Jangan lupa vote okay?
.
.
Malam ini Zas tidak bisa tidur karena Xavier belum kembali padahal sudah jam satu pagi, rutinitas Zas belakangan ini adalah menunggu Xavier pulang setiap malam karena lelaki itu pulang semkain larut saja semkain harinya.
Zas sudah baru saja akan ke dapur tapi suara derum motor Xavier terdengar, wanita itu cepat-cepat membukakan pintu untuk Xavier "Dari mana malem banget baliknya"
"Maaf, nungguin ya? Cie nungguin gua balik ya" lelaki itu suka sekali menggoda Zas, dan godaan itu berhasil membuat Zas emosi sendiri. Entah karena tembakan Xavier benar oleh karena itu dia emosi atau karena tebakan Xavier salah oleh karena itu dia marah.
"Lama banget ya nungguinnya? Maaf ya tadi ada job, sayangkan kalo di lewatin lumayan juga hadiahnya"
"Oh pantesan" Zas hanya ber oh, sejak kandungannya sudah sembilan bulan, Xavier makin sering meninggalkannya. Ingin mengeluh tapi sadar dia bukan siapa siapa Xavier yang ada nanti dia jadi beban jika meminta Xavier agar selalu bersamanya.
"Mau mandi dulu atau makan dulu?" Tanya Zas kembali.
"Mandi dulu"
"Ya udah mandi aja dulu biar gua panasi lauk" wanita itu berjalan kearah dapur. Xavier hanya menatap wanitanya itu, tidakkah Xavier harus bersyukur atas kehadiran Zas? Sungguh sudah beribu kali Xavier berkoar jika dia sangat bersyukur atas kehadiran Zas tapi rasanya masih tak cukup.
"Tadi di rumah ngapain aja, hm?"
"Bersiin rumah sama bersihin kebun, terus jalan sore sampe jam tujuh, gak kerasa tapi pas liat jam eh taunya udah jam tujuh aja" kata Zas sambil memanaskan lauk yang ia masak sendiri hasil dari kebunnya sendiri.
"Zas kan udah gua bilangin jangan cape cape, jangan banyak gerak nanti kenapa napa"
"Kata dokter harus banyak gerak biar pembukaannya cepet"
"Ya kalo lama kenapa emang?"
"Sakit lah, gua kan gak tahan sakit"
"Kok makin cantik sih?" Xavier memang selalu memujinya satu minggu ini. Di hadapan Xavier, Zas terlihat sangat cantik, dia memang cantik tapi satu minggu penuh ini wanita itu sangat sangat cantik, sumpah.
Aura ibu hamil terpancar di setiap gerak geriknya, dari cara Zas berjalan, berbicara, tertawa, tidur, menatap, makan, memasak, menjemur pakaian, semuanya! Semuanya cantik!
"Deket lahiran makin cantik aja, heran"
"Iya yah? Padahal panas-panasan terus di kebun"
"Tapi makin cantik, cantik banget" sebelum melesat ke kamar mandi, Xavier menghampiri wanita yang sedang memasak di dapur itu, ia cium sekilas pipi Zas agar wanita itu marah. Ah, ini memang sudah jadi kebiasaan Xavier sekarang dan Zas selalu marah karena ia pikir jorok.
Xavier memeluk tubuh Zas dari belakang, kedua tangannya ia selipkan pada perut besar Zas. Ia elus perut itu amat sangat lembut "baby nyusahin mamah gak hari ini?"
"Perasaan kan nyusahin terus, kapan gak nyusahin nya?" Jawab Zas ceplas-ceplos tak peduli reaksi dari ayah sang anak di kandangnya. "Anak sendiri Zas, gapapa mamah emang agak jahat tapi baik kok. Kalo mamah jahat kan masih ada papah yang baik sama kalian"
"Jijik gua"
"Mamah mu memang gitu, gak bisa di ajak romantis" sambil berucap begitu Xavier menghirup dalam dalam aroma leher Zas, sesekali ia mengecupi leher putih itu.
"Mwuah wangi banget, cantik banget lagi" tak habis habisnya Xavier memuja Zas sampai Zas bosan sendiri karena itu itu saja kata kata yang Xavier ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER (END)
JugendliteraturKecelakaan 7 bulan lalu membuat gadis cantik itu terbaring di kasur dengan mata tertutup sepanjang hari juga bunyi monitor sesekali menjadi alunan musik terfavorit Zaskya Tak lupa janin yang semakin hari semakin membesar didalam rahim 'putri tidur'...