28| Cat

958 103 10
                                    

Happy Reading !!

Jangan lupa vote and comment
-- 🖤 --

Hari ini Diana sama Lexsa gak berangkat sekolah, jadinya Nay kesana kemari sendirian kayak orang weird. Ternyata baru kerasa kalo temen Nay cuma Lexsa sama Diana because gak ada yang mau temenan sama Nay, alasan ? Alasannya mereka pikir Nay adalah si tukang omong tidak penting.

Hah maksudnya ? karena Nay selalu membahas hal aneh dan dianggap tidak masuk akal jadi temannya yang lain memilih untuk mengabaikannya. Itu tandanya yang tulus berteman dengan Nay adalah Lexsa dan Diana, bahkan mereka bertiga suka membicarakan hal random tidak masuk akal.

Ternyata benar, semakin dewasa, teman yang memang benar – benar teman akan semakin berkurang. Yah, Nay pikir itu tidak masalah, untuk apa memiliki banyak teman jika akhirnya akan menusuk kita dari belakang.

Pulang sekolah Nay memutuskan untuk mampir di kedai mie Kak Seje, sudah sekitar 30 hari ia tidak kesana. Aduh perutnya jadi keroncongan karena memikirkan mie Kak Seje, Nay mempercepat jalannya agar segera sampai di parkiran.

Hanna Woori Side~
Hari ini hasil ulangan mata pelajaran Ms. Wendy sudah dibagikan, senyuman menghiasi wajah Hanna karena ia berhasil mendapat nilai 100 perfect. Disisi lain Woori panik karena ia mendapat nilai 98, artinya ia salah dalam menjawab satu soal.

“Woori bodoh bagaimana kau bisa ceroboh dalam mengerjakan soal,” Woori memaki dirinya sendiri, tangannya mulai treamor, keringat dingin mulai keluar dari dahinya, Woori terlihat cemas atau lebih tepatnya sangatt cemas.

Melihat Hanna sudah keluar kelas, Woori segera memasukkan barang – barangnya ke dalam tas, ia harus memastikan bahwa nilai Hanna berada di bawahnya.

“Heh anak pembawa sial,” panggil Woori kepada Hanna.

Hanna yang merasa tidak terpanggil tetap melanjutkan jalan, Woori mulai geram melihat Hanna tidak menengok ketika ia panggil berani sekali dia pikirnya.

“Tuli lo,” Woori mencekal tangan Hanna kuat.

“Si bgst dateng – dateng ngajak gelut,” Hanna menarik kasar tangannya dari genggaman tangan Woori.

“Oke, anyway lo dapet nilai berapa di mata pelajaran Ms. Wendy ?” ucapan Woori terdegar angkuh.

“Yang jelas lebih tinggi dari nilai lo bitch,” air muka Woori yang tadinya angkuh menjadi sedikit cemas.

“Yak jujur aja sih, lo pasti curang kan waktu ulangan, tenang gak akan gue sebar kok,” Woori mencoba tetap angkuh dengan menuduh Hanna.

“Lawak banget lo, kalo udah kalah mah kalah aja,” Hanna menampilkan senyum menyeringai dan menepuk pundak Woori.

“Cantik, dari pada lo cari tau berapa nilai gue, mending lo cari cara bilang sama mama lo atau minimal persiapan sebelum dipukul atau dikurung di kamar mandi,” bisikan Hanna membuat tubuh Woori tegang.

“Kalo gitu duluan sodara tiri byee,” Hanna berjalan menjauh dari Woori.

“J-jadi d-dia tau semuanya,” suara dering telepon membuyarkan lamunan Woori.

Tangan Woori bergetar melihat nama si penelfon “mama” dengan segera ia mengangkat telefonnya. Tidak ada suara dari sebrang sana ia tebak pasti mamanya sudah tau tentang nilainya.

“Pulang,” hanya satu kata terucap dari sang mama dan langsung memutuskan panggilan, bahkan tak menunggu jawaban Woori.

“Gue mati hari ini,” Woori berjalan gontai menuju mobil.

My Brother's || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang