Jisoo pulang ke rumah nya dengan diantar oleh anak buah Yuri, untuk memastikan jika ia tak akan melarikan diri, agar Jisoo tetap datang ke night club untuk menjadi pelacur, karena Sunmi telah menjual nya, kepolosan dan keluguan Jisoo di manfaatkan oleh Sunmi yang memang berprofesi sebagai pencari wanita atau gadis untuk dia jual pada mucikari.
Wajah Jisoo penuh luka karena tamparan dan pukulan Yuri, yaa setiap wanita yang akan di jadikan perempuan bayaran akan selalu di tiduri oleh Yuri lebih dahulu, suasana rumah sudah sepi karena ketiga anak-anak nya sudah tidur, Jisoo menangis meraung diatas lantai kamar mandi sambil menyiram tubuh nya dengan air, merasa jijik dan kotor pada tubuh nya sendiri.
Pagi nya
"Eomma, Jihoon dan Yoshi mau ke sekolah" si sulung mengetuk pintu kamar orang tua nya.
"Yaa Jihoon-ie, di meja makan ada roti tawar dan selai strawberry, kalian makan dan bawa bekal itu dulu ne, eomma sedang tidak enak badan" interuksi Jisoo dari dalam kamar nya.
"Ne eomma" jawab Jihoon, ia lalu mengajak Yoshi ke meja makan dan mengoleskan dua lembar roti tawar dengan selai, untuk ia makan di rumah dan bekal ke sekolah bersama dongsaeng nya, Jaehyuk masih tertidur di kamar bersama sang eomma.
Ceklek
Mendengar suara pintu rumah tertutup, Jisoo pun segera keluar dari kamar nya, menatap Jihoon dan Yoshi yang berjalan sambil bergandengan tangan menuju ke sekolah, Jisoo kembali menangis, merasa bersalah dan menyesal pada anak-anak dan mendiang suami yang di cintai nya Taehyung.
Sepulang sekolah, Jisoo sudah menyiapkan makan untuk Yoshi dan Jihoon, si tengah dan si bungsu makan dengan lahap nya, meski lauk nya sederhana, tapi tidak dengan Jihoon, ia menatap curiga wajah sang eomma yang memar di beberapa bagian.
"Wajah eomma kenapa?" Tanya Jihoon polos, sebagai anak tertua, ia tentu lebih perhatian, Jisoo berusaha tersenyum.
"Eomma kurang hati-hati tadi, sampai jatuh di kamar mandi" bohong nya, dan Jihoon pun percaya saja.
"Bagaimana dengan pekerjaan yang eomma cari?" Tanya Jihoon lagi.
"Nanti eomma titip dongsaeng mu ne, saat eomma pergi bekerja" jawab Jisoo.
"Ne eomma" Jihoon mengangguk.
"Sekarang makan lah yang banyak" Jisoo mengusap kepala sang putra.
Jam tujuh malam, Bambam sudah berdiri di depan rumah Jisoo, sambil menghisap rokok nya dalam-dalam, menunggu wanita itu yang tengah bersiap untuk mulai menjajakan diri di night club Yuri.
"Boss besar menunggu mu di ruangan nya" beritahu Bambam, Jisoo pun berjalan sambil menunduk menuju ke ruangan Yuri.
"Ikutlah dengan HyunA, dia akan mendadani mu" ujar Yuri, HyunA lalu mengajak Jisoo ke ruang make up khusus bagi perempuan dagangan Yuri untuk di dandani, karena meski berwajah polos, jika di make up, Yuri yakin Jisoo akan kelihatan cantik dan menarik bagi para pria hidung belang, selesai di dandani, HyunA kembali membawa Jisoo ke ruangan Yuri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Cantik, dia pasti akan menjadi primadona di sini nanti" batin Yuri menatap puas kearah Jisoo, yang menunduk salah tingkah karena merasa tak nyaman dengan baju yang di pakai nya, ia risih, tapi sudah terlanjur masuk ke dalam perangkap Yuri dan Sunmi, jadi ia tak bisa kabur, dan harus mau menjual diri setiap malam.
Akhir nya, meski terpaksa, Jisoo harus bisa berdamai dengan pekerjaan nya, dan prediksi Yuri pun benar, dia menjadi wanita penghibur paling di cari karena kecantikan nya.
Di rumah keluarga Im.
Rio nampak keluar dari rumah bersama sang putri yang memeluk lengan kiri sang ayah.
"Grandpa grandma, Lia pergi dulu" pamit nya pada Yoong dan Seo, ia hendak jalan-jalan dengan sang ayah.
"Ne, hati-hati sayang" sahut Yoong.
"Have fun baby" seru sang nenek.
Ayah dan anak itu terlihat seperti pasangan yang sedang berkencan saja, Lia sibuk meminta ini dan itu pada sang ayah untuk mendukung hobby memasak nya, dan Rio pun juga tak keberatan.
"Papa, Lia butuh buku resep" pinta nya pada sang ayah.
"Ya ayo beli" jawab Rio, mereka memasuki toko buku, berjalan mengelilingi rak, untuk mencari buku resep yang Lia mau, ia bingung antara ingin resep masakan Korea, atau resep kue.
"Kenapa tidak mencari di internet saja?" Tanya Rio.
"Itu tidak seru papa, uncle kadang menyebalkan, menghubungi ku saat sedang membaca resep di dapur, dengan buku, ia tak akan lagi bisa berbuat jahil" alasan Lia sambil serius membaca buku di tangan nya.
"Kue saja" batin Lia, karena tiga bulan lagi sang ayah akan berulang tahun, jadi ia harus belajar membuat kue dari sekarang.
"Kita beli apalagi?" Tanya Rio yang menenteng seluruh belanjaan sang putri, Lia masih memeluk manja lengan sang ayah.
"Makan!" Seru nya, dan mereka pun makan berdua di sebuah restauran mewah, yang juga tengah di kunjungi oleh Sana dan keluarga nya.
"Lia" panggil tuan Minatozaki, Rio dan Lia pun spontan menoleh ke sumber suara.
"Ada grandpa di sana, beri salam" ujar Rio pada sang putri.
"Ayo papa temani" ajak Rio, yang kemudian membawa Lia menghampiri meja keluarga mantan istri nya.
"Tuan" sapa Rio membungkuk hormat dan menyalami tangan kanan mantan mertua nya itu.
"Rio" sambut tuan Minatozaki.
"Sana"
"Jungkook" sapa Rio berbesar hati, keluarga itu nampak canggung dan kikuk.
"Sapa mama mu sayang" Rio mendorong punggung sang putri, Sana memberi nya ciuman pada Lia yang hanya diam saja.
"Grandpa kangen sekali, kita makan bersama ya?" Ajak tuan Minatozaki.
"Iya temani dongsaeng mu, Haruto, ini Lia noona" Sana memperkenalkan putra nya pada sang putri.
"Tidak, Lia mau makan bersama papa" tolak nya.
"Ayo pa, makanan kita sudah datang" Lia menarik tangan kanan sang ayah menuju ke meja mereka lagi.
Sana menatap sendu ke arah Lia dan Rio yang makan berdua, kadang Lia menyuapi sang ayah sambil tertawa, menyesalkah? Tapi sampai saat ini, kata maaf belum terucap dari mulut Sana pada putri dan mantan suami nya itu.