Bab 22 Reality (2)

2.3K 130 0
                                    

Warning Typo bertebaran. No edited.

Enjoy!!

***

Suasana cafe saat ini sangat ramai. Harum berbagai makanan dan minuman tercium. Aroma yang mampu memikat hidung siapa saja yang menciumnya.

Bella dan Brian berada di dalam cafe atas ajakan dari Brian. Setelah bertemu dengan Bella tadi Brian langsung memeluknya. Bella sedikit bingung dengan aksi Brian itu. Saat ia muncul tiba-tiba saja Brian memeluknya. Aneh bukan?

Setelah Brian memeluknya Brian langsung menariknya menuju cafe ini. Padahal Bella tak ingin pergi tapi Brian terus menariknya dan mengengam tangannya dengan erat. Kalaupun bisa Bella ingin melepaskan genggaman tangan Brian tapi tenaganya dan tenaga Brian sangat berbeda. Tenaga Brian lebih besar karna ia laki-laki. Sedangkan Bella kalah jauh dari Brian.

Jadi disinilah mereka sekarang. Terlibat dalam keheningan yang cukup lama. Situasi canggung akibat perbuatan Brian sendiri. Bahkan sekarang Brian bingung ingin berbicara apa. Brian masih merutuki dirinya akibat tindakannya tadi. Begitupun dengan Bella yang sedari tadi diam tanpa suara. Hanya menunggu Brian mengajaknya berbicara terlebih dahulu. Karna kan Brian yang memaksanya ke sini jadi Brian yang harus berbicara duluan bukan dia.

Tapi lama menunggu juga masih tak ada yang berbicara. Satupun dari mereka tak ada yang mengangkat suara. Mereka berdua tengah asyik dalam dunia mereka sendiri. Lebih tepatnya mereka sedang berpikir apa yang akan mereka bicarakan.

"Kamu..." kata itu keluar dari mulut keduanya. Ekspresi terkejut terlihat dari keduanya lalu pecahlah keheningan mereka karena sekarang tawa mereka mulai terdengar.

Mereka saling menertawakan diri masing-masing karna situasi canggung ini dan ucapan mereka yang hampir bersamaan. Situasi canggung sekarang mulai hilang.

"Jadi, kamu darimana aja?" Tanya Brian mengakhiri sesi tawa mereka.

Bella diam sebentar sebelum menjawab. Ia kembali teringat akan kenyataan yang ia dapat. "Dari rumah," jawab Bella singkat. Bella menaikkan sebelah alisnya.

"Rumahku," tambah Bella. Brian menganggukkan kepalanya.

"Lalu kenapa seminggu ini kau tak bersekolah? Dan setiap harinya ada surat yang datang dan mengatakan kalau kau sedang ada di luar kota?"

"Hah?! Luar kota?" Brian menganggukkan kepalanya.

Bella mengerutkan keningnya bingung. Sejak kapan ia keluar kota?

"Memang siapa yang mengirimnya?" Tanya Bella bingung.

Brian menghendikkan bahunya tanda bahwa ia juga tak tahu. Bella berdiri dan bergegs untuk pergi namun Brian menahan pergelangan tangan Bella.

"Mau kemana?"

Bella berhenti sejenak dan melepaskan genggaman tangan Brian yang ada di tangannya. "Aku duluan ya. Aku ada urusan. Soal sekolah besok aku sudah turun, jadi jangan mengkhawatirkanku. Dan nanti aku akan pulang ke rumahmu."

"Hey, aku tidak mengkhawatirkanmu. Yang mengkhawatirkanmu itu Mamahku, bukan aku," kilah Brian. Ia masih saja menyimpan egonya.

"Terserah," ucap Bella dan segera berlalu. Entah kenapa sifat Bella sekarang terkesan berbeda. Apa mungkin kenyataan itu mempengaruhinya?

***

"Bel, kok kalo dilihat-lihat sifatmu beda banget. Sumpah," ujar Retha yang saat ini sedang menemani Bella ke toilet.

Ya, Bella sudah kembali ke sekolah lagi. Semenjak seminggu ia menghilang akhirnya ia kembali lagi. Karna terpikir juga olehnya jika nantinya biaya yang telah Papanya bayar akan terbuang percuma jika ia terus membolos.

Tangled LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang