Jangan lupa vote okay?
.
.
.
"Uhek!"
"Uhek! Uhek!" Air liur menetes-netes dari bibir pucat perempuan hamil itu, ia sudah tidak mempedulikan dimana ia duduk sekarang yang terpenting ia bisa menghilangkan rasa mual yang terus-menerus berputar di perutnya hilang.
Saat ini ia duduk bersimpuh di lantai kamar mandinya yang sedikit basah mengakibatkan dress selutut nya ikut basah terkana air. "Uhek! Xavier!" Ini yang kedua kalinya Zas memanggil Xavier namun yang di panggil belum kunjung bangun dari tidur paginya sedangkan disini Zas sudah mati-matian menahan diri agar tidak pingsan di kamar mandi.
"Mual lagi? Muntahin aja semuanya dulu setelah itu baru bisa enakan. Percaya deh" Xavier berjalan mendekati Zas lalu tangannya tergerak mengepal rambut panjang berwarna hitam milik Zas sedangkan tangan satunya lagi ia gunakan untuk mengurut tengkuk leher Zas.
Sepertinya wanita itu sudah tidak mampu lagi bicara, ia langsung berdiri tanpa menjawab saran Xavier. Wajahnya pucat sekali hampir menguning pandangnya dan nafasnya terasa sesak seketika. "Gua gendong ya? Muka lo pucet banget Zas"
Tanpa persetujuan si pemilik tubuh, lelaki itu menggendong wanitanya hingga kamar lalu langsung menyelimuti tubuh Zas yang makin hari bukannya makin gemuk melainkan makin kurus saja. "Buat susu ya?" Ia menggeleng tak bertenaga.
"Mau buat teh manis aja?" Kembali, ia menggeleng tak enak. "Terus mau apa Zaskya...."
"Mau tidur aja" air mata Zas menetes ketika ucapan itu terlontar dari bibirnya. Saat ini ia benar-benar tak ingin melakukan apa apa selain berdiam diri, kepalanya berputar sakit, nafasnya berganti dengan sesak, matanya menguning apa lagi isi perutnya yang makin hari makin menjengkelkan saja
Xavier memilih duduk di bibir ranjang tepatnya di samping tubuh Zas. Ia usap dengan lembut anak anak rambut yang sudah lepek terkena keringat dingin Zas, tadi. Ia tahu kepala yang sedang ia usap ini ingin meledak ledak sekarang juga. "Gua tinggal kerja gapapa?"
Perempuan itu tak bergeming juga tak bereaksi dia masih tetap sama seperti posisi tadi yaitu tidur ikut memejamkan mata menghadap ke arah kiri tepat dimana Xavier duduk di sampingnya. "Beneran gak enak banget ya Zas?" Masih sama lagi, Zas masih tak bereaksi sedikit pun. Hal itu membuat Xavier makin ragu meninggalkan Zas sendirian di rumah dengan keadaan seperti ini.
"Uhek!" Tangan Xavier cekatan menadah mulut Zas yang mengeluarkan cairan liur bening. Tiba-tiba saja isi perut Zas mendadak ingin keluar bila perlu di ikuti seluruh organ dalamnya sekaligus sangking mualnya ia. "Uhek!" Tangan Xavier masih menadah muntahan Zas. Ia begitu kasihan terhadap wanita di depannya itu. Jika boleh di bagi biarlah dia yang merasakan sakitnya menjadi Zas sekarang agar perempuan yang amat ia cintai itu tak merasakan sakit sedikit pun.
"Ke kamar mandi ya? Atau ke wastafel aja?" Zas menggeleng menjawab pertanyaan Xavier. Perempuan itu menggeleng lemas seperti manusia tak memiliki tulang lalu ia kembali menjatuhkan dirinya ke atas kasur kerasnya, hampir mati saja ia rasanya jika mual mual seperti ini. "Gua gapapa, Xavier. Lo gak usah khawatirin gua nanti juga sembuh sendiri, kaya biasa."
"Tapi ini parah banget, gak biasa lo kaya gini. Apa kita kerumah sakit aja? Mau?"
"Gak usah, gua gak apa apa lagian gua gak mau ngerepotin lo"
"Apanya lagi sih Zas yang ngerepotin gua? Setiap gua tawarin ini itu lo selalu bilang ngerepotin gua. Lo itu ibu dari anak anak gua, perempuan yang lagi ngandung anak gua jadi gak ada yang di repotin disini, Zas." Ketus Xavier habisnya ia sudah hampir kehabisan kata untuk menjelaskan pada Zas jika Zas tidak pernah merepotkannya tapi Zas selalu mengganggap dirinya adalah benalu yang selalu menggerogoti sang induk pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER (END)
Teen FictionKecelakaan 7 bulan lalu membuat gadis cantik itu terbaring di kasur dengan mata tertutup sepanjang hari juga bunyi monitor sesekali menjadi alunan musik terfavorit Zaskya Tak lupa janin yang semakin hari semakin membesar didalam rahim 'putri tidur'...