31| Pindah

789 86 1
                                    

Happy Reading !!

Jangan lupa vote and comment
-- 🖤 --

Sang surya belum muncul dengan sempurna, namun seorang gadis sudah bersiap dengan barang bawaannya yang terbilang cukup banyak. Bukan untuk study tour atau berangkat camping, melainkan ia akan pindah tempat tinggal untuk sementara atau selamanya mungkin.

Yuta duduk di kursi kemudi dengan Nay yang berada di sebelahnhya, sebelum berangkat mereka sempat mengobrol terlebih dahulu.

“Bang ayo berangkat sekarang,” ucap Nay ke Yuta.

“Kenapa gak berangkat abis sarapan hm ?” Nay melirik sebentar ke arah Yuta.

“Gak papa nanti malah canggung, Nay juga rasanya masih malu buat ketemu abang yang lain,” Nay memilin ujung bajunya menandakan ia sedang gelisah.

“Kenapa harus malu kan kamu gak salah apa – apa, jangan merasa bersalah terhadap hal yang gak kita lakuin,” Nay mengangguk menanggapi pernyataan Yuta.

“Abang selalu berusaha jadi abang yang baik buat kamu, abang minta maaf kalau masih banyak kekurangan,” Nay menoleh ke arah Yuta dengan tatapan sendu.

“Abang udah jadi abang yang baik buat Nay, jadi jangan minta maaf Nay gak suka,” Yuta mengangguk dan tersenyum lebar, tangannya terbuka untuk memeluk Nay.

‘Tapi kamu masih sering terluka Nay, abang merasa gagal tapi gak bisa apa – apa,’ batin yuta.

“Bang udahan dong pelukannya, ini kapan berangkatnya,” pikiran Yuta kembali ke tubuhnya setelah mendengar ucapan Nay.

“Iya iya berangkat sekarang,” yuta menyalakan mesin mobil dan menginjak gas.

Sesampainya di City Lofts apartment unit 212~

Melihat Nay sedang sibuk mengeluarkan barangnya dari dalam tas, Yuta berinisiatif untuk membeli sarapan. Setelah bicara dengan Nay Yuta langsung melangkahkan kakinya keluar dari unit yang Nay tempati dan berburu sarapan.

“Jajan apa ya ?” Yuta bertanya – tanya pada dirinya, hingga tak sengaja ia menabrak seorang perempuan.

“Maaf dek, gak sengaja tadi melamun,” Yuta membantu perempuan itu berdiri.

“Eh bentar kok kayak kenal nih,” Yuta mencoba menggali ingatannya yang cetek tentang perempuan ini.

“Temennya Nay yah,” Perempuan itu jadi terlihat rada was – was pas ngelihat Yuta.

“Iya benar, om siapanya Nay ya ?” Yuta terjungkal mendengar penuturan perempuan tersebut yang ternyata adalah Lexsa.

“Kurang asem gue masih muda ya, gue abangnya Nay bukan Om nya enak aja,” Lexsa tergelak menahan tawa.

“Aaa Kak Yuta ternyata, maaf kak,” Lexsa menggaruk tengkuknya menandakan gelagatnya sedang canggung.

“Btw mau kemana lo ?” dilihat dari gayanya yang masih kucel temennya Nay ini gak mungkin mau nge mall.

“Nyari sarapan kak, yaudah saya duluan,” saat Lexsa mau jalan Yuta manggil.

“Eh tunggu – tunggu, sekalian aja gue juga mau nyari sarapan buat gue sama Nay,” ucapan Yuta membuat pergerakan Lexsa berhenti.

“Nay pindah kesini kak ?” Yuta mengangguk menanggapi Lexsa.

“Sejak kapan kak ?” Lexsa tidak mendapat info bahwa Nay akan pindah ke apartemen ia cukup kaget.

Sebenarnya ini bukan hal yang bisa membuat sangat terkejut, tapi Nay pernah bercerita pada Lexsa dan Diana bahwa ia benci jika harus sendirian, maka dari itu pindah ke apartemen adalah hal yang paling Nay hindari.

“Sejak tadi pagi,” sebisa mungkin Yuta tidak menjawab berlebihan tentang masalah ini.

“Oh ayo kak, di depan apart ini nasi uduknya terkenal enak,” Yuta mengangguk menyetujui saran Lexsa.

“Ah iya, kayaknya Nay juga bakalan suka,” Yuta mensejajarkan langkahnya dengan Lexsa, Yuta merasa teman Nay yang satu ini memiliki tingkat kepekaan yang tinggi.

'Beruntung Nay punya temen yang pengertian,' setidaknya Yuta jadi merasa sedikit tenang.

Saat hari menjelang siang Yuta pamit untuk pergi ke kantor karena ada sedikit masalah, Nay tentu tidak bisa menahan Yuta. Yah sekarang ia benar – benar sendiri, Nay duduk melamun menghadap ke jendela seolah – olah meresapi kesunyian yang ada.

Beruntungnya keadaan menjadi sedikit berisik karena hujan yang mulai membasahi penjuru bumi, namun turunnya tetesan air hujan bersamaan dengan menetesnya air mata Nay.

Perlahan tapi pasti Nay mulai terisak, Nay memukul dadanya pelan karena tangisannya membuat sesak. Biarlah dia cengeng untuk sekarang, ia tak punya cara lain selain menangis untuk meluapkan emosinya.

Tangisan yang tak bisa ia keluarkan kemarin ia keluarkan sekarang, seolah hujan memang di takdirkan turun untuk menemani tangisan Nay. Cukup lama Nay menangis membuat kepalanya sedikit pening, namun setidaknya hatinya menjadi lega.

Ternyata hidup sendiri tak seburuk itu, ia menjadi bebas mengekspresikan dirinya tanpa ada batasan. Hidup sendiri memang cocok untuk melarikan diri dari masalah yang ada, Nay terus memikirkan hal – hal positif atau hanya karena terpaksa.

“Gue butuh obat penenang,” walaupun hatinya sudah lega tapi tidak dengan pikirannya yang masih kalut.

“Semesta selalu memberikan kejadian tak terduga,” ucap Nay sambil memandangi sebuah pil putih di tangannya.

Ting

“lexsa ?” Nay mendapat pesan dari Lexsa

Lexsa

“Nay lo oke ? gue kesana ya ?”

"Lo tadi ketemu Bang Yuta ya ?"

"Iya :p,"

“Maaf sa tapi gue lagi pengen sendiri,”

“Kalo gitu take your time well ya Nay”

“Thanks udah ngertiin,”

Bukannya ia tak mau menemui Lexsa, tapi ia barusan menelan obat penenang yang efeknya akan membuat kantuk. Untuk hari ini akan ia habiskan dengan tidur dengan tenang tanpa gangguan.

Girls you got wink from Jaeh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Girls you got wink from Jaeh

°
°
°
°

Gimana part ini menarik ?

Hai haii aku kembalii <3

Jangan lupa vote and comment ya

Next ?

Apr, 17 -2022

My Brother's || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang