Jangan lupa vote okay?
Sama komen soal harinya gimana gitu lho.
.
Karena perdebatan tengah malam itu, mereka tidur saling berbeda arah. Xavier kearah jendela kecil yang langsung menghadap hutan sedangkan Zas menghadap lemari pakaian.
Terbiasa hidup berkecukupan, semuanya ada tanpa di minta, tersedia secara percuma hanya untuk membuat dua pasang manusia tanpa ikatan itu nyaman. Hal itu membuat salah satu dari mereka tidak bisa menyesuaikan diri di tengah kondisi sekarat seperti ini.
Xavier tidak bisa tidur dari tadi karena kasur yang mereka tempati hanya berukuran 6 kaki itu pun di bawah. Hanya di lapisi seprai tipis yang juga mereka pakai sebagai selimut seperti sekarang ini.
Badan Xavier terbiasa tidur di kasur king size yang empuknya sudah tidak perlu di ragukan lagi lalu di lapisi bedcover katun yang apa bila di sentuh tangan akan terasa dingin. Dan dia tidak akan seperti sekarang, kedinginan hanya di selimuti kain tipis.
"Zas gak ada kain lagi? Gua kedinginan."
"Kalo ga ada kain setidaknya peluk kek! Parah banget." Geremang Xavier kesal sendiri tak di jawab oleh Zas padahal dia tau jika Zas tidak bisa tertidur sebelum subuh tiba tapi memang dasar Zas aja yang tidak mau menjawab.
"Zas panas gak sih? Besok gua bawa dah AC di rumah pindahin kesini"
"Banyak nyamuk gak sih?! Muka gua di gigitin bentol-bentol"
"Anjim nih rumah banyak bet debunya"
"Berisik banget kodoknya aargh!"
"Suara ujannya kok kedengaran jelas banget sih! Berisik! Gua gak bisa tidur!"
"Anjing! Cicaknya kawin!" Heboh Xavier melihat cicak di asbes kamarnya yang sedang kawin sekaligus mengeluarkan suara melengking yang membuat tidur Xavier makin terganggu.
Disisi lain, di benak Zas. Wanita itu hanya memejamkan matanya, ya benar! Meskipun dia masih terjaga tapi dia sama sekali tak ingin berbicara atau melihat Xavier, itu mengganggu ketenangannya.
Di dalam otaknya berfikir, Xavier dan Lev jelas berbeda jauh. Sangat.
Xavier yang tidak terbiasa hidup seperti ini, hidup sederhana yang tidak bisa membuat Xavier tenang. Dan dia harus memenuhi segala kebutuhan yang di butuhkan layaknya orang berumah tangga lainnya.Sedangkan Lev, lelaki itu malah telak memberitahu Zas jika ia ingin hidup sederhana bersama Zas, membangun sebuah rumah sederhana yang memiliki halaman luas serta pemandangan danau kecil di depan rumahnya agar bisa di pandangi setiap waktu. Itu semua cita-cita Lev yang juga menjadi cita-cita Zas.
Lev, lelaki hebat itu juga ingin jika Zas hanya bergantung padanya. Dia mencalonkan diri agar Zas meminta apapun kepadanya dengan uangnya sendiri hasil kerja dan usahanya sendiri. Bagi Lev, meminta menteri pada orang tua adalah hal yang memalukan, mengingat dia juga harus membayar pajak rumah yang ia beli di negara Swiss, rumah impian mereka, rumah sederhana yang ia dapat dari hasil kerja kerasnya sendiri.
Lagi lagi Zas menjadi orang jahat karena membandingkan binatang dan manusia, tentunya Xavier sebagai binatang dan Lev sudah pasti yang jadi manusianya.
Tiada sehari pun tanpa membandingkan Xavier dan Lev dan tidak ada sehari pun dalam detak Zas tanpa merindukan Lev. Kekasih jiwanya yang sialnya pergi tanpa bilang kepadanya padahal sudah membawa separuh dari hidup Zas.
Seluruh hal tentang Lev kenapa jadi sangat menyakitkan? Padahal dulu sangat indah demi tuhan.
Tidak akan ada lagi dada yang menjadi tempat ia bersandar, tidak ada lagi telinga tempat ia bercerita kesehariannya, tidak ada lagi tangan yang mengulur saat Zas jatuh di titik paling rendah di hidupnya, tidak ada lagi hal yang membuat Zas bergerak maju karena sanggahan dari Lev.

KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER (END)
Teen FictionKecelakaan 7 bulan lalu membuat gadis cantik itu terbaring di kasur dengan mata tertutup sepanjang hari juga bunyi monitor sesekali menjadi alunan musik terfavorit Zaskya Tak lupa janin yang semakin hari semakin membesar didalam rahim 'putri tidur'...