30

13.9K 554 1
                                    

Gak kerasa udah ada di prat 30 ajah . .
Maaf kalau ceritanya kurang nyambung atau gak sesuai yang kalian inginkan 🙏.

Maklum masih tahap belajar . .

•••

Walaupun awalnya langit menolak untuk makan siang bersama,tapi demi rencana yang dia jalani langit terpaksa harus menjalankan sekenarionya.

" Padahal jeng Reni gak perlu repot-repot bawa makan ke sini? Di rumah ini juga ada 5 pembantu yang pasti sudah biasa masak " kata gina,dengan senyum yang di paksakan.

" Enggak apa-apa jeng,saya gak ngerasa repot malah seneng " jawab Reni dengan senyum di bibirnya " kebetulan yang masak ini semua risa loh, iya kan sayang " Risa mengangguk malu-malu,demi akting yang baik di depan keluarga Megantara.

" Serius wah. . Kamu hebat yah Risa, belum menikah ajah dah pintar masak jarang loh ada gadis yang mandiri "

" Ah tante bisa ajah " wajah Karisa bersemu mendapat pujian dari gina,Risa menyendokan sayur opor ke piring langit " coba deh Lang ini aku yang buat pasti rasanya enak "

Langit berdecih tak suka walaupun opor ayam makanan ke sukanya,tapi hanya buatan istri dan bundanya yang dia suka,Dinara membekap mulutnya ketika wangi rempah itu tercium oleh hidungnya.
Rasa mual dari perutnya membuat Dinara bangkit " maaf Nara permisi "
Dia berlari menuju kamar mandi di belakang.
Langit yang akan bangun dari duduknya, mendapatkan tatapan dari Kamil untuk tetap duduk.

" Ayo jeng silahkan di makan "  ucap gina.

Hooekk . . Hooekk

" Non gak apa-apa " ucap Sumi panik dia langsung memijit tengkuak Nara.
Nara membasuh mulutnya dengan air.

" Udah bi, Nara enggak apa-apa " Nara mengelap mulutnya dengan tisu, rasa mual di Sertai pusing itu sudah beberapa hari Nara rasakan.

" Bibi bantu yah non "

" Enggak usah bi Nara baik-baik ajah kok " Nara mengayunkan kakinya ke belakang rumah di sana ada paviliun tempat para ART rumah ini beristirahat.nara mendudukkan tubuhnya di kursi taman memijit pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri.

Dinara memejamkan kedua matanya,dengan tangan yang masih memijat pelipisnya.
Nara butuh Safira ketika kondisi tubuhnya seperti ini,selain tugas kuliah dan pekerjaan kantor pikirannya juga terbagi dengan masalah ini,apa lagi adanya wanita yang secara terang-terangan ingin memiliki suaminya.
Hanya pelukan seorang ibu yang mampu membuat hati seorang anak tenang.

Tangan kekar milik langit terulur memijat pelipis Nara dengan lembut,di kecup nya pelipis istrinya dengan sayang.

" Mas " kata Nara paru, Nara enggan membuka mata pijitan langit di pelipisnya terasa nyaman.
Langit hanya bergumam di telinga istrinya " Karisa sudah pulang "

" Sudah . . Bunda yang antar dia ke depan " kata langit yang membenamkan kepalanya di cekuk leher Nara dia menghirup aroma tubuh Nara yang sekarang menjadi candunya.

" Karisa cantik yah mas "

" Masih cantikan kamu yang " kata langit yang mengecup leher Nara.

" Tapi dia tipe semua laki-laki loh mas? Apa mas gak tertarik sama sekali sama dia? " Langit mendudukkan tubuhnya di samping Nara, menatap iris kebiru-biruan yang meneduhkan.

" Denger yah Ra, walaupun ada 1000 Karisa di dunia ini tapi 1 Dinara Savina yang bisa membuat mas jatuh cinta lagi dan lagi " langit menangkup kedua pipi Nara, keduanya saling pandang " Mas bukan orang bodoh yang melepas berlian demi sebuah perak yang belum tentu berkualitas, kamu wanita pertama dan terakhir yang mas inginkan,jadi stay with me now tomorrow or later " kristal bening itu meluncur bebas membasahi pipi putih Nara, perbuatan apa di masa lalu yang membuat Dinara bisa di cintai setulus ini.

" I love you mas langit biru hiks "

" I love you to yang " keduanya berpelukan, mencurahkan kasih sayang yang mereka rasakan.

Gina dan Kamil yang melihat itu sama-sama terharu, ternyata Dinara yang bisa mengikis tembok besar yang langit buat.







•••




Langit turun dengan pakaian santainya hanya celana pendek selutut di padukan kaos hitam.langit bisa mendengar suara cempreng milik sang kakak dan tak lupa suara bocah yang membuat langit gemas.

" Untel ho_ a Yo " ucap Zela dengan mata berkedip lucu,gina yang tengah memangku Zela di buat gemas oleh kata-kata cucunya.

" Ck . . Bocah piyik segala pakai bahasa Inggris " langit memindahkan Zela ke pangkuannya mengecup sayang bocah 3 tahun itu.

" Untel cilik ajah, kata mami ze mau sekolah di uved Janan untel lang ajah " bulan meringis mendengar Zela yang terlewat jujur kepada langit.

" Oh . . Jadi mami kamu sirik sama uncle bisa sekolah di Harvard " Zela mengangguk " terus mami bilang apa ajah.

" Banak untel belani bayal belapa? " Gina dan kemal terkikik sedangkan Dirga dan bulan meringis malu,anak seusia Zela tengah aktif-aktifnya meniru pembicaraan orang tua.

" Ck . . Kecil-kecil matre persis maminya " sindir langit yang membuat bulan melotot.

" Nara kemana Lang? " Tanya gina, sebelum terjadi perdebatan panjang antara kedua anaknya dia cepat-cepat mengalihkan pembicaraan.

" Tidur Bun "

" Oh . . Gak apa-apa suruh istirahat ajah bunda perhatikan Nara kok agak kurus banget Lang? "Tanya gina " Nara baik-baik ajah kan kata bibi tadi istri kamu muntah-muntah "

" Muntah Bun " beo bulan dengan senyum di bibirnya " jangan-jangan Nara hamil Bun " ucap bulan girang.

" Ham__il " pungkas langit dan gina bersamaan, ada rasa bahagia yang langit rasakan jika benar istrinya hamil dia akan menjadi seorang Ayah.

Dinara mengerjapkan kedua matanya, ternyata dia tertidur cukup lama, dengan pelan-pelan Nara menurunkan kedua kakinya, untuk menuju kamar mandi sepertinya mandi dengan air mengalir bisa sedikit meringankan rasa pusing.

" Pusing banget " belum sempat Nara masuk kamar mandi tubuhnya sudah tersungkur jatuh.
Langit yang masuk ke kamar di kejutkan dengan istrinya yang jatuh tak sadarkan diri.

" Yang, Nara sayang " Langit dengan cepat menggendong Nara untuk segera di bawa ke rumah sakit,gina yang melihat langit menggendong Nara dari atas tangga berteriak panik yang mengundang kehebohan di rumah besarnya.

" Biar mas yang bawa mobil "











TBC




Jangan lupa follow vote and comen ❤️

The Wedding DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang