15

16.8K 685 2
                                    

Setelah menikah selama hampir 2 Minggu ini lah hari pertama Dinara berperan menjadi seorang istri sesungguhnya, ya kemarin mereka resmi mengisi rumah yang langit beli untuk mereka tinggali berdua.

Tidak ada ART yang membantu mengurus rumah ini, sebab Dinara menolak ketika langit dan bunda gina menyarankan untuk membawa salah satu ART yang bekerja di rumah utama Megantara, karena Dinara merasa sanggup untuk mengurus semuanya.

Soal hubungan keduanya sudah semakin dekat bahkan interaksi mereka sudah layak nya suami istri walaupun belum tahap masalah ranjang,toh langit belum menuntut itu dia ingin membuat Nara nyaman berada di dekatnya.

" Selesai " senyum bahagia begitu jelas di wajah Dinara, ketika dua piring nasi goreng buatannya sudah selesai dia tata di atas meja makan,tak lupa secangkir kopi untuk sang suami.

Langit yang baru turun dari lantai atas, tampak terlihat segar apa lagi dia hanya menggunakan celana pendek selutut di padukan kaos polo berwarna putih.

" Maaf mas ketiduran ? " Ucap langit dengan mencium kening Nara singkat. Dia merasa bersalah tidak biasa membantu Nara di hari pertama mereka tinggal di rumah ini, apa lagi semalam dia pulang cukup larut.

" enggak apa-apa, silahkan di makan mas? Kalau rasanya kurang enak mas bilang yah? Biar Nara bisa perbaiki "

Langit menyuapi 1 sendok nasi goreng buatan Nara ke dalam mulutnya, walaupun terlihat biasa dari segi penampilan tapi rasa nasi goreng ini sangat luar bisa di mulut langit,bahkan nasi goreng bundanya sajah masih kalah sama buatan Nara.

" Enak yang mas suka? " Puji langit, yang terus menyuapi nasi goreng kedalam mulutnya, tak butuh waktu lama nasi goreng buatan Nara sudah habis tak tersisa. Nara mengulum senyum ketika melihat nasi goreng di  piring sang suami yang sudah habis. Berati langit menyukai masakan buatan dirinya.

" Hari ini mas enggak ke kantor? " Tanya Nara yang membereskan piring kotor dan membawanya ke wastafel siap akan mencuci piring,tapi langit langsung berbuat spon yang akan Nara gunakan.

" Biar mas yang cuci, kamu pasti cape dari tadi kerja terus " pungkas langit yang menggantikan untuk mencuci piring. Nara mengalah memilih duduk kembali di kursi meja makan.
" Enggak, paling Lusa mas ke kantor pusat ada pertemuan penting sama para investor " langit mengelap tangan yang basahnya dan duduk kembali di kursi meja makan.

" Loh emang, papah sama mas Dirga kemana?

" Papah yang minta mas buat ikut, itung-itung mas belajar, kalau mas Dirga lagi gantikan papah ke Sumatra memantau proyek pembuatan MT Mart " langit menyeruput kopi " Kamu hari ini gak ada jadwal ke kampus? "

" Hari ini free, tapi nanti siangan aku mau ke tempat kost mau ambil barang-barang yang masih ketinggalan di sana, sekalian pamit sama Bu Rodiah mas "

" Mas antar yah, sekalian cari makan siang di luar? " Nara mengangguk, mungkin sekalian dia berbelanja kebutuhan dapur yang belum lengkap.

•••

Ibu Rodiah menitihkan air mata ketika Nara pamit untuk tidak kost lagi di rumahnya, apa lagi sosok Nara sudah sangat dekat dengan Bu Rodiah dan para penghuni kamar kost yang lain.

" Konstan ibu ke mahalan ya, jadi Nara mau pindah dari sini? " Nara menggaruk lehernya yang tidak gatal, sedangkan langit tengah membawa barang-barang Nara menuju mobil miliknya.

" Bukan Bu, kostan ibu malah paling murah tapi Nara di suruh tinggal sama bude di rumahnya " bohong Nara tak enak, bukanya dia merahasiakan status pernikahan nya dengan langit tapi semua ini demi kelangsungan beasiswa yang Nara dapatkan yang tidak boleh menikah ketika masih kuliah, padahal langit sangat terbilang mampu bahkan sangat mampu untuk membiayai uang kuliah nara.tapi Nara menolak dia tidak ingin membebani langit apa lagi dengan pendidikannya.dia ingin berkuliah dengan hasil kerja kerasnya sendiri.

" Kalau itu sudah jadi keputusan Nara ibu bisa apah, tapi Nara harus sering main-main ke sini yah? Jangan lupain ibu loh " Nara memeluk tubuh gemuk ibu Rodiah, ibu yang sudah Nara anggap seperti ibunya sendiri.

" Ayo Ra? " Kata langit.

" Bu Nara pamit yah, ibu jaga kesehatan? Kapan-kapan pasti Nara main ke sini " kata Nara, menyalami tangan Rodiah " titip salam juga buat mbak-mbak yang lain "

" Iya, kamu juga jaga ke sehatkan jangan suka kerja terus pikiran kesehatan kamu juga? Kalau butuh bantuan ibu kamu boleh main ke sini " Rodiah sudah berkaca-kaca mengenal Nara selama 3 tahun membuat Rodiah sangat dekat dengan Nara.

" Nara pamit ya? Assalamualaikum "

" Nak tunggu " ucap Rodiah," Minggu kemarin ada yang cari kamu, pakai seragam tentara ganteng Ra, tapi masih kalah ganteng sama sepupu kamu itu " tunjuk Bu rodiah pada langit " dia udah 3 kali kesini buat ketemu kamu, bahkan dia pernah minta nomor kamu sama ibu tapi ibu gak berani kasih,terus ibu di suruh sampaikan pesan kalau dia mulai tugas di sini sekarang kalau gak salah namanya nak Haikal."

Haikal, Nara seperti mengingat nama itu ah gak mungkin juga Haikal kakak senior Nara ketika SMA itu setau Nara dia sudah menikah.

Langit tengah fokus dengan kemudi, sekali-kali dia melirik Nara dari ekor matanya.istrinya itu tengah asik membalas chat bersama tiga sahabatnya.

" Mau makan di mana Ra? " Nara mendongakkan wajahnya menatap langit yang tengah mengemudi." Jangan bilang terserah, karena itu beban buat kaum laki-laki seperti mas  " Dinara tersenyum,satu sifat yang Nara tahu tentang langit dia akan blak-blakan pada seseorang yang sudah dekat dengannya.

" Gimana kalau makan geprekan mas?" Saran Nara, sudah lama dia tidak makan geprekan.

" Boleh? Kamu gak kasih tau mas siapa Haikal? " Tanya langit dia sedikit penasaran dengan nama laki-laki yang datang ke tempat kost Nara.

" Buat apa coba, lagian aku gak tau Haikal yang mana setau aku,gak punya kenalan seorang tentara kecuali " ucapan Nara terhenti ketika dia mengingat satu nama.

Aku akan kembali Ra? Menunggu kamu siap aku miliki,dan selama kamu belum siap aku akan memantaskan diri ku untuk bisa membahagiakan mu dan anak-anak kita nanti.








TBC


Siapa Haikal?

Jangan lupa follow vote and comen ❤️.

The Wedding DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang