar untuk mengambil jaket dan dompet miliknya,Nara memutuskan akan mencari makan di luar.

" Coba bisa bawa motor Ra,gak bakal kamu jalan kaki kaya gini " gerutu Nara sepanjang jalan tak,lupa kakinya menendang batu-batu kecil.cukup jauh Nara berjalan akhirnya dia bisa menemukan penjual baso yah setidaknya perutnya bisa di isi makanan, walaupun bukan nasi.
Nara memesan 1 mangkuk baso dan teh manis hangat.

" Terimakasih " ucap Nara sopan, kepada bapak penjual bakso.

" Sama-sama, neng orang baru di sini? " Nara hanya mengangguk " pantes bapak baru liat, apa lagi wajah neng kaya orang Arab "

" Saya orang Bayuwangi pak, kebetulan tinggal di perumahan depan "

" Oh . . Wong jowo ck . .pantes ayu neng. tapi asli loh kirain bapak neng bukan orang sini muka neng kaya orang Arab gitu "

" Bapak bisa ajah . . Saya makan dulu ya pak? "

" Walah . . Sampai lupa sok Monggo neng maaf bapak ganggu " Nara tersenyum, dia mulai menikmati baso yang dia pesan baru satu suap bakso masuk mulutnya dia buru-buru memuntahkan kembali.

" Loh neng kenapa "  bapak penjual bakso itu sedikit panik melihat Nara yang tiba-tiba muntah.

" Maaf pak perut saya tiba-tiba gak enak, kayanya asam lambung saya naik pak " ucap Nara yang membekap mulutnya dia buru-buru membayar bakso dan teh manis yang dia pesan.tidak lupa mengucapkan kata maaf kepada penjual bakso.

Dinara meringkuk di balik selimut tebal di kamarnya, setelah bolak-balik kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya yang hanya cairan bening sajah.nara benar-benar menahan rasa mual yang luar biasa hebat. Dia berharap tidur bisa mengurangi rasa mual yang ada.

Pukul 02.30 langit membuka pintu kamar miliknya dan Nara dia bisa melihat istrinya meringkuk di dalam selimut,dia sedikit lega melihat istrinya tidur lelap.
Semenjak berita itu menyebar di media online maupun televisi, langit meras tak tenang dia takut Nara istrinya kenapa-kenapa,apa lagi ponsel istrinya tidak bisa di hubungi  dari pagi maupun sekarang.
Langit benar-benar di buat kalut yang luar biasa, tidak biasanya dia mematikan ponsel dengan terpaksa langit meninggalkan pekerjaan miliknya di Sumatra menyerahkan pengecekan kepada Reza dan sekertaris nya.

Setalah membersihkan diri langit naik keatas tempat tidur,secara perlahan-lahan dia takut Nara terjaga.
Langit membenarkan posisi tidur Nara agar berada di dalam pelukannya.

" I love you "  langit mengecup singkat bibir sang istri, sebelum jatuh tertidur.




•••




Dinara bisa merasakan hembusan nafas hangat di sekitar leher miliknya,apa lagi sebuah lengan yang melingkar di tubuhnya.
Dengan rasa takut yang luar biasa dia membuka perlahan-lahan kedua matanya, pikiran nya langsung berkelana memikirkan hal buruk yang terjadi.

Dia tidur dengan laki-laki lain yang bukan suaminya.

Ah rasanya Dinara ingin mati sajah belum selesai masalah tentang pernikahannya,sudah datang kembali masalah baru yang lebih buruk.
Langit yang sudah bangun sedari tadi mengulum senyum, merasakan pergerakan gelisah istrinya,apa lagi kedua mata Nara yang belum terbuka.

Nara membuka perlahan-lahan matanya, matanya melotot ketika bertemu iris gelap milik langit yang tengah menatap dirinya.

" Mas " langit mengulum senyum, Melihat wajah bingung Nara.

" Ya Allah. . berbuat dosa ajah bisa ngebayangin wajah mas langit " ucap Nara yang Langsung memejamkan matanya kembali.

" Maafin Nara mas "

" Yang " ucap langit geli

" Tuh suaranya ajah mirip, hiks mas langit maafin Nara hiks "

" Hey . . Kok nangis " langit membelai wajah Nara dengan lembut " sayang ini mas "

" Hiks . . Maafin Nara "

" Buka dulu matanya lihat mas sayang " bujuk langit,Nara menggelengkan kepala dia takut bahwa di depannya ini bukan suaminya. " Ini mas loh suami Nara kalau gak mau buka mata mas pergi lagi ajah ah "kata langit,dengan rasa takut Nara membuka matanya.

" Mas "langit tersenyum,Nara langsung memeluk langit " ini mas kan " Nara hanya mengangguk.

" Mas kapan pulang "

" Semalam  "

" Kok gak bangunin Nara sih? " Mata langit menelisik wajah sang istri yang terlihat sangat pucat.

" Mas gak tega banguin kamu, yang kita ke dokter yah wajahnya pucat banget loh " Nara menggeleng,dan bangun menuju kamar mandi perutnya tiba-tiba mual kembali.

Hoeek hoeek

Nara memuntahkan isi perutnya, tidak ada yang keluar selain cairan bening .langit yang mendengar itu terbangun.

" Yang kamu kenapa, yang " langit menggendor pintu kamar mandi agar Nara membukanya " yang "

Ceklek

" Kita kedokter yah " ucap langit panik,dia mengecek kening Nara yang terasa hangat.pantas saja perasaan nya tak enak ingin buru-buru pulang bertemu istrinya.

" Nara enggak apa-apa kok,asam lambung Nara naik mas kalau udah sarapan dan minum obat nanti baikan " langit menatap lekat wajah istrinya " liatnya jangan kaya gitu "

" Gak kita kedokter,biar tahu kamu sakit apa "

" Mas ajah yang ke dokter sana " ucap Nara sewot,Nara meninggalkan langit di depan pintu kamar mandi.

Lah kenapa dia yang marah,dasar perempuan di ngertiin salah gak di ngertiin apa lagi. Gerutu langit dalam hati.

Sekitar pukul 10 siang langit dan Dinara tiba di rumah Kamil,langit bisa melihat ada 1 mobil yang begitu asing baginya.dengan menggandeng tangan Nara langit masuk kedalam rumah orangtuanya.

Sepertinya gina dan Kamil tengah menerima tamu bisa langit lihat ada dua orang perempuan yang duduk membelakangi pintu.

" Assalamualaikum " sapa langit dan Nara secara bersamaan.

" Hey Lang " sapa Karisa yang langsung bangun dari duduknya.

" Duduk Lang, " perintah Kamil tegas," Nara kamu bisa tolong suruh bibi bawakan minum kesini " sambung Kamil,Nara hanya mengangguk melepaskan tangan langit yang menggenggamnya.

" Bibi " Sumi yang tengah menata meja makan menoleh kepada istri tuannya.

" Iya non "

" Bibi tolong bawakan minum buat tamu di depan " Nara melihat banyak makan tertata rapi di atas meja " ini bibi yang masak "

" Bukan non, tamu tuan yang bawa katanya buat makan siang di sini sama-sama " jelas Sumi yang melenggang pergi ke dapur.

Selepas kepergian Sumi Nara menitikkan air matanya, rasanya sesakit ini ada wanita lain yang secara terang-terangan menginginkan suaminya.
Gina yang baru masuk kedalam dapur  tertegun melihat menantunya menangis, dia memang kecewa atas sikap Nara yang ingin pernikahan nya di tutupi.tapi gina menerima alasan Nara.

" Ra " gina menyentuh bahu Nara.

" Bunda " Nara langsung memeluk tubuh gina, terisak di pelukan mertuanya,Nara beruntung memiliki ibu mertua seperti gina " maafin Nara bunda " gina mengelus lembut punggung Nara lembut.

" Bunda maafkan sayang,jangan menangis yah kita sama-sama lewati ini bunda akan dukung kamu, melewati ini "

" Terimakasih bunda "









TBC



Jangan lupa follow vote and comen ❤️

The Wedding DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang