13. Hadiah

864 196 67
                                    

Brak

Sean mengunci Rio dari luar kamar

Dor. . . Dor. . . Dor. . .

"Sean, Seul, buka!" Teriak Rio dari dalam kamar sambil menggedor pintu nya, sementara Sean dan Seulgi malah tertawa terbahak-bahak di luar.

"Ayo kita pulang, jangan ganggu hyung mu" ajak Seulgi pada Sean, mereka pun pulang masih sambil tertawa membayangkan reaksi Rio yang di sewakan seorang pelacur oleh Seulgi.

"Selamat ulang tahun, semoga keberuntungan selalu menyertai mu" ucap seorang wanita di belakang Rio, pria itu menoleh, ia gugup tentu saja, dan menatap wanita yang memakai baju menantang, dengan posisi menggoda.

"Selamat ulang tahun, semoga keberuntungan selalu menyertai mu" ucap seorang wanita di belakang Rio, pria itu menoleh, ia gugup tentu saja, dan menatap wanita yang memakai baju menantang, dengan posisi menggoda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rio menelan ludah nya, ia tak bisa menatap wajah wanita itu dengan jelas karena cahaya lampu yang hanya remang-remang.

Jress

Jisoo menyalakan lilin di kue yang ia bawa, kue itu dari Sean dan Seulgi tentu nya, teelihat jelas sekarang seperti apa wajah cantik sang wanita malam itu, Rio terpaku, ia membeku menatap wajah Jisoo yang sekarang sudah menjadi pelacur yang sangat berpengalaman karena keadaan dan keterpaksaan, ia melangkah dengan anggun nya mendekati Rio, pria itu masih terdiam, entah ia tersihir dengan kecantikan Jisoo, atau bingung karena ia belum pernah berada di situasi seperti ini.

"Tiup lah" Jisoo tersenyum manis, sengaja menggoda tamu nya

Senyum yang menurut Rio terkesan di paksakan, dengan perasaan gugup dan tak enak Rio pun meniup nya, tubuh nya terasa sangat kaku, karena berada di posisi yang menegangkan menurut nya, Jisoo lalu memutar tubuh nya, meletakan kue tadi diatas meja s...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum yang menurut Rio terkesan di paksakan, dengan perasaan gugup dan tak enak Rio pun meniup nya, tubuh nya terasa sangat kaku, karena berada di posisi yang menegangkan menurut nya, Jisoo lalu memutar tubuh nya, meletakan kue tadi diatas meja samping ranjang.

"Aku adalah kado untuk mu, dari pria yang entah itu sahabatmu atau saudara mu aku tak tahu" ujar Jisoo, ia menatap Rio, yang terlihat jelas jika ia sangat gugup, Jisoo kembali mendekat, dan tanpa sungkan, ia berdiri di hadapan Rio, lalu membuka jas pria itu, dan menggantung nya di capstock belakang pintu.

"Aku tahu kamu belum pernah melakukan nya dengan wanita seperti ku bukan?" Tanya Jisoo, tapi Rio tetap masih terdiam.

"Santai saja, jika kamu terlalu malu untuk melakukan nya, biar aku yang bekerja" ucap Jisoo melirik wajah Rio yang juga tengah menatap nya, Jisoo pun berjalan memutari Rio, yang nafas nya mulai tertahan karena tegang.

"Selama aku bekerja, baru kali ini aku bertemu pria seperti mu" bisik Jisoo dibalik punggung Rio, yang langsung merinding dibuat nya, tangan kanan Jisoo pun mulai meraba lengan kekar Rio dan turun ke bawah, ke arah telapak tangan lalu menggenggam nya.

Deg

Rio dilanda perasaan aneh saat telapak tangan nya dan milik Jisoo bertautan, wanita itu tersenyum merasakan dingin nya tangan sang tamu dan sedikit gemetar.

Jisoo memainkan ujung jari telunjuk nya di telapak tangan Rio, untuk merangsang nya, merasa tak mendapatkan penolakan, Jisoo pun melanjutkan aksi nya, tangan kiri nya melingkar di pinggang Rio dari belakang, dan mulai membuka ikat pinggang nya.

"Dan aku sangat menyukai sebuah tantangan" suara Jisoo di buat serendah mungkin dengan bibir yang nyaris menempel di telinga kanan Rio, tangan kiri nya tak bisa diam, Jisoo menyelipkan nya dan merayap ke bawah hendak mengusap selangkangan Rio.


Plak

Rio menepis kasar tangan kiri Jisoo yang nyaris menyentuh penis nya, ia lalu menjauh dari Jisoo yang masih berusaha tersenyum meski mendapatkan penolakan.

"Dengar, aku tak ingin melakukan nya, dan anggap saja kita telah melakukan nya, aku tak akan mengatakan apa-apa pada sahabatku yang telah membayar mu" ujar Rio sedikit panik dan marah.

"Aku pergi" ucap nya sambil melewati Jisoo begitu saja.

Ceklek

Rio berusaha membuka pintu kamar itu, tapi rupa nya tidak bisa, masih terkunci dari luar, ia pun menggoyang-goyangkan gagang pintu nya dengan kasar, berharap akan terbuka atau ada yang menolong nya dari luar.

"Percuma" ujar Jisoo yang kini duduk diujung ranjang sambil menyilangkan kaki nya sengaja untuk memperlihatkan paha mulus nya yang jenjang, agar Rio tergoda.

"Pintu itu baru akan terbuka nanti jam enam pagi, aku di booking secara long time, enam jam, dan kita masih memiliki waktu lima jam" beritahu Jisoo, lemas sudah kaki Rio rasa nya, tubuh nya terkulai duduk lemah sambil bersandar pada daun pintu.

"Dari pada kamu duduk di situ, bukan kah lebih baik kita bercinta puaskan diri mu, kamu sudah lama tak melakukan nya bukan, aku milik mu untuk malam ini, yang bebas bisa kamu nikmati aku tak akan menolak, dengan senang hati aku akan memuaskan mu, dan pagi nya kamu bisa pulang dengan perasaan lega" bujuk Jisoo, ia membuka kedua paha nya, sengaja memperlihatkan selangkangan nya pada Rio.

"Apa kamu selalu berkata dan bertingkah murahan seperti ini pada pelanggan mu, yang mungkin sebagian besar bahkan belum pernah kamu temui sebelum nya?" Tanya Rio kasar, ia kesal dan risih dengan tingkah Jisoo yang kurang ajar, tapi mengingat profesi nya, wajar jika dia bertingkah demikian sebab Rio terlalu pasif.

"Tidak, hanya pada mu, karena biasanya, pelanggan ku begitu bersemangat saat akan bercinta dengan ku" jawab Jisoo, ia tak sakit hati dengan pertanyaan Rio, ia sudah biasa diperlakukan tak manusiawi.

"Kamu tahu, teman mu bahkan menunggu sampai dua bulan untuk bisa membooking ku, dan setelah mendapatkan nya kamu malah menyia-nyiakan kesempatan mu"

"Ayo lah, masih tersisa banyak waktu, kamu akan menyesal nanti, karena setelah ini, kamu belum tentu bisa bertemu dengan ku lagi" rayu Jisoo, ia lalu mulai membuka gaun nya, dan bertelanjang bulat di depan Rio, pria itu menunduk, tak berani menatap ke arah Jisoo.

"Aku tahu, aku adalah wanita rendahan, tapi setidak nya tatap lah aku ketika kita sedang bicara" ucap Jisoo, Rio melirik kaki wanita itu yang mulai melangkah mendekati nya, merasa terancam, Rio pun berdiri, ia menyahut jas nya yang tergantung tadi lalu dengan cepat menggunakan nya untuk menutupi tubuh polos Jisoo dan memeluk nya dari depan, Rio terpaksa melakukan nya karena ia tak ingin tergoda, ia sudah berusaha untuk bertahan selama nyaris dua jam lama nya di kamar itu, dan ia tak ingin usaha nya sia-sia, Jisoo membeku, mata nya berkaca-kaca.


#TBC

The Way I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang