31

13.3K 573 1
                                    

Sudah hampir 1 jam dinara di tangani dokter di dalam, Belum ada satupun yang meras tenang apa lagi langit yang mondar-mandir gelisah.
Langit terus merapalkan doa agar Nara tidak kenapa-kenapa di dalam sana.

Derap langkah Suara sepatu pantofel menggema di lantai rumah sakit apa lagi beberapa orang berseragam hitam mengikuti ferhan yang berlari tak sabar dari parkiran.

Kemal mengerutkan kedua alisnya ketika melihat salah satu rekan bisnisnya berlari ke arahnya.

" Pah bukan itu tuan kemal ferhan " kata dirga.

" Iya mas "

" How is Nara Lang " tanya ferhan dengan nafas naik turun karena berlari, langit yang melihat ferhan hanya bisa menggeleng.ferhan memejamkan matanya dia cukup terkejut menerima pesan dari Langit bahwa putrinya di larikan ke rumah sakit.

Tidak berselang lama seorang dokter keluar dari ruangan, semua orang beranjak mendekat untuk tahu kabar tentang Dinara.

" Bagai mana keadaan istri saya dok "

" Nona Nara baik-baik sajah,semua wajar di rasakan pada ibu hamil di trimester pertama " jelas dokter berkerudung biru itu, yang membuat semua orang mengucap kata Alhamdulillah jangan tanya langit pria itu sudah menitihkan air mata bahagia mendengar ada kehidupan baru di perut wanita yang begitu dia cintai.

" Sebagai antisipasi hal buruk pasien akan kami rawat inap beberapa hari " setelah dokter itu undur diri, ferhan langsung memeluk tubuh tegap langit,ada jutaan kupu-kupu terbang di hatinya, putrinya akan memiliki anak yang artinya dia akan menjadi seorang buyukbaba.
Sebaik ini kah tuhan padanya yang menggantikan penderitaan ferhan dengan dua kebahagiaan sekaligus, mengetahui dinara putrinya dan sekarang akan memiliki seorang cucu.

" Congratulations Son,you Will be a father take care of my daughter and my future grandson "

" Pasti baba,aku akan menjaga istriku dan anakku " langit melepaskan pelukannya pada ferhan berganti memeluk Kamil.

" Selamat nak kamu akan jadi ayah " Kamil menitihkan air mata bahagianya. Gina menghambur kepelukan langit dan Kamil.

" Bun aku bakal jadi seorang papi " bibir langit bergetar,langit tidak pernah menyangka bahwa Tuhan akan memberikan sebuah anugerah yang tidak pernah langit dan Nara pikiran sebelumnya.

" Iya Lang,kamu dan Nara jadi orang tua.bunda ikut bahagia sayang "

" Selamat ya Lang,mas ikut senang " Dirga memeluk langit.

" Terimakasih mas " langit melepaskan pelukannya,dia menatap bulan yang menangis " kak Lo gak mau kasih selamat sama gue, gue bakal jadi papih Lo kak, dan Lo bakal jadi bude "

" Mulut Lo ya Lang, gue seneng tau hiks tapi gak perlu hiks panggil gue bude Lang hiks " bulan menangis,dan memeluk tubuh langit " gue masih muda Lang gak perlu panggil bude, panggil mami ajah kaya zeze " protes bulan memukul bahu langit.

" Ck . . Gak tetep panggil bude nanti anak gue pusing kebanyakan mami " ucap langit, yang membuat bulan cemberut.

Tak lama brangkar pasien yang membawa Nara di dorong keluar, untuk di pindahkan ke ruangan.langit menggenggam tangan Nara yang terbebas dari infus.




•••

Ruangan yang di tempati Nara penuh dengan para keluarga langit dan tentunya ferhan,Kamil begitu terkejut ketika mengetahui siapa ferhan sebenarnya.dan tentunya Kamil dan gina merasa senang bahwa menantunya telah bertemu dengan ayah kandungnya.

Cukup lama mereka mengobrol dan membahas tentang masalah yang tengah di jalani langit dan nara.mecari solusi agar masalah ini tak berlarut-larut nantinya,apa lagi Nara tengah mengandung mereka tentunya takut Nara akan mengalami stres dan berdampak buruk pada kandungan Nara.

" Mas . . " Ucap Nara dengan lirih, langit yang tengah duduk di sofa sambil mengerjakan beberapa pekerjaan.langsung menghampiri sang istri.

" Iya sayang " Nara memandang sekeliling,dia nampak asing dengan Temat ini langit yang paham pun langsung berkata " kamu di rumah sakit,tadi pingsan " langit duduk di kursi sebelah brangkar.

" Rumah sakit " langit mengangguk, mengecup tangan kiri Nara.

" Hemm . . " Senyum di bibir langit tak pernah pudar.langit membantu Nara untuk bersandar.

" Mas Nara liat mas kos senyum ajah,mas senengnya Nara sakit " hormon ibu hamil sepertinya mulai Nara rasakan, langit menggeleng dan mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur menghadap Nara yang sudah memasang wajah cemberut.

" Terimakasih sayang kamu telah memberikan mas hadiah terindah yang tiada bandingnya.terimaksih telah menjadikan mas bukan hanya seorang suami.tapi juga calon ayah untuk bayi kita tak ada kata yang bisa mas ucapkan selain terimakasih. " ucap langit yang langsung memeluk Nara, mencurahkan rasa sayangnya pada wanita dalam pelukannya.

" Ha__mil mas " Nara sedikit terbata, dia mencoba menatap wajah langit yang sudah basah oleh air mata, Nara tertegun melihat Langit untuk pertama kalinya menangis.

" Mas enggak bohong kan " langit menggeleng, Nara pun memeluk kembali tubuh langit menangis bahagia mereka sebentar akan menjadi orang tua. " Nara bahagia mas "

" Mas lebih bahagia sayang, terimakasih sudah mau jadi ibu dari anak mas " langit berpindah posisi mensejajarkan wajahnya dengan perut Nara.

" Assalamualaikum anak papi " langit menitihkan air matanya, sebahagia inikah dirinya akan di karuniai seorang anak " tumbuh sehat di dalam perut mami ya sayang, papi sama mami akan menunggu sampai kita bisa bertemu, jangan buat mami susah yah apapun yang kamu mau pasti papi lakuin, sehat selalu kesayangannya papi " langit mengecup perut Nara lama dia tak sabar melewati masa-masa hamil nara.pasti langit akan jadi ayah yang paling posesif.

Ceklek

" Dinara " teriak tiga Curut kompak, langit dan Nara mengalihkan pandangannya pada tiga orang yang baru masuk ke ruangan dengan heboh.rena dan Dewo langsung memeluk Nara melewati langit yang menatap tajam.

" Ya ampun Ra . . Lo gak apa-apa kan,apa yang sakit Ra " Rena bertanya sambil membolak-balik tubuh Nara khawatir.sedangkan Dewo menyentuh pelipis nara.leo yang waras hanya diam sambil mencuri-curi pandang pada langit yang memandang tanjam kerah Rena dan Dewo.

" Bisa kalian menyingkir dari istri saya " kata langit datar,Rena dan Dewo kompak mengangkat tangan keatas seolah menyerah pada lawan.nara mengulum senyum Melihat sikap kedua sahabatnya.

" Maaf pak " langit berjalan menuju sofa memberi ruang kepada tiga sahabat istrinya, langit tau mereka tak nyaman berbicara pada Nara saat ada langit di dekatnya.

" Lo sakit apa Ra? " Kata Leo yang duduk di kursi " gak ada yang serius kan Ra? "

" Iya Ra . . Gue Ampe kaget dengar dari pak Dirga tadi di kantor,coz gue langsung hubungin kokoh sama gulali "
Dinara tersenyum sambil mengelus perut datarnya dari balik selimut, ketiganya kompak menatap ke arah perut Nara.

" Ya elah Ra cuma sakit perut gak perlu kali ke rumah sakit,minum obat Kalau gak di kerik ge sembuh, mentang-mentang laki Lo banyak duit " omel Dewo, yang membuat Rena dan Leo melotot.

" Kamu mau saya pecat dari kantor " sarkas langit yang masih fokus dengan iPad nya.

" Maaf pak hilap " Cengir Dewo.

" Terus sakit apa Ra? "

" Aku hamil " kata Nara dengan senyum terpatri di bibirnya. Ketiganya diam mencerna kata-kata Nara.

" Emang Lo udah di unboxing Ra sama pak langit " Leo dan Dewo meringis mendengar pertanyaan Rena yang kelewat frontal.

" Ini anak bego apah tolol ya " Dewo menggeplak bahu Rena " itu privasi Rena ya ampun itu urusan bapur eh salah ranjang Nara sama pak langit,yang jelas kita bakal jadi akang sama eteh " Dewo memeluk Nara tak lupa mengecup pucuk kepala Nara sayang " selamat ya Ra, gue bakal jadi patner ngidam Lo Ra, maksud nya jadi tukang ngabisin makan bukan nyari yah Ra inget itu "

" ASEP SADEWO mau mati kamu sekarang " sarkas langit galak, yang membuat Dewo lari keluar lapangan.

" Maaf pak hilap "








TBC





Jangan lupa follow vote and comen ❤️



The Wedding DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang