49. Please Remember Me

1.1K 162 1
                                    

Tetsuro menggedor gedor sel Kenma. Kenma di dalamnya hanya memasang wajah buasnya saja.

"Dek..." ungkap Tetsuro.

Tetsuro sembari berusaha membuka sandi yang mengunci pintu sel. Apapun...apapun sandi itu.

"Tetsuro! 0225 buat sel 25!!" Ujar Rintaro sembari berlari mencari keberadaan Osamu dari 50 lebih sel yang ada di sana.

Tetsuro dengan wajahnya yang masih menaruh sendu, memencet tombol dengan tak sabaran. Saat pintu di buka, ia langsung memasuki sel dimana Kenma di kurung.

Kenma menjauh, dan mengambil ancang ancang untuk menerkam Tetsuro.

Saat Kenma melompat, Tetsuro langsung mendekapnya erat dan Kenma memberontak dalam pelukan itu dengan geraman dan erangan buas menyelimuti.

Sesuatu di dalam diri Kenma memberontak ingin di keluarkan. Seperti dirinya di kunci di dalam dirinya sendiri. Di kurung dalam sesuatu. Bagian paling dalam sanubarinya berusaha meloloskan diri dan menghentikan kebuasannya.

Tangan Kenma mencakar bagian pipi Tetsuro, lalu sehabis itu, Kenma melemas, seperti tenaganya terkuras habis, dan itu adalah penurunan yang sungguh drastis.

Tetsuro langsung dengan erat memegang Kenma, dan terduduk bersamanya. Mengelus lembut surai Kenma, dan Kenma mengerjapkan matanya perlahan.

Apa yang terjadi? Itu yang ada di dalam benaknya. Hingga potongan potongan memori yang terekam saat ia menjadi buas kembali terputar secara acak.

Kenma melihat Tetsuro dengan tersentak kaget. Kenma memegang luka cakaran yang ia sebabkan di pipi Tetsuro. Cakaran itu cukup besar.

Kenma meraih pipi Tetsuro, lalu di usapnya perlahan luka cakaran di pipi Tetsuro.

"I'm...sorry" ungkap Kenma sembari terisak pelan.

"Gak, kamu gak salah kok" ujar Tetsuro dan mendekap erat Kenma kembali.

Di sisi lain, Kiyoomi juga Rintaro berlari ke arah yang sama, dan beruntungnya, sel Atsumu dan Osamu bersebelahan.

"Mi, semua sel passwordnya di awalin 02, 2 digit lagi itu nomor selnya dia" ungkap Rintaro.

Kiyoomi memasukkan password yang ada, dan benar, pintu sel terbuka. Kiyoomi berhenti melangkah saat merasa Atsumu seperti terhuyung dan akan terjatuh.

Kiyoomi langsung menangkap Atsumu walau siku nya langsung berbenturan dengan lantai beton itu.

Di raihnya lembut surai Atsumu, hingga Atsumu mengerjapkan matanya, dan menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan rasa pusing pada dirinya.

"Omi?" Tanya Atsumu.

Atsumu langsung di dekap Kiyoomi erat. Atsumu hanya tersenyum lembut, lalu membalas pelukan Kiyoomi.

"Pokoknya...pokoknya jangan begitu lagi" ungkap Kiyoomi.

Atsumu hanya tersenyum kecil melihat sikap Kiyoomi yang  memang jujur jarang ia tunjukkan.

Sedangkan di sisi Rintaro, Rintaro kini sedang jalan perlahan kearah Osamu yang terus mundur di buatnya.

Osamu menggeram. Tak mau di dekati Rintaro.

Rintaro semakin mendekati Osamu, dan Osamu semakin tersudut. Entah apa Osamu akan melakukan perlawanan atau tidak. Tapi Rintaro siap, siap jika memang ia harus terluka.

Rintaro mengulurkan tangannya pada Osamu. Osamu semakin menggeram, lalu mencakar lengan Rintaro untuk membuatnya menyingkir.

Rintaro memang menarik tangannya sedikit, tapi setelah itu ia menarik Osamu kedalam dekapannya, dan mengelus surai lembut Osamu.

Osamu mencengkram erat baju Rintaro. Ia diam, hanya diam. Tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Lalu dengan sadar membalas pelukan Rintaro. Dengan isakan yang meliputinya, Osamu hanya menyandarkan kepalanya pada bahu Rintaro.

