Bab 32 It's Over

2K 109 3
                                    

"Hai.... adikku."

Sapaan itu sedikit mengejutkan Bella. Terkesan sinis, dan merendahkan.

Fella menatapnya dengan senyum miring, berusaha menyadarkan Bella kalau kini dirinyalah yang akan bersanding dengan Brian. Akhirnya, usahanya tak sia-sia juga. Tanpa perlu banyak kata, ibunya telah bersikeras untuk membantunya mendapatkan lelaki yang ia suka.

Ditambah telah sadarnya Ayahnya dari koma berkepanjangan, membuat semua ini menjadi semakin mudah.

"Fella, kamu ada hubungan apa sama Brian?" Kinan bertanya karena tak tahan lagi untuk berandai-andai.

Setiap kali Fella bersama Brian, pastilah ada sesuatu yang bergelayut di dirinya. Entahlah. Kinan juga tak terlalu yakin, tapi bukti yang ia lihat sudah cukup untuk meyakinkannya. Hanya tinggal memastikan saja.

Fella menatap Ibunya dengan tanya, "kenapa memangnya, Ma?"

"Ng-nggak. Mama cuma mau tau aja. Habis setiap Mama lihat kamu sama Brian, kamu pasti langsung berubah. Apa kamu suka sama Brian?"

Pertanyaan Mamanya langsung tepat mengenai dirinya. Dalam hati Fella tersenyum senang, karena tanpa ia beritahu pun, Mamanya sudah bisa menyimpulkan itu semua. Fella mengangguk dan perlahan air mata mulai menuruni pelupuk matanya.

"I-iya Ma. Ta... tapi Brian nggak suka sama Fella. Cuma Fella yang punya perasaan ini. Dan, jujur Fella nggak tahan Ma. Fella mau Brian jadi milik Fella, Fella nggak mau Brian dekat sama cewek lain. Fe... Fella cinta sama Brian Ma," rengek Fella. Mamanya pun ikut bersedih mendengar pernyataan dari anaknya. Sebegitu cintakah ia kepada Brian?

"Kamu beneran cinta sama Brian?" Untuk yang kedua kalinya Fella mengangguk.

"Baiklah."

Fella hanya menatap bingung pada Mamanya. Fella memandang ke arah lain. Berharap dapat menemukan jawaban di balik kata itu. Sampai matanya menangkap pergerakan pada dua jari tangan milik Papanya diiringi terbukanya kedua kelopak mata itu dengan perlahan

"Pa... papa?"

Fella terlampau senang saat ini. Ia bahagia. Sebentar lagi Brian akan jadi miliknya. Miliknya.

"Ma, apa maksudnya? Semua ini, maksudku apa yang terjadi? Perjodohan? Siapa?" Rentetan pertanyaan terlontar dari mulut Bella. Ia sidah gatal ingin mengeluarkan kata itu.

"Bel..." Kinan hanya bisa diam. Ia tak tahu jika Bella memiliki hubungan dengan Brian. Ia pikir Brian menyukai Fella. Dan saat ia melihat Bella masuk bergandengan tangan dengan Brian, Kinan amat merasa bersalah.

"Ma, apa maksudnya?"

"I... itu..."

"Ya, seperti yang kau dengar. Aku dijodohkan dengan Brian. Dan mungkin dalam beberapa bulan kami akan menikah. Sungguh ajaib, bukan," Fella menyahut. Ia menyadari kalau Mamanya tak akan bisa menjawab.

"A-apa? Me-nikah?" Fella mengangguk, membenarkan ucapan Bella.

"Ba-bagaimana?"

Bella berdiri, ia berniat untuk pergi dari sini. Mencoba menjernihkan pikirannya dan kembali mengartikan kata yang baru saja dilihatnya.

Nggak. Itu pasti nggak benar. Nggak benar.

***

"Brian, Papa mohon sekali lagi. Bisakah kamu menuruti Papa sekali ini saja?" Ryan memohon, entah untuk yang keberapa kali.

Brian hanya diam, memandang datar pada Papanya. Sudah berkali-kali Papa dan Mamanya membujuknya untuk menerima perjodohan ini, tapi Brian selalu menolaknya. Yang ia cinta hanya Bella, bukan Fella. Dan kalaupun ia perduli terhadap Fella itu bukan karena cinta, melainkan hanya karena rasa kasihan semata.

"Bri, mama mohon," kali ini Mamanya ikut mengambil andil dalam membujuknya.

"Ma, Pa, please. Jangan paksa Brian. Kalian tau kan kalau Brian hanya suka Bella. Kami sudah berpacaran. Dan Brian berniat serius dengan Bella. Please, Ma, Pa, jangan paksa aku lagi."

Brian mulai berjalan menjauh. Ia tiba-tiba berhenti saat mendengar perkataan sang Ayah.

"Ini semua kami lakukan untuk Bella. Perusahaan Om Farid akan dituntut atas kelalaian dalam lingkup kerja. Dan hukumannya bisa-bisa perusahaannya akan ditutup. Kamu nggak ingin hal itu terjadi, 'kan?"

***

Brian menutup pintu dengan pandangan nanar. Perkataan tadi masih terngiang di telinganya. Ditutup? Brian bahkan berharap kalau ini semua hanyalah khayalan semata. Ia berharap kalau ini hanya bualan.

Brian terkejut saat tiba-tiba siluet seseorang berlari keluar dari rumahnya. Tanpa pikir panjang, Brian langsung mengejarnya. Ia tahu, bahkan sangat tahu siapa orang itu.

Fella yang melihat itu sedikit tak terima. Ia ikut mengejar Bella.

"Brian!" Sesekali Fella meneriakinya tapi Brian tak kunjung berhenti. Ia tetap berlari mengejar Bella.

Fella geram setengah mati melihat itu. Sebentar lagi Brian akan menjadi miliknya. Tapi, kenapa Brian masih saja perduli dengan Bella. Fella berhenti dan berbalik arah. Kembali ke rumah Brian dan mengajak Mamanya pulang.

Sementara Brian, ia berlari seperti kesetanan mengejar Bella. Tak perduli teriakan Fella di belakangnya. Yang ia pikirkan hanya Bella. Dan ia tahu apa yang sudah terjadi.

Setelah lama berlari akhirnya Bella berhenti juga, membuat Brian langsung mendekapnya saat itu juga. Tangis Bella makin tak terbendung saat berada dalam dekapan Brian. Saat ini ia merasa hancur.

"Bri... a-apa ini.... benar?" Tanya Bella terbata-bata. Air mata dan suara sesenggukannya sedikit menyusahkannya untuk melihat dengan jelas dan berbicara hal yang seakan ingin meledak dalam dirinya.

Brian tak menjawab, hanya membisu bersamaan dengan air mata Bella yang semakin mengucur dengan deras. Bella sudah bisa menebaknya. Ini semua benar. Dan ia mungkin tak bisa memiliki Brian lagi.

"Ja... di... apa-apa yang harus kita lakukan? A-apa kita sudahi saja? Atau..."

Brian tetap mendekap Bella. Diusapnya puncak kepala Bella dengan lembut dan penuh.... cinta. Ya, cinta. Kata itu kini makin membuat Brian bingung menentukan pilihan. Disisi lain ia ingin tetap bersama Bella, apapun yang terjadi. Tapi ia juga ingin melakukan apapun untuk mempertahankan apa yang menjadi milik Bella dan Papanya. Dan sekarang, apa yang harus ia lakukan?

Haruskah ia mengikuti kata hatinya dan membiarkan tetap seperti ini? Ataukah merelakan semuanya?

***

Suasana mendadak hening. Tak ada satu pun yang angkat bicara. Bingung ingin mengatakan apa. Setiap pikiran berusaha merangkai kata yang tepat.

"Lebih baik kita pertahankan..."

"Lebih baik kita putus saja...."

Mereka berdua mulai menoleh ke tempat masing-masing. Agak terkejut karena mereka berucap di waktu yang bersamaan. Dan yang lebih mengejutkan adalah kata-kata yang terucap berbeda.

Brian memandang Bella tekejut. Tak menyangka kalau Bella mengatakan kata 'putus' padahal dirinya ingin mempertahankan rasa ini. Membiarkan egonya menguasai dan tak perduli terhadap apa yang terjadi di esok hari.

Bella sendiri juga sama. Ia terkejut karena Brian mengatakan ingin mempertahan hubungan mereka. Bella juga ingin, tapi mungkin itu takkan bisa. Demi apapun, Bella nggak mungkin bersifat egois. Walau dalam lubuk hati ia sangat ingin. Tapi itu tak boleh terjadi.

Bella tahu bagaimana Fella menyimpan rasa pada Brian. Dan Bella juga tahu apa saja yang bisa ia lakukan. Bella bukannya takut kalau Fella akan melakukan hal buruk padanya. Tapi, itu bisa saja terjadi. Dan dia tak mau mengambil resiko tersebut.

Dan ketika ia mengangsurkan pendapatnya dan itu berbeda, apa yang harus ia lakukan? Menuruti ego dan hidup happily ever after ? Atau mengikuti alur dan hidup sebagai dua orang asing?

***

Anyeong.... maafkan saya atas keterlambatannya. Saya bener2 sibuk, suerrr. Padahal besok udah UTS tapi aku bela2in buat update,baik kan aku..

See you in next chapter.... byebye

Tangled LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang