.Jangan lupa vote okay?
Sama komen biar semangat.
Pagi ini adalah pagi yg paling menggemparkan di hidup Eza sebab kakaknya menghilang pergi dari rumah
Sudah dua kali rumah minimalis itu di kelilingi Eza tapi tak kunjung menemukan kakaknya. Frustasi? Sudah pasti, Eza takut kakaknya melakukan hal hal berbahaya karena depresi
Baru saja Eza ingin pergi menggunakan motor tapi terhenti kala Xavier juga baru saja memberhentikan motornya di depan Eza "mau kemana Za?"
"Kakak kabur, gua takut dia nekat" cepat-cepat Eza mengenakan helmnya tidak memperdulikan Xavier yg masih diam mencerna omongan Eza
"Zas kabur? Kemana?"
"Gua juga gak tau anjing! Kalo gua tau pasti gua gak bakal sepanik ini" habis mengatakan itu Eza mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi lalu beberapa menit setelahnya Xavier ikut menyusul Eza
Perasaan Eza mulai kalut pada banyak kemungkinan, Eza benci pikirannya karena saat ini otaknya mulai merancang beberapa adegan bunuh diri yg bisa di lakukan Zas
"Apa mungkin dia ke pemakaman?" Tanya Xavier di balik helm full face namun masih terdengar oleh Eza
Tanpa menjawab Xavier, Eza memutar haluan motornya kearah sebaliknya untuk menuju pemakaman kota. Mungkin Zas ada disana di mana jasad Lev terakhir kali di kebumikan
Sesampainya disana benar saja. Zas ada di sana dengan keadaan menyedihkan, wanita itu tertidur di samping makan Lev, lengannya ia gunakan untuk memeluk gundukan tanah itu seolah yg sedang ia peluk adalah Lev. Di tangannya juga masih menggenggam erat foto kebersamaan dia dahulu saat bersama Lev
Sejenak Eza hanya menatap dari kejauhan, ini sungguh menyakitkan begitupun dengan Xavier yg berada di belakang Eza. Laki-laki itu diam meskipun rasa bersalah dalam dirinya makin membunuh akal kewarasannya
"Halo Ya"
"Halo kenapa Za?"
"Bisa dateng ke pemakaman kota sekarang juga?"
"Ngapain ih! Mumpung libur aku mau bersiin rumah"
"Jemput kak Zas"
"O-oh oke otw bentar ya" tak perduli Aya hanya memakai daster selutut, rambut dicepol, Aya langsung berlari mencari taksi menuju pemakaman kota
.
"Za, kak Zas mana?" Eza menunjuk dengan jarinya kearah sebuah makan di bawah pohon kamboja merah. Aya sedikit kesulitan karena makam itu banyak "yang mana satu ih, itu kan banyak" protes Aya
"Yg ada cewe tiduran di sana tuh" tunjuk Eza lagi dan Aya langsung diam membisu tak tahu harus berekspresi apa lagi karena seseorang di ujung sana terlihat mengenaskan
Pelan-pelan Aya menghampiri Zas yg masih tidur dengan nyaman di tanah pemakaman "kak Zas.... Kakak ngapain disini?" Zas langsung terbangun saat mendengar langkah kaki seseorang dan merasa ada seseorang yg menepuk lengannya
"Lho Aya, kirain siapa" tutur Zas cengengesan
"Aku tadi gak sengaja lewat sini, Aya anterin pulang ya?" Dan di angguki oleh Zas
"Tapi kita jalan kaki ya, Ya."
"Oke" mereka berdua jalan melewati pemakaman, Zas terlihat biasa biasa saja seperti orang normal lainnya. Dari kejauhan sana Eza dan Xavier mengikuti dua wanita mereka hingga di pinggir jalan Zas menemukan sebuah permen bekas ia memungut permen itu dan langsung memakannya "eh kak! Itu jorok" larang Aya tapi Zas tak memperdulikan hal itu ia terus berjalan tak peduli pada Aya
Aya mengejar Zas karena arah jalan pulang yg mereka lalui salah tapi Zas tak peduli. Wanita hamil itu terus berjalan lurus beberapa kali juga berhenti untuk melihat bungkus makanan. Zas pikir snack itu masih ada isinya tapi dia salah, snack itu hanya tinggal bungkus saja
Usai berhenti untuk memeriksa bungkus snack yg Zas temui di pinggir jalan, wanita itu lanjut berjalan padahal kepalanya terus berdenyut tak menentu. Kakinya pegal tapi ia tak memperdulikan hal itu, Zas sadar sebuah cairan berwarna merah merembas di bawah hidungnya cepat-cepat ia mengusap darah itu dengan punggung tangannya
"Kak Zas tungguin Aya. Kita salah jalan" teriak Aya dan Zas pun menyerah. Dia memilih berhenti di samping pohon mahoni sembari menunggu Aya datang
Di seberang jalan sana, Eza memilih menutup seluruh helm full face agar tidak ada seorangpun yg tahu jika dia sedang menangis saat ini. Kakaknya benar-benar sudah gila. Kakaknya gila!
Aya sudah duduk di samping Zas juga membawa sebotol air mineral dan sebungkus roti untuk Zas tentunya
"Ya, gua mau titip banyak sama lo""H-hah? Titip apa kak?"
"Titip Eza nanti ya, titip.... Dia juga" pandangan Aya jatuh pada perut Zas
"Maksud kakak?"
"Eza itu hal paling berharga di hidup gua, Ya. Gua bakal tenang banget kalo Eza bisa diperhatiin dan di rawat sama wanita kaya lo Ya"
"Eza memang kasar tapi dia penyayang. Dia kasar untuk buat orang yg dia sayang tetep baik-baik aja. Eza tempramen tapi di satu sisi dia bisa jadi lembut banget. Eza gak akan punya siapa-siapa lagi setelah gua gak ada nanti gua mohon tetep di sisi Eza ya Ya"
"Dan soal dia... Sering bilang ke dia kalo mamahnya ini sayang sama dia tapi dia hadirnya gak tepat" Tangan Zas mengusap bawah perutnya yg sedang keram, rasanya keram tapi Zas tidak tahu harus melampiaskan kesiapa jadi dia hanya mengusap lembut perut itu berharap semoga janin di dalam mau berhenti membuat perutnya keram setengah mati
"Erghh...." Wajah Zas sudah menunjukkan ekspresi kesakitan tapi usapan di perutnya semakin lembut "kak?! Kenapa?!"
"Gapapa, keram aja. Biasa" padahal Zas yg sedang merasakan keram tapi Zas mencoba menenangkan Aya agar tidak terlalu khawatir
.
Hujan turun amat lebat mungkin semesta tau jika Zas juga sedang di hantam badai kuat di hidupnya, dia melimpahkan emosinya lewat diri sendiri karena tidak ingin menyakiti orang lain. Zas sengaja menutup semua akses cahaya yg akan masuk kedalam kamarnya. Zas juga tidak menghidupkan lampu. Disini, di saat ini, di kondisi ini Zas akan melampiaskan apa yg tak bisa ia lampiaskan
Sudah banyak darah menetes dari pergelangan tangannya tapi nyatanya itu membuat Zas semakin candu. Rasa sakit ini tidak ada apa apanya dengan rasa sakit yg ia rasakan sendirian tanpa ada orang lain mengerti penderitaannya
Sudah tidak ada lagi air mata yg bisa menetes mungkin sudah kering. Nyatanya, air mata adalah obat paling ampuh untuk melampiaskan kesedihan tapi jika air mata sudah tidak bisa menjabarkan rasa sedih ini, derita ini, dengan apa lagi Zas harus menjabarkan kesakitannya
"Lev, aku mau ikut" di lantai marmer berwarna abu-abu Zas bersujud memegangi kepalanya, menjambak rambut kuat kuat untuk melampiaskan rasa ingin mati yg tumbuh setiap detik di kepalanya
Wanita itu mulai menutup matanya membiarkan luka di hati dan di tangannya menganga lebar. Ia hanya ingin sendiri untuk saat ini dan terus meyakinkan dirinya jika ia harus hidup beberapa bulan lagi
Setelah anak ini lahir maka ia akan bebas dari tubuh kotor ini.
Ia hanya ingin tidur di tempat yg sepi dan gelap.
Sampai orang orang mengingat dia hanya dengan nama dan dia melihat orang orang tanpa harus membuka mata
1100 kata
Pada kenyataannya
Zas memang sesakit itu, gak ada yg mengerti dia sebelum benar-benar ada di posisi dia sekarang
Zas juga bukan wanita yg akan berkoar-koar jika ia kesakitan, dia lebih memilih diam tanpa bersuara sedikitpun lalu pergi meninggalkan semua kesakitannya.
Jangan lupa vote oky?

KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER (END)
Teen FictionKecelakaan 7 bulan lalu membuat gadis cantik itu terbaring di kasur dengan mata tertutup sepanjang hari juga bunyi monitor sesekali menjadi alunan musik terfavorit Zaskya Tak lupa janin yang semakin hari semakin membesar didalam rahim 'putri tidur'...