35. Luka Mu, Luka Ku

848 192 43
                                    

Pagi itu, setelah mengantar Lia sekolah, Rio tiba-tiba teringat Jisoo, ia pun berinisiatif untuk mengunjungi wanita itu, yang mungkin sudah di rumah setelah pulang bekerja, jadi ia putuskan untuk ke rumah nya sebentar.

Rio mendapati pintu rumah wanita itu terbuka lebar, ia pun segera turun dari mobil nya, suara tangis terdengar dari dalam, dan ini membuat Rio kian di serang rasa penasaran, ia pun berdiri di ambang pintu, dan melihat Jihoon, Yoshi dan Jaehyuk tengah menangisi ibu mereka.

"Eomma tidak apa-apa, Jihoon dan Yoshi berangkatlah ke sekolah, nanti terlambat" lirih Jisoo membujuk anak-anaknya agar tidak menangis.

"Tidak, kami mau menjaga eomma" tolak Jihoon sambil terisak.

"Soo-yaa" panggil Rio dari ambang pintu, yang membuat Jisoo dan anak-anak kaget.

"Uncle" seru Jaehyuk dan Yoshi.

"Uncle tolong eomma uncle" tangis Yoshi makin menjadi, ia berlari menghampiri Rio dan menarik tangan kanan pria dewasa itu ke masuk ke dalam rumah nya.

Deg

Hati Rio rasanya seperti di remas, melihat wajah Jisoo penuh luka, wanita itu nampak kikuk, segan, malu dan takut pada Rio.

"Apa yang terjadi?" Kaget Rio, ia sangat mencemaskan dan mengkhawatirkan Jisoo.

"Ayo pindah ke kamar" ajak Rio, karena Jisoo hanya duduk bersimpuh di lantai, dan di kelilingi anak-anaknya

"A-aku tidak bisa berdiri oppa" jujur Jisoo melirik cemas pada anak-anak nya.

"Baiklah, aku bantu" Rio mengangkat tubuh Jisoo yang langsung meringis menahan nyeri.

"Kita harus ke dokter" bisik Rio sambil menggendong Jisoo memasuki kamar nya, karena anak-anak berada di belakang mereka, wanita itu menggeleng, Rio membaringkan tubuh Jisoo diatas ranjang nya.

"Kalian temani eomma dulu ne, Jihoon dan Yoshi tak perlu ke sekolah dulu" pinta Rio, ia tahu jika memaksa mereka ke sekolah malah akan membuat fokus mereka untuk belajar jadi hilang, karena memikirkan ibu nya di rumah.

"Jihoon, tolong ambilkan air minum untuk eomma" pinta Rio.

"Uncle beli obat lebih dulu" pamit nya, Jihoon menurut meski ia belum bisa berdamai dengan Rio, ia pun segera keluar menuju apotik.

Dan kembali lagi dengan kantong di tangan nya, Jihoon, Yoshi dan Jaehyuk menunggu masih dengan perasaan khawatir, mungkin mereka takut akan di tinggal sang ibu seperti ayah nya yang dulu tiba-tiba pergi tanpa pamit.

Rio menyeka luka memar di wajah Jisoo dengan kapas dan obat yang di beli nya tadi, ia juga membeli obat anti nyeri karena tahu, penyebab Jisoo tak bisa berdiri dan meringis kesakitan adalah luka di bagian kewanitaan nya, ya, Jisoo mengalami kekerasan dari salah tamu nya.

"Kamu sudah makan?" Tanya Rio, Jisoo menggeleng.

"Tunggu sebentar ne" Rio pun ke dapur untuk membuatkan sarapan bagi Jisoo dan anak-anak nya, seadanya karena tak banyak bahan yang Rio temukan di rumah itu, hanya nasi dan sayuran tanpa lauk.

"Jihoon hyung" panggil Rio pada si sulung, ia tak menyahut tapi langsung menoleh pada Rio.

"Ajak lah dongsaeng mu sarapan dulu" perintah Rio, Jihoon pun segera berdiri.

"Tolong bantu mereka ne" pinta Rio, Jihoon pun menggandeng Jaehyuk dan mengajak Yoshi keluar dari kamar orang tua nya.

"Maaf aku merepotkan mu oppa" sesal Jisoo tak enak.

"Aku tidak merasa di repotkan" Rio lalu menghampiri Jisoo sambil membawa sepiring nasi dan sayur yang Rio masak tadi.

"Makan ya, setelah itu minum obat nya" Rio mulai menyuapi Jisoo, dan memaksa nya untuk menghabiskan nasi nya.

"Kenapa tak mau ke dokter?" Tanya Rio setelah membantu Jisoo meminum obat.

"Aku takut nanti sampai ke polisi jika dokter tahu keadaan ku, aku tak ingin membuat anak-anak malu memiliki ibu seperti ku, meski nyata nya aku memang ibu yang tidak baik untuk mereka" Jisoo mulai bercerita sambil mengusap air mata yang sudah tak bisa ia tahan lagi.


"Aku ibu yang buruk, aku ibu yang kotor, aku ibu yang menjijikan, aku ibu yang. . . " rancau Jisoo dalam tangis nya.


"Sssttt. . . Jangan lanjutkan" Rio langsung memeluk Jisoo dan memotong ucapan nya, karena ia takut anak-anak akan mendengar nya.

"Kamu adalah ibu yang hebat untuk anak-anak mu, karena aku sendiri juga melihat bagaimana perjuangan mu demi mereka" ujar Rio.

"Eomma" panggil Jaehyuk di depan pintu, ia khawatir melihat sang ibu menangis, Rio pun kemudian menoleh dan melepas dekapan nya.

"Eomma menangis?" Tanya Yoshi, Jihoon menatap dingin dan marah pada Rio, karena berani memeluk ibu nya.

"Eomma kesakitan tadi, tapi sebentar lagi pasti akan sembuh karena uncle sudah membelikan obat tadi" jawab Jisoo yang tak ingin anak-anak nya semakin cemas.

"Aku pamit dulu Soo, nanti aku akan kemari lagi" pamit Rio yang hendak ke kantor.


"Ne, gumawo oppa" balas Jisoo.


"Uncle kerja dulu, kalian jangan kemana-mana, temani dan jaga eomma ok" pesan Rio pada Jihoon, Yoshi dan Jaehyuk.


"Ne uncle" jawab si tengah dan si bungsu


Rio pun lalu pergi kantor nya, ia berpapasan dengan Sean, sang dongsaeng.


"Hyung dari mana? Daddy mencari mu dari tadi" panik Sean.


"Aku dari rumah Jisoo" jawab Rio

"Untuk apa dan kenapa hyung ke sana?" Kaget Sean, ia curiga dengan hyung nya yang tak mungkin tiba-tiba berkunjung jika bukan karena ia memiliki perasaan pada Jisoo.


"Jisoo mengalami kekerasan dari salah satu pelanggan nya" jawab Rio dengan wajah sendu.

"Apa? Bagaimana keadaan nya?" Cemas Sean, kini dia yang terlihat mengkhawatirkan Jisoo.


"Nanti siang ikut lah hyung ke rumah nya" kata Rio.

"Baik hyung, sekarang temui daddy di ruangan nya" balas Sean, Rio pin segera beranjak menuju ke ruangan sang ayah.


Tok. . . Tok. . .


Ceklek


"Rio, masuklah, dan kenalkan ini pengacara Lee Donghae" ujar Yoong.

"Tuan Lee" sapa Rio membungkuk lalu menjabat tangan tamu ayah nya itu.


"Rio" balas Donghae

"Duduklah" ujar Yoong

"Daddy kemarin mendengar kamu menghajar Jungkook, dan guna bersiap-siap jika sampai ia mengajukan tuntutan, maka daddy mendatangkan pengacara Lee untuk membantu mu nanti" jelas Yoong.


"Ne daddy"




#TBC

The Way I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang