Bella POV
Sudah seminggu Papa gak ada nelpon. Ya, aku tau Papa pasti lagi sibuk. Tapi masa gak bisa buat ngehubungin aku. Kan aku kangen. Aku kangen banget sama Papa. Karna cuma Papa satu-satunya keluarga yang kupunya.
Kakek dan Nenek dari Papaku sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Terus Papaku juga anak satu-satunya. Kalo kakek dan nenek dari Mamaku gak tinggal disini. Tapi mereka tinggal di New York bersama sepupuku yang lain. Aku pernah berkali-kali ke sana dan dapat sambutan yang cukup baik. Kecuali salah satu sepupuku Naola. Dia sangat benci sama aku, entah kenapa. Setiap aku kesana dia pasti menatapku tajam.
Ok, back to the topic.
Minggu depan aku akan menjalani ulangan kenaikan kelas dan sekolah diliburkan untuk minggu ini. Katanya sih untuk menyiapkan anak-anaknya dan supaya kita gak stress karna kita gak ada libur. Jadi mungkin pihak sekolah merasa kasihan.
Tapi sampe hari ini juga aku gak bisa fokus. Rasanya semua yang kubaca hanya keluar dari otakku. Kayaknya semuanya itu hanya numpang lewat di otakku. Coba aja ada yang bisa ngajarin aku kan asik jadinya. Apalagi kalo Brian yang ngajarin pasti aku bakal konsen. Konsen ngelihatin dia.
Meskipun waktu itu aku sempat kesal karna dia mencuri my first kiss. Tapi sekarang aku gapapa. Karna first kiss ku diambil sama orang yang kusayang, meskipun orang itu gak.
Dan sekarang aku juga senang karna kak Deo udah lulus. Aku senang karna aku gak bakalan ngelihat mukanya lagi dan gak bakal digangguin lagi. Jadi aku bisa free.
Udah ahh mending aku fokus aja belajar biar bisa dapat nilai yang bagus.
***
Ulangan sudah selesai dan kayaknya aku bisa bernafas lega. Aku harap nilaiku bisa memuaskan. Jujur sih aku senang. Karna selama ulangan itu aku dapat bantuan. Setiap malam Brian selalu membantuku kalau ada yang tak kumengerti. Ya, meskipun itu semua perlu paksaan dari tante Dera. Tapi kan yang penting dia mau bantuin aku.
"Bel, dimakan makanannya. Apa ini gak enak?" Tanya tante Dera yang membuyarkan lamunanku.
Oh ya, sekarang aku lagi ada di salah satu resto milik Adik dari Papanya Brian. Restoran ini merupakan resto bintang 5 yang tak pernah sepi dari pengunjung. Resto ini selalu ramai, bahkan sampai susah jika ingin makan di sini.
"Enak kok, Tan." Jawabku.
"Kalo gak enak pesan yang lain aja." Ucap Tante Dera lagi.
"Gak usah, Tan." Jawabku karna makanan ini emang enak cuman aku lagi gak mood buat makan.
Setelah ini aku beserta Om Ryan, Tante Dera, Brian dan Ferlan sedang menuju ke Muara Badak. Kami akan berlibur di pantai pribadi milik Papanya Brian. Dan kami juga akan menginap di sana selama seminggu. Ya, hitung-hitung sebagai liburan karna sudah berhasil menyelesaikan ulangan dengan baik.
Perlu perjalanan sekitar 3 jam untuk sampai disana karna kita banyak berhenti. Ya, paling berhenti untuk ke toilet atau membeli makanan di pinggir jalan. Kami pun sampai di salah satu tempat yang terlihat seperti perkampungan. Dan bisa kutahu kalau mayoritas orang yang tinggal disini adalah orang beragama Kristen karna bisa dilihat dari rumah mereka dan wajah orang-orangnya serta banyak sekali anjing di tempat ini. Dan ada satu hal yang harus kalian tahu. AKU TAKUT SAMA ANJING.
Padahal sih emang anjing di sini gak akan gigit katanya Om Ryan. Tapi Brian dan Ferlan dari tadi menakuti setiap ada anjing yang lewat. Anjing-anjingnya mengerikan.
Kami masih harus menunggu sekitar 10 menit untuk sebuah perahu. Setelah perahu itu sampai kami pun berjalan menuju jembatan yang menghubungkan kami dengan perahunya. Tapi jembatannya mengerikan karna gak ada pegangannya dan BERGOYANG.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled Love
Teen FictionKedua hati yang menyatu, menyisakan perih di lain hati. Kedua insan yang mencinta, memberi luka pada insan lainnya. Kedua rasa yang mengelilingi, menghapuskan rasa lain di sekitar. Memang selalu ada cobaan, rintangan, hambatan, halangan, di saat dim...