"Daddy, dimana Lia tadi?" Tanya Sean pada ayah nya.
"Dia sudah di jemput hyung mu" jawab Yoong.
"Yaah, padahal aku ingin mengajak nya membeli mandu" gumam Sean adik laki-laki Rio.
"Kemana Sean?" Tanya sang ayah saat melihat si bungsu keluar rumah.
"Mencari kehangatan dadd" kekeh Sean
"Yak, awas jika berani macam-macam diluar" teriak Yoong mengancam, Sean memang beda dengan Rio yang pendiam dan dewasa, sementara dongsaeng nya itu labil, bebas apa ada nya.
Kriinggg. . .
Ponsel Sean berdering
My Mandu is Calling
"Hallo"
"Sean, mianhae, aku tidak bisa menemani mu keluar sekarang"
"Kenapa?"
"Aku sedang menemani Jisoo unnie yang akan melahirkan, suami nya belum pulang bekerja"
"Rumah sakit mana?"
"Rumah sakit pusat"
"Aku kesana"
Sean mematikan sambungan telpon nya, lalu memutar stir mobil nya menuju ke rumah sakit pusat, tak butuh waktu lama, ia pun segera menemukan keberadaan sang kekasih yang sangat gelisah, di luar ruangan bersalin.
"Noona" panggil nya karena memang Jennie lebih tua lima tahun dari Sean.
"Sean" Jennie menghampiri kekasih nya itu dengan wajah gugup dan khawatir.
"Suami nya sudah di hubungi?" Tanya Sean
"Sudah, tapi belum juga datang, aku telpon lagi tidak di jawab"
"Ya sudah, kita temani saja kalau begitu, sampai suami nya tiba" Sean membawa Jennie duduk.
Di rumah Rio
"Papa, kemana mama?" Tanya Lia setelah menggosok gigi dan bersiap tidur.
"Mama sedang ada pekerjaan, jadi belum bisa pulang" jawab Rio
"Sekarang tidur ne, besok ada janji dengan granpa Yoong kan"
"Uhum" Lia kemudian beringsut di pelukan sang ayah dan mulai memejamkan kedua mata nya.
Ceklek
Rio mendengar suara pintu utama rumah nya terbuka, ia pun meninggalkan Lia yang sudah tertidur lelap, untuk mengechek siapa yang datang, dan benar, itu adalah Sana sang istri, Rio melirik jam dinding di ruang keluarga yang jarum nya menunjuk ke angka 01.20 KST.
"Aku makan malam dengan rekan bisnis tadi" ketus nya, padahal Rio tak menanyakan apa-apa.
"Yaa, mandi lah, setelah itu istrahat" balas Rio.
"Aku sudah menyiapkan air hangat untuk mu" lanjut nya, Sana tak menjawab ia pergi begitu saja ke kamar, Rio menyusul, dan mendapati baju sang istri di keranjang baju kotor, ia pun mengambil dan mencoba mengendus nya.
Deg
Bau parfum pria lain yang Rio tak kenal milik siapa, ia pun meletakan kembali baju sang istri, kemudian menaiki ranjang nya, berniat untuk menunggu Sana, tapi, begitu selesai mengeringkan rambut, sang istri mengabaikan Rio, ia langsung tidur memunggungi suami nya dengan selimut nyaris menutupi seluruh tubuh nya.
Dingin, suasana di rumah Rio sekarang, akibat perubahan sikap Sana terhadap anak dan suami nya.
Di tempat lain.
"Keluarga nyonya Kim Jisoo" panggil sang perawat, Jennie langsung berdiri menghampiri perawat tadi, dan Sean pun mengikuti nya.
"Saya keluarga nya" sahut Jennie.
"Anda suami nya? Mari ikut saya, nyonya Jisoo membutuhkan suami nya" ujar sang perawat, menatap Sean.
"B-bukan, s-saya. . ." Gugup Sean, ia panik karena memang dia bukan suami nya Jisoo, tapi sang perawat salah sangka.
"Please" Jennie memohon dengan wajah memelas nya pada Sean.
"Baiklah" Sean berjalan dengan gagah nya mengikuti sang perawat memasuki ruang bersalin.
"Aaaaarrrggghhh. . ." Teriak Jisoo yang mengejan mengerahkan seluruh kekuatan nya untuk mengeluarkan si jabang bayi, tangan nya terus mencari pegangan dan dengan ragu, Sean pun menyodorkan lengan kiri nya, sambil meringis ngeri, tanpa peduli tangan siapa, Jisoo pun meraih nya, mencengkeram erat dan Sean terpaksa menahan kesakitan yang tak seberapa dibanding dengan yang dialami Jisoo saat ini.
Suara tangis bayi pun terdengar "selamat tuan, nyonya, kalian di karuniai bayi laki-laki yang sehat dan tak kekurangan suatu apa pun" ujar dokter meletakan bayi yang masih berlumuran darah itu di dada Jisoo, ia menangis haru menatap putra pertama nya, sementara di luar hujan deras, Taehyung mencoba untuk tetap mengendarai motor nya menuju ke rumah sakit, setelah menyelesaikan pekerjaan nya.
Sean menegang menatap bayi Jisoo, wajah nya pucat, keringat dingin nya bercucuran, sekian detik kemudian.
Bruk
Sean pingsan
Keesokan hari nya.
Lia dan Rio sedang bersiap-siap untuk beraktifitas, ia membuatkan roti panggang untuk sang putri yang kini tengah melahap nya, sambil sesekali meneguk susu coklat nya, Rio sendiri tengah menyiapkan tas milik Lia, yang biasanya berisi baju ganti, dan botol susu, Sana belum bangun, karena ia pulang terlalu larut semalam.
"Papa, aaaakkkk. . . " Lia mencoba menyuapi sang ayah dengan roti bekas gigitan nya.
Nyam
Rio pun menerima nya sambil tersenyum senang.
"Papa juga harus makan seperti Lia" ucap sang putri yang kembali melahap roti nya.
"Ne" sang ayah pun menurut.
"Siap?" Tanya Rio saat Lia sudah menghabiskan roti nya.
"Belum, Ada yang kurang pa"
"Apa?"
"Lia belum pamit mama" jawab sang putri.
"Baiklah, papa tunggu disini" Lia kemudian berlari menuju ke kamar orang tua nya, dan mendapati sang ibu masih meringkuk di bawah selimut tebal nya.
"Morning mama, Lia berangkat dulu, sampai ketemu lagi" pamit sang putri, ia lalu mengecup pipi mama nya, yang masih belum terbangun juga.
"Sudah?" Lia mengangguk, ia lalu meraih tangan kanan sang ayah, berjalan keluar rumah, Rio memang selalu menitipkan Lia di rumah orang tua nya, karena ia dan sang istri bekerja, dan Lia belum waktu nya sekolah.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Love You
FanfictionCinta dua orang dewasa yang sama-sama pernah mengalami kegagalan dan kehilangan