Sekali

3.6K 131 7
                                    

.

Jangan lupa vote okay?

.

.



Derap langkah seseorang terasa mendekati sebuah pemakaman, lelaki itu berpakaian kucel, matanya sembab kelihatan habis menangis, hidungnya juga masih merah. Di letakkan sebuah buket bunga mawar hitam di tanah basah itu.

Di sampingnya, di letakkan juga satu buket mawar putih di gundukan tanah yang sudah di tumbuhi rumput-rumput kecil. Makam itu bersih dan terlihat rapi.

"Hai" sapa lelaki itu, suaranya bergetar tak karuan kala menerima kenyataan jika makam di depannya adalah orang yang paling ia sayang, baru semalam ia tertawa bahkan menyentuh tiap lekuk tubuh perempuan paling ia cintai ia sayangi tapi... Apakah ini hukuman yang tuhan rencana untuknya?

Harus sesakit ini dan semenderita ini? Jangan! Aku mohon jangan! Karena ini terlalu sakit untuk menjadi sebuah hukuman. Ini sungguh sakit tuhan... Sakit sekali tuhan.

Di usapnya nisan papan di hadapannya, ia elus nisan itu begitu khitmat seperti mengelus kepala seseorang yang sangat ia sayangi.

Nama : Zaskya Meicha
Wafat : 23 Januari
Tgl/bln lahir : 2000 - 05 - mei

Nama : Dyles Raxel Nandozraf
Wafat : 23 Januari
Tgl/bln lahir : 1999 - 14 - April

Air mata Xavier sudah tak bisa di tahan lagi, dia lelah berpura-pura baik di depan semua orang, bahkan kata kata ku pun tak mampu menjabarkan kesakitan Xavier saat ini. Rasanya sungguh menyesakkan, kemarin Xavier masih bisa melihat senyum Zas dan rambut hitam Zas tapi sekarang apa yang bisa ia lihat? Tak ada sebab wanita cantik itu sudah pergi.

Tak ada lagi wajah cantik yang selalu ia lihat sepulang bekerja, tak ada lagi wanita pendiam yang selalu ia buat marah dengan mencium pipinya secara tiba-tiba, tak ada lagi yang akan merawat kebun belakang rumahnya, sudah tak ada lagi seseorang yang akan memasakan sarapan untuknya meskipun itu hanya nasi putih yang di tambahkan minyak jelantah dan sedikit garam.

Sudah tidak ada lagi. Sekali lagi, sudah tidak ada lagi.

Perih menjalar di setiap sel tubuhnya apa lagi di dekat jantung, rasanya sungguh sakit! Xavier sampai tak bisa bernafas sangking sesaknya melihat pemandangan ini.

"Zas..." kata Xavier bersuara parau.

"Bidadari gua sekarang udah jadi bidadari beneran, ya kan sayang?" Sayang? Apakah Xavier terlambat untuk memanggil perempuan kesayangannya itu dengan sebutan sayang. Dia jadi sangat menyesal kenapa tidak dari dahulu saja dia memanggil Zas sayang, kenapa tidak dari dahulu saja dia memperlakukan Zas layaknya bidadari sesungguhnya.

Dia punya banyak kesalahan dengan Zas dan dia belum minta maaf tapi Zas.... Perempuan itu sudah meninggalkannya dahulu tanpa kata pamit. Pasti selalu secara tiba-tiba, tiba-tiba Zas datang kehidup Xavier lewat cara yang tak terduga, tiba-tiba Xavier suka dengan Zas, tiba-tiba hamil, tiba-tiba rasa suka itu makin lekat dengan mereka tinggal berdua, dan tiba-tiba meninggalkannya.

"Zas... Ini bohong 'kan? Ini mimpi 'kan?! Lo gak boleh ninggalin gua Zaskya!!" Teriak lelaki itu, urat lehernya timbul sangking kuatnya ia berteriak bahkan suaranya sudah berubah serak.

Xavier bersujud di depan makam Zas, ia bersujud berharap setelah ini Zasnya  akan kembali lagi. Tanah basah yang ia kepal menjadi bukti seberapa hancur raga itu atas kehilangan separuh dari hidupnya.

XAVIER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang