Bab 30 Kilasan Masa Lalu

2.2K 106 0
                                    

Sudah hampir sebulan Zen dirawat, dan pria itu sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda untuknya segera tersadar dari tidur panjangnya. Kinan masih setia memdampinginya, menggengam tangannya dengan lembut. Sesekali diusap tangan itu dengan pipinya. Berharap hal itu dapat membangunkan suaminya.

Suaminya? Sungguh entah kenapa kata itu seakan aneh terdengar ditelinganya. Jujur memang selama ini Kinan tak pernah memiliki rasa ke suaminya itu. Mereka pun menikah tanpa ada rasa yang membuncah di hati Kinan. Mungkin hanya Zen saja yang merasakannya, pikir Kinan.

Dulu, masih ia ingat dengan jelas betapa bahagianya ia. Betapa senangnya dapat terikat dengan lelaki yang ia cintai. Memiliki dua orang putri yang merupakan replika dari mereka berdua. Kinan masih menggengam tangan Zen, namun jiwanya berkeliling di waktu lain. Waktu dimana semua ini hanyalah imajinasi sesaat.

Berbalutkan kebaya putih gading, Kinan menuruni tangga kediamannya. Kebaya itu melekat pas di tubuhnya, ditambah dengan riasan yang tak terlalu tebal namun terlihat natural. Rambut sepinggangnya disanggul, ditambah rangkaian bunga melati terpasang di sekitar sanggulan itu. Menambah kesan 'cantik' yang selama ini selalu melekat di dirinya.

Farid yang melihatnya sama sekali tak bisa melepas tatapan matanya dari wanita yang sekarang telah sah menjadi istrinya. Berbalutkan kebaya yang ia pilih, Kinan tampak sangat cantik. Beberapa orang yang melihat hal itu tertawa dalam hati. Mereka tahu seberapa bahagianya pasangan yang tengah dilanda cinta itu.

"Pandanginya biasa aja kali, Mas. Toh, nanti malam di kamar bisa ngelihat yang lebih dari itu," perkataan frontal dari adik seppupunya membuat Farid terkekeh sementara Kinan tertunduk malu.

Sampailah Kinan di hadapan Farid. Farid memeluknya sesaat lalu mencium keningnya. Sungguh, ia rela menukar apapun demi hari bahagia ini.

"Yaelah, ngebet banget ya. Mending dilanjut nanti aja. Lapar tau."

***

Sudah berjalan dua bulan pernikahan mereka dan sekarang Kinan tengah mengandung anak pertama mereka. Sungguh ia begitu bahagia, bisa memberikan anak dari rahimnya untuk suami tercinta. Namun, beberapa hari ini ia terlalu stress. Kabar bahagia ini memang belum sampai ke telinga keluarganya yang lain. Ia takut adik kandungnya semakin sedih mendengar hal ini.

Memang saat pernikahan itu dilangsungkan hanya Mira, adiknya dan juga Zen teman semasa kuliahnya yang tak hadir. Adiknya memang tak merestui pernikahannya dengan Farid. Saat itu adiknya memiliki rasa ke Farid, perasaan untuk seorang lelaki. Namun, Farid tak pernah tahu hal itu.

Mira pernah berniat memberitahu Farid namun Kinan beserta keluarganya yang lain mencegah Mira melakukan itu. Mereka tak ingin kebahagiaan Kinan terenggut oleh Mira untuk yang kesekian kalinya.

Ini memang bukan pertama kalinya Mira ingin merebut lelaki yang dicintai oleh Kinan. Sudah sering Kinan menangis di malam hari karena merelakan orang yang ia cinta bersama dengan adiknya. Sudah berkali-kali Kinan merasakan pahitnya cinta karena adiknya, tapi seakan tidak puas, kini malah Farid yang telah menjadi suaminya ingin direbut juga.

Dulu Kinan akan dengan sendirinya mundur. Tapi, sekarang tidak lagi. Ia akan bertahan dan memperjuangkan cinta yang ia punya. Ia tidak akan lagi mau menyerahkan orang yang ia cinta begitu saja. Tidak akan.

***

Proses persalinan berjalan dengan baik. Tidak ada hal yang menyulitkan sang jabang bayi untuk keluar. Dan kini keluarga Biantoro tengah sangat berbahagia. Pasalnya anak yang dilahirkan Kinan itu kembar. Dua anak perempuan yang kini tengah terbaring di dalam box kecil.

Tangled LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang