Bella POV
Berada di rumah sakit sama sekali tak menyenangkan. Aroma yang paling kubenci terus saja tercium dan aku tak suka dengan makanan yang di sediakan oleh pihak rumah sakit. Rasanya sungguh tak enak. Hambar. Atau mungkin hanya mulutku yang aneh.
Padahal baru sehari juga aku disini. Tapi sudah gak betah. Dan kenapa aku tak boleh pulang? Padahal kan aku sudah sadar dan aku cuma pingsan. Tapi tadi dokter bilang kalau aku masih perlu istirahat.
Berada di sini sudah cukup buruk apalagi sekarang ditambah dengan kehadirannya Brian. Berdua dengannya di ruangan serba putih ini. Aku yang sedang asyik dengan pikiranku sendiri sedangkan Brian asyik dengan Ipadnya. Harusnya kan kalau dia itu ke sini buat jagain aku atau ajakin aku ngobrol. Eh taunya malah asyik sendiri.
Berdua denganmu pasti lebih baik
Aku yakin ituKayaknya lagunya Acha itu berbanding terbalik dengan keadaanku sekarang. Mungkin lagunya harus kuremake sedikit.
Berdua denganmu pasti jadi awkward
Aku yakin ituNah. Ini baru cocok.
Aku menoleh ke sofa tempat Brian tadi duduk. Tapi sekarang sosoknya sudah hilang. Kemana itu orang? Kok gaib banget ya. Tadi ada sekarang menghilang.
Aku menghadap membelakangi sofa tadi dan aku dikejutkan oleh wajah Brian yang sudah ada tepat di dekatku.
"Kenapa kok kelihatannya gelisah banget sih?" Tanya Brian dan wajahnya masih berada di dekatku. Aku bahkan bisa merasakan hembusan nafasnya.
Aku gugup menjawabnya. "Ak..aku.. gakpapa kok."
Brian tersenyum dan menjauhkan wajahnya dariku yang membuatku menghela nafas lega. Tapi jantungku kembali marathon saat melihatnya tersenyum. Mungkin ini efek dari benturanku waktu itu kali ya. Jadinya aku mudah banget terpesona. Tapi kayaknya hampir setiap saat deh aku terpesona oleh laki-laki di depanku ini.
"Ok, aku tinggal bentar ya." Ucap Brian.
"Mau kemana?"
Brian yang sempat memegang kenop pintu berbalik menghadapku. "Gak kemana-mana. Cuma cari udara segar aja. Aku gak lama kok. Kalau kangen telpon aku aja." Ujarnya sambil mengedipkan sebelah matanya dan segera pergi.
Air mana air. Aku kepanasan. Aku melting.
Dari mana coba Brian belajar jadi orang kayak gitu. Kan yang kebentur kepalaku tapi kok yang aneh dia ya.
Pintu kamarku dibuka dan masuklah ketiga sahabatku. Mereka mendekatiku dan wajah mereka terlihat khawatir. Anya membawa sekeranjang buah dan menaruhnya di atas meja. Sedangkan Dhea membawa roti. Kalau Retha sih cuma membawa diri.
Retha yang tak membawa apa-apa langsung mendatangiku. "Bella kamu kenapa? Kamu gakpapa? Apa yang sakit? Kok kamu bisa masuk rumah sakit sih? Muka kamu pucat banget. Kamu kenapa?" Tanya Retha tanpa ada jeda disetiap perkataannya.
Anya dan Dhea yang melihat itu hanya menggelengkan kepala melihat sahabatku yang satu itu. Setelah menaruh buah dan roti , Dhea dan Anya ikut menghampiriku. Anya duduk di kursi di sebelah kiriku. Sementara Dhea mengambil tempat di kananku tepat di samping Retha. Dhea langsung menjitak kepala Retha yang membuatnya mengaduh kesakitan.
"Adaww..sakit Dhea." Ujar Retha mengaduh kesakitan sambil memegang kepalanya.
Dhea menggelengkan kepalanya. "Ya, habisnya kamu sih. Bawel banget jadi orang. Bella itu ya lagi sakit makanya dia ada di sini."
"Loh aku kan cuma bertanya. Kamu kok kejam sekali sih." Retha menaruh kedua tangannya di dada dan memanyunkan bibirnya tanda kalau dia lagi ngambek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled Love
Teen FictionKedua hati yang menyatu, menyisakan perih di lain hati. Kedua insan yang mencinta, memberi luka pada insan lainnya. Kedua rasa yang mengelilingi, menghapuskan rasa lain di sekitar. Memang selalu ada cobaan, rintangan, hambatan, halangan, di saat dim...