Bab 13 Really??

3.7K 167 4
                                    

Author POV

Di rumah sakit tempat dimana Farid dirawat. Seorang lelaki paruh baya berlari menyusuri koridor yang luas. Laki-laki paruh baya itu berlari tanpa memperdulikan pandangan bingung yang menerpanya. Ia berlari layaknya orang kesurupan. Peluh membanjiri tubuhnya tapi tak diperdulikannya.

Di sepanjang lariannya ia bahkan menabrak bahu orang-orang yang menghalangi jalannya. Ia berlari layaknya orang yang sedang marathon walaupun lariannya tak terlalu kencang karna usianya yang termakan oleh waktu.

Lelaki itu terus berlari menaiki tangga menuju lantai 12. Padahal ada lift untuk menuju ke sana tapi ia tak sabar untuk menunggu lift turun ke bawah. Yang ada di kepalanya hanya satu. Yaitu keadaannya Farid. Dia berharap bahwa ini semua hanya angan belaka. Ia berharap bahwa hal yang akan dikatakan dokter nanti hanyalah mengenai kabar baik. Ia berharap sahabatnya akan baik-baik saja.

Sampai di lantai 12, ia berlari menuju kamar rawat nomor 128. Ia berhenti sejenak untuk sekedar mengatur nafasnya. Saat hendak memasuki ruangan yang di dominasi warna putih itu tiba-tiba seorang pria dengan jas berwarna putih keluar dari ruang tersebut. Pria itu terkejut melihat orang yang ada di depannya dibanjiri oleh keringat. Pria itu berdiri tegap dengan tampang berwibawa dan dapat diperkirakan jika umur dokter tersebut masih berkisar antara 20an.

Dokter itu menautkan alisnya melihat Ryan dengan kondisi yang menggenaskan. Pakaiannya basah dan wajahnya tampak kelelahan dan dibanjiri oleh bulir-bulir keringat. Rambutnya acak-acakan seakan tak pernah terawat.

"Ada yang bisa saya bantu Pak?" Tanya dokter itu ramah.

Ryan mengatur nafasnya. "Saya Ryan Geraldi Wijaya. Keluarga dari Faridho Fariel Biantoro. Bagaimana keadaannya Pak....Keinan?" Tanya Ryan sambil memperhatikan tag namanya yang bertuliskan Keinan Adriel Dirgaminoto.

"Silahkan ikut saya ke ruangan saya." Ucap Dokter Keinan kepada Ryan dan mendahuluinya pergi ke suatu ruangan.

Ruangan itu tetap bernuansa putih tapi dipenuhi oleh rak-rak buku yang penuh dengan buku yang sudah bisa dipastikan berhubungan dengan hal-hal medis. Dokter Keinan duduk di depan mejanya dan menyuruh Ryan untuk duduk di hadapannya.

"Jadi gimana keadaannya, Dok?" Tanya Ryan.

Dokter Keinan berdeham sebentar untuk menetralkan suaranya. "Ehm, Pak Farid mengalami pendarahan kecil di bagian kepalanya tapi jangan khawatir karna pendarahan itu bisa kami atasi."

Ryan yang mendengar itu langsung menghela nafas setelah tadi jantungnya sempat terasa berhenti.

"Tapi..." Dokter Keinan menggantungkan kata-katanya yang membuat Ryan seketika kembali diliputi rasa takut. Jantungnya memompa dengan cepat.

"Pasien mengalami kebocoran jantung dan kita harus segera mencari pendonornya. Jika tidak nyawanya tak akan terselamatkan." Ucap Dokter Keinan yang seketika membuat jantungnya Ryan mencelos saat itu juga. Ryan terdiam tak bisa berpikir jenih. Semua pikiran berputar di kepalanya dan satu yang sangat penting sekarang. Bella. Dia harus segera mencari donor yang buat sahabatnya itu demi Bella. Dan Bella belum boleh tau tentang hal ini.

***

Bella POV

Hari ini sekolah sudah masuk seperti biasa tapi dengan situasi yang berbeda. Berbeda karna setiap siswi di sini dari tadi ngelihatin aku. Entah dengan pandangan iri, kesal, bahkan ada yang sampe ngomongin aku di belakangku.

Aku masih terus berjalan dengan perasaan yang agak aneh. Aneh karna jadi pusat perhatian. Lalu sebuah tangan menarikku. Saat aku berbalik kulihat Brian yang memegang tanganku. Dia tersenyum dan hal itu membuatku malu karna sekarang makin banyak yang melihat ke arahku dan Brian yang sedang menggenggam tanganku sambil tersenyum. Aku tampak risih diperhatikan kayak gitu tapi tidak dengan Brian, dia terlihat biasa saja.

Tangled LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang