Bab 12 Pretend To Be Yours?!

3.8K 167 1
                                    

Bella POV

Aku menangis di dalam pelukannya. Ternyata luka masa lalu itu sangat menyakitkan. Walaupun sudah berkali-kali kumantapkan hatiku untuk bercerita tapi apa? Aku masih saja tidak bisa untuk tidak menangis.

Ma, maafin Bella. Bella gak bisa nurutin Mama untuk tidak menangis.

Brian semakin mempererat pelukannya. Aku menangis tapi jantungku berdetak 2 kali lebih cepat. Brian memeluk dan mengelus punggungku. Hal yang tak pernah kubayangkan.

Brian melepaskan pelukannya saat aku sudah berhenti menangis. Meski masih sesenggukan sih. Dia memegang kedua bahuku seakan menyuruhku untuk menatapnya. Saat aku menatapnya yang pertama kulihat adalah senyum dari Brian yang semakin manis. Mungkin lebih manis daripada gula. Senyumannya pun seperti obat yang bisa langsung membuatku terdiam tak sesenggukkan lagi.

"Bel, setiap orang itu sudah mempunyai takdirnya masing-masing. Itu bukan salah kamu atas apa yang Mamamu alami. Sebesar apapun keinginanmu untuk menghentikannya hal itu tetap akan terjadi. Jadi, jangan nyalahkan diri sendiri lagi. Ok."

Aku mengangguk mendengar penuturannya. Memang takdir orang tidak ada yang tau karna takdir kita udah direncanain oleh-Nya. Walau kita diberikan mesin waktu untuk mengubah masa lalu dan menghalaunya agar tak terjadi. Tetap hal itu akan terjadi juga pada akhirnya. Dan mungkin memang benar, aku gak boleh nyalahin diriku terus atas apa yang terjadi. Dan pasti Mama juga gak akan tenang di sana jika aku terus nyalahin diriku.

"Thanks ya, Bri." Ujarku. Brian menganggukan kepalanya lalu berdiri dan menarikku.

"Ayo kita masuk. Sudah malam." Ucapnya.

Aku hanya mengikuti kemana dia membawaku. Mereka semua berada di meja makan dan memakan makanan yang sudah dimasak oleh tante Dera. Sementara aku pergi kembali ke kamarku karna perutku tidak lapar. Aku masih terus mengingat kejadian yang tadi. Gak kusangka Brian ternyata orang yang lembut. Dibalik sosok dinginnya ternyata ada sosok hangat yang bisa menenangkan.

---

Sudah 2 hari aku berlibur disini. Memang sih liburan ini bisa menyingkirkan semua beban beratku. Tapi aku masih khawatir sama Papa. Soalnya sampai hari ini masih gak ada ngabarin.

Aku beranjak keluar kamar dan menuju ke teras. Mungkin aku membutuhkan sedikit udara segar. Sampainya di teras aku duduk di salah satu kursi yang langsung menghadap ke arah laut. Kulihat air di laut itu tenang sekali tanpa ada ombak. Laut itu terlihat cukup tenang tanpa ada ombak yang mengganggunya.

"Astaga, Bel. Kamu dicariin dari tadi gak ada ternyata disini." Ucap Ferlan yang tiba-tiba sudah ada di di sebelahku.

Aku menaikkan alisku karna tampangnya seperti sedang mencari orang yang hilang. "Kamu kenapa? Masih pagi juga, tampang udah berantakan aja." Ucapku.

"Tau ahh. Pokoknya sekarang beresin barang-barangmu kita pulang sekarang."

"Pulang? Bukannya kita masih ada 5 hari lagi ya." Tanyaku.

"Papahku bilang ada masalah di kantor, jadi kita harus pulang sekarang. Yaudah aku masuk dulu ya. Jangan lupa beresinnya sekarang." Ucap Ferlan dan segera berlalu menuju kamarnya.

Aku pun berdiri dan menuju kamarku. Tak banyak yang perlu kurapikan karna pakaianku semuanya masih kusimpan di dalam tas yang kubawa. Paling yang kukeluarkan hanya perlengkapan mandi. Setelah selesai merepikan barangku, aku keluar dan segera menuju ke ruang tengah. Disana sudah ada tante Dera dan Om Ryan beserta Brian dan Ferlan.

Setelah dirasa semua lengkap, kami berjalan menuju tempat mirip dermaga kecil dan disana sudah ada perahu yang menunggu. Kami menaikinya satu-satu lalu perahu iti berangkat kembali menuju perkampungan yang kami datangin sebelumnya.

Tangled LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang