Aku termatung mendengar penjelasan Kak Deo. Aku memang suka padanya tapi aku tak sampai berpikir akan cinta. Sempat kulihat raut wajah kak Deo yang mengatakannya dengan sedikit ragu. Aku tak tahu kenapa rautnya seperti itu. Apa mungkin dia masih ada perasaan padaku? Nggak mungkin. Kak Deo, 'kan sudah berubah. Dan aku yakin kalau pemikiranku tadi mungkin hanya sekedar ilusiku.
Kembali kutatap kedua orang itu. Mereka bersenda gurau bersama, seperti telah saling kenal. Memang agak cemburu saat Brian tertawa atas candaan dari kak Fella. Tapi, aku bisa apa? Aku bukan siapa - siapa.
"Kak, kita pergi aja. Yuk," ajakku. Kak Deo mengangguk menyetujuinya. Lalu, kami pergi namun sebelum itu Kak Deo membayar bubur itu terlebih dahulu.
***
"...... Sebentar lagi Ujian Nasional akan dilaksanakan. Saya harap kalian semua dapat belajar dengan giat, mengingat tak sedikit dari kalian yang masih tidak fokus. Ingat, ujian ini bukan mainan. Kalian harus serius dalam mengerjakannya..... "
Bu Lela memberikan beberapa wejangan untuk kami. Menyuruh kami agar lebih fokus dalam menghadapi ujian. Namun, hanya beberapa kata saja yang bisa kutangkap. Sisanya, hanya terlewat dari pendengaranku. Pikiranku masih terfokus antara hubungan Brian dengan kak Fella. Sedikit penasaran akan hubungan mereka.
Apa mereka berpacaran? Tapi, mungkin mereka hanya kebetulan bertemu saja. Ya, mungkin.
***
"Bel, dimakan makanannya. Nggak enak ya?"
Aku tersentak dari lamunanku. Kugelengkan kepalaku kepada tante Dera, "Nggak kok, tan. Makanannya enak banget."
Sekedar informasi, kini aku sedang berada di rumahnya. Tante Dera yang mengundangku, bahkan beliau langsung menjemputku di rumah. Aku memang awalnya ingin menolak, tapi saat melihat kehadiran tante Dera membuatku menerima undangannya.
Tante Dera bilang ini hanya makan malam biasa, hingga membuatku ikut. Namun, dua orang yang hadir bersamaan denganku membuatku ingin pulang seketika. Tentu saja ini bukan kebetulan, Brian dan kak Fella datang bersamaan. Bahkan aku sempat melihat tangan kak Fella yang menggelayuti lengan Brian.
Kak Fella hanya tersenyum menatapku, sementara Brian, ia tampak terkejut dengan kehadiranku. Mungkin ia tak menduga aku akan datang. Gelayutan tangan kak Fella langsung dilepas begitu saja oleh Brian saat pandanganku masih mengarah pada tangan kak Fella.
Brian berdeham sebentar lalu menyapaku, aku juga balas menyapanya. Ia mengatakan kalau ia tak menyangka jika aku akan datang. Dalam hati aku bergumam, bilang saja jika kau tak ingin ada yang menganggu kalian berdua. Sedikit geram juga jadinya saat melihat kak Fella langsung menarik lengan Brian, bahkan sebelum lekaki itu selesai bicara denganku. Tapi, sekali lagi aku bisa apa? Toh, aku bukan siapa - siapanya.
Tante Dera memegang pundakku dan mengajakku masuk dengan dalih udara di luar yang dingin. Saat masuk ke ruang makan, dapat kulihat wajah tante Dera menatap tak suka pada kak Fella yang duduk di sebelah kanan Brian. Tante Dera menyuruhku duduk, dan aku berniat mengambil kursi di samping Ferlan, namun tante Dera mendahuluiku membuatku terpaksa menempati kursi lain.
Sebenarnya aku tak keberatan, tapi melihat posisinya membuatku ingin bertukar dengan yang lain. Tempat itu tepat di sebelah kiri Brian. Aku sempat menatap tante Dera, memohon untuk bertukar tempat hanya lewat tatapan mata. Tapi tante Dera hanya mengacuhkanku. Dengan terpaksa aku duduk di sana.
Makan malam dimulai dalam keheningan, lalu ucapan Ferlan menyebabkan acara makan ini sempat terhenti.
"Bel, kamu kenapa nggak tinggal disini aja? Sepi tau nggak ada kamu. Apalagi nggak ada lagi pasangan serasi di rumah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled Love
Teen FictionKedua hati yang menyatu, menyisakan perih di lain hati. Kedua insan yang mencinta, memberi luka pada insan lainnya. Kedua rasa yang mengelilingi, menghapuskan rasa lain di sekitar. Memang selalu ada cobaan, rintangan, hambatan, halangan, di saat dim...