Bella berjalan kembali ke rumahnya. Kemarin dia sudah di bolehkan pulang karna kondisinya yang baik-baik saja. Ia bahkan bingung kenapa dokter itu menahannya selama satu minggu lebih 4 hari. Dan menurutnya itu terlalu berlebihan untuk orang yang habis pingsan sepertinya.
Bella sampai pada depan gerbang. Ia mengeluarkan kunci yang selama ini dipegangnya untuk membuka gembok yang terpasang di gerbang rumahnya itu. Ia berniat masuk tapi sebuah suara menginterupsinya.
"Hai Bel. Lama gak ketemu. Kamu dari mana aja?" Sapa tetangganya, Farrel. Bella berbalik dan sekarang posisinya membelakangi pagar.
"Hai juga, kak." Sapa Bella singkat. Bella menunjukkan seulas senyum yang membuat Farrel juga ikut tersenyum.
Dalam hati Farrel sangat bersyukur karna bisa melihat Bella lagi. Farrel yang telah lama kenal sama Bella menyimpan perasaan dari pertama mereka ketemu. Farrel pernah waktu itu menyatakan perasaannya pada Bella, tapi waktu itu Bella hanya menganggapnya bercanda. Padahal tampangnya waktu itu sangat serius tapi bagaimana bisa hanya dianggap bercanda. Dan jadinya Farrel hanya bisa tersenyum dan mengakui kalau ia bercanda padahal dalam lubuk hatinya ia sangat menyesal telah bilang kalau ia bercanda.
Bella agak tidak enak melihat tatapan Farrel sekarang. Ia sangat tahu betul apa arti dari tatapan tersebut. Tatapan penuh rindu. Bukannya ia tak tahu apa yang dirasakan oleh Farrel. Bella tahu betul jika Farrel menyimpan rasa padanya bahkan sejak lama. Sejak pertemuan pertama mereka.
Saat itu Farrel pernah menyatakan perasaannya tapi sayang Bella menolaknya. Memang bukan penolakan sih. Dia hanya menganggap itu candaan biasa yang sering dilontarkan oleh Farrel padanya. Dia hanya tak ingin memiliki hubungan dengan orang yang dianggapnya kakak.
Sosok Farrel telah lama menjadi kakaknya. Mereka sangat akrab. Hingga setelah pernyataan Farrel itu, Bella mulai menjauh. Bella yakin dengan menjauh dari Farrel akan cepat membantu Farrel segera melupakannya. Tapi yang ia dapat Farrel malah terus berusaha untuk semakin dekat dengannya.
"Kak aku masuk ya." Ujar Bella langsung tanpa menunggu jawaban dari Farrel. Farrel pun membuang nafas kecewa karna lagi-lagi Bella berusaha menjauh darinya.
Bella masuk perlahan ke rumah yang telah lama ia tinggalkan. Itupun jika 3 bulan termasuk waktu yang lama. Rumahnya telah sedikit berdebu. Itu semua karna memang tak ada yang merawatnya. Selama ia pergi rumah ini kosong. Tak ada yang menjaganya.
Bella melihat keadaan sekeliling. Ia melihat kembali semua foto yang berada pada dinding di sampingnya itu. Pandangannya jatuh pada fotonya bersama Mamanya. Diraihnya figura itu. Dielus wajah dalam foto tersebut. Wajah yang telah lama ia rindukan. Wajah yang dulunya selalu menasihatinya. Wajah yang paling dicintainya.
Bella tiba-tiba merasa ada yang aneh di balik figura itu. Pasalnya dia menyentuh sebuah kertas. Kertas foto sepertinya. Dibaliknya figura itu dan perlahan dibukanya. Ia dapat melihat ada satu foto dibalik foto yang terpampang jelas. Dilihat foto itu dan hanya ada fotonya dengan seorang wanita yang wajahnya telah dicoret dengan sebuah spidol hitam. Dibalik foto itu ada tulisan.
Menyimpan Embacang Busuk
Suatu hari kebusukannya akan tercium juga
Cari tahulah yang sebenarnya agar kau tak hidup berlimpahkan pada kebohonganBella mengeryitkan dahi bingung. Ia bingung dengan maksud dari seluruh kalimat itu. Dan siapa wanita yang ada di foto tersebut? Apa yang harus ia cari? Kebohongan apa? Dan apa itu embacang busuk?
Semua pertanyaan bermunculan di kepala Bella. Bella bingung. Sangat bingung. Apa sebenarnya maksud dari kertas tersebut? Dan apa kertas itu ditujukan padanya?
Bella memutuskan melupakan apa yang ada di tulisan itu untuk sementara. Bella pun menaruhnya ke dalam tasnya. Dan sepertinya ia harus kembali ke rumah Brian dan memecahkan teka-teki itu. Dan apa benar jika itu berhubungan dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled Love
Teen FictionKedua hati yang menyatu, menyisakan perih di lain hati. Kedua insan yang mencinta, memberi luka pada insan lainnya. Kedua rasa yang mengelilingi, menghapuskan rasa lain di sekitar. Memang selalu ada cobaan, rintangan, hambatan, halangan, di saat dim...