"Jangan takut lagi, udah...udah selesai kok" ungkap Rintaro membisikkan kata kata itu lembut di telinga Osamu.
.
.
.

Eita mencari dimana sel Kenjiro berada. Ia dapat password nya dari Rintaro tadi. 02 di seriap awal, dan 2 digit terakhir adalah nomor sel.

Saat Eita tengah berlari sambil melihat kanan dan kiri, langkahnya terhenti saat melihat sosok yang tengah ia rindukan saat ini terpojok sendiri di dalam sel.

Eita mengulurkan tangannya pada kaca yang menjadi pemisah itu, lalu mulai memasukkan password. Eita masuk ke dalam secara perlahan.

Kenjiro yang tau keberadaan Eita melewati instingnya langsung menghadap kearah Eita dan menyalak.

"Bubu..." ungkap Eita.

Kenjiro tetap memasang tampang yang sama pada Eita sembari mencengkram kuat kuat rambutnya. Sisi buasnya kini sedang melawan sisi warasnya. Tergantung Kenjiro yang mampu atau tidak bertahan di dalam sana.

"Bubu...please..hear me"

Kenjiro semakin menjambak rambutnya. Jantungnya serasa ingin berhenti dan berdetak di saat yang bersamaan. Layaknya mobil yang di rem dan di gas secara bersamaan. Sesaknya luar biasa.

"AAKK!!" Ungkap Kenjiro.

Eita melihat ke arah Kenjiro. Ia tau Kenjiro kesakitan sekarang. Perlahan berjalan mendekati Kenjiro dan meletakkan kedua tangannya masing masing pada punggung tangan Kenjiro yang kini sedang memegangi kepalanya sendiri.

"I'm here for you" ujar Eita.

Nafas Kenjiro tak beraturan. Jantungnya semakin sesak dan sesak kian detiknya. Kepalanya berputar, seolah ada beberapa skenario yang akan muncul dalam benaknya.

Pelupuk matanya mulai basah, dan Kenjiro hanya mulai terisak dan menangis. Eita memmeluk erat Kenjiro yang masih mencengkram rambutnya sendiri itu sembari menangis.

"Gak papa, kalau bubu mau nangis" kata Eita.

Kenjiro semakin mengeratkan cengkramannya saat satu persatu skenario acak yang telah berlalu saat ia kehilangan kendali muncul di benaknya. Kenjiro semakin menangis, takut, sungguh takut karena sisi dirinya.

"I'll always be here" ungkap Eita, sembari ikut terisak di dekapan itu.
.
.
.

Lev mencari sel Morisuke. Hingga benar benar, ia melihat seorang Hybrid hamster yang kini terkapar di lantai beton itu. Lev membuka sel, lalu memangku Morisuke.

Entah karena Morisuke kehabisan energi, atau memang masih belum sadar dari biusnya. Lev memperhatikan sekitaran dahi morisuke yang lecet juga sedikit lebam di sana.

Entah apa yang mereka lakukan, tapi tentu Lev geram. Berfikir, pasti karena saat Morisuke di masukkan ke dalam mobil. Saat Morisuke di lempar masuk begitu saja ke dalam mobil.

Juga, pasti karena memang ia di masukkan secara kasar kesini. Bahkan hingga lututnya lecet.

Lev mengelus pelan surai Morisuke hingga membuat Morisuke menggeliat gelisah. Lev mempersiapkan diri untuk berbagai serangan dari pangkuan Lev sembari memegangi kepalanya. Merasakan apa yang di rasakan Kenjiro dan yang lain. Tubuhnya yang berperang melawan sisi keganasannya.

Dengan pekikan kesakitan, Lev berusaha mendekati Morisuke yang terus berguling sembari memegangi kepalanya yang terasa sungguh pusing.

"Akk!!!" Pekik Morisuke kesakitan.

Lev terus berusaha mendekati Morisuke, namun Morisuke yang bergerak kesana kemari sungguh sulit di tangkap.

Morisuke menggeliat kesana kemari, hingga akhirnya Lev berhasil menangkap Morisuke. Lagi lagi mengelus surai Morisuke, dan elusan itu turun ke pipi Morisuke. Menghapus jejak air mata yang kini tengah terbuat.

"Kak Mori gak papa kak, aku bakal jagain kakak" ujar Lev.

"Always" lanjut Lev sembari menangkup kedua pipi Morisuke.

To Be Continued
.
.
.
.
.

Hybrid (2) - HaikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang