Jangan lupa vote
Sama komen okay!
..
"Za tolong kamu pikirin lagi soal ini Za, ini gak menyangkut kamu dan Xavier aja tapi nyawa baru yg udah hadir di rahim kak Zas beberapa bulan ini bahkan mungkin nyawa itu udah bisa berdetak" Aya masih mencoba meluluhkan hati batu Eza, di dalam mobil mereka sudah sempat bertekak karena Aya yg kukuh ingin Eza memikirkan anak dalam rahim Zas tapi Eza yg tetap kekeuh pada pendiriannya ingin membunuhnya dan mencari keadilan untuk kakaknya
Bukan salah Eza jika ia bersikap seperti ini. Zas, kakaknya kecelakaan akibat Xavier yg membawa mobil dengan kecepatan tinggi pada malam gerimis itu lalu koma berbulan bulan dan di perkosa hingga hamil. Ini cukup pedih untuk Zas, kakaknya
Belum lagi Lev yg tewas di tempat juga karena kecerobohan Xavier yg sudah jelas-jelas jika jalanan itu adalah persimpangan tapi kenapa masih mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi
"KAKAK AKU KOMA DAN DI PERKOSA SAMPE HAMIL AYA!" teriak Eza pada Aya yg langsung membuat Aya diam seribu bahasa karena takut dan kaget
Aya terdiam mencoba mencerna apa yg Eza ucapkan barusan. Ia baru sadar jika memang Zas harus mendapat keadilan tapi anak itu juga tidak bersalah! Anak itu tidak harus mati karena tercipta dari sebuah kesalahan
"Tapi anak itu gak bersalah Za, dia gak pernah minta di lahirkan di dunia ini, dia gak bisa memilih ingin lahir di rahim siapa, dia gak bisa memilih ingin terlahir dari hubungan apa, dia gak bersalah sama sekali tapi kamu buat dia seolah-olah jadi pelaku, jadi akar dari masalah ini"
"Dengan cara pikir kamu kaya gitu, kamu buat aku jadi tahu gimana sudut pandang orang orang sama anak kaya aku yg tercipta dari hubungan haram. Dia sama kaya aku Za, dia gak pernah ingin di lahirkan di dunia ini tapi lingkungan dan orang-orang seperti kamu yg buat anak yg gak di harapkan ini ingin mati setiap detiknya"
Air mata Aya jatuh tak bisa di bendung lagi, gadis itu tahu bagaimana perasaan janin yg ada di rahim Zas saat ini. Dia tahu betul bagaimana sakitnya saat teman-temannya memukulinya dan bercemoh "anak haram harus di giniin biar mati" karena tercipta dari hubungan haram. Lalu orang-orang yg memandangnya rendah dan melemparinya dengan batu ketika lewat
"Dia sama kaya aku Za...." Lirihnya
"Tiap menit aku selalu ingin mati karena orang-orang kaya kamu. Kamu buat aku takut Za, kamu buat aku mikir memang udah gak ada lagi orang yg benar-benar tulus sayang sama aku" bibir Eza bisu, bungkam karena ia tak memiliki kalimat lagi untuk membalas argumen Aya dan bungkam karena.... Kenapa ia tak berfikir sampai sana? Kenapa pikirannya begitu sempit tapi ia tak salah! Eza tidak salah! Zas kakaknya dan kakaknya harus mendapat keadilan yg sepantasnya setelah semua hal yg Zas lewati sendirian
"Kamu gak bakal ngerti Ya apa yg aku rasain sebelum kamu benar-benar ada di posisi aku" Eza menutup argumen dengan pergi tanpa memperdulikan Aya
Eza muak dengan orang-orang yg membenarkan kejadian ini dan tidak ada yg membela dia untuk mengasihi keadilan pada kakaknya
Aya kesal dengan Eza karena bertindak kekanak-kanakan dengan menyudutkan janin tak berdosa itu juga memukuli Xavier hingga lelaki itu tak sadarkan diri
Entah Eza yg salah atau Aya yg terlalu labil, mereka berdua sama sama ingin pendapatnya di hargai dan di benarkan
"Eza! Apa kaya gini kamu nyelesaiin masalah? Dengan pergi?" Mata Aya menatap punggung lebar Eza yg berhenti. Hanya berhenti tapi sama sekali tak ingin berbalik
"Za, kamu cinta 'kan sama aku? Kamu sayang 'kan sama aku?"
"Apa lagi sih Ya?? Jangan memperumit keadaan"
"Kamu sayang sama aku? Kamu cinta?" Pertanyaan ini berhasil membuat Eza mau membalikkan badannya menatap Aya
"Iya lah!"
"Gimana kalo kamu di posisi Xavier? Apa kamu tega bunuh janin yg ada di rahim aku? Darah daging kamu, ya meskipun janin itu hadir dari hubungan gelap, hubungan tanpa status" Eza menatap dalam mata Aya, tatapan itu adalah tatapan yg paling Aya hindari dari Eza karena sangat mengintimidasi
"Aku pilih opsi pertama" yang berarti Eza tega membunuh janin itu meskipun berada di rahim Aya
Diam. Mereka berdua diam saling menyelami pikiran masing-masing
.
"Zas lo gak boleh pergi, lo gak boleh ninggalin gua, baby juga gak boleh pergi ninggalin papah! Pokoknya gak boleh! Gak ada yg boleh pergi dan gak ada yg bisa buat kalian pergi" mungkin ini hari terakhir Xavier bersama dengan Zas karena setelah ini semuanya sudah usai. Xavier memeluk tubuh tak berdaya Zas, memeluknya sangat erat seolah tak ada yg boleh ngambil miliknya, menempelkan kepalanya pada dada Zas untuk mendengar detak jantung wanita itu
"Baby sayang papah kan? Jangan tinggalin papah ya, bujuk mamah juga biar gak ningggalin kita ya, tapi kalo mamah gak mau sama kita.... Ya udah gak apa apa, papah masih punya baby itu aja udah lebih dari cukup" Xavier mengecup perut membuncit milik Zas, mengecupnya penuh sayang
Xavier benar-benar sudah putus asa, jalan agar ia bersemangat menjalani hidup sudah buntu, tidak ada lagi siapapun yg bisa membantunya kecuali.... Ando
Cepat cepat Xavier menyambar jaketnya untuk pulang kerumahnya, ia harus bicara dengan Ando kali ini.
Di rumah megah milik keluarga Altair, Xavier Shehzal Altair laki laki itu sudah duduk di ruang keluarga mereka dengan Ando di hadapannya dan Sandra serta mamahnya yg menjadi pendengar pasif
"Cepet bilang hal apa yg pengen kamu bilang, saya gak punya banyak waktu buat manusia binatang seperti kamu" tegas Ando memalingkan wajahnya tidak ingin menatap adik laki-laki satu-satunya itu
Di dalam lubuk hati Ando ia begitu tak tega pada Xavier saat pertama kali melihat adiknya itu lebih kurus dari beberapa bulan yg lalu, rambutnya juga sudah panjang acak-acakan tidak seperti dulu yg selalu rapi, pakaiannya juga kucel dan di bagian bahu sudah koyak tapi tetap di pakai oleh Xavier. Sepatu lelaki itu juga sudah menganga di bagian depan. Ia sungguh ingin memeluk Xavier tapi terhalang oleh rasa kecewa di masa lalu
"Kak bantu Vier, keluarga Zas. Adik Zas mau ambil alih Zas dan anak aku bakal di gugurin secara paksa dalam waktu dekat ini. Vier gak tau lagi harus minta tolong kesiapa lagi selain kakak. Sekali ini aja bantu Vier kak siap itu terserah kakak mau mukulin aku sampe mati juga gak apa apa kak"
"Keluarga Zas mau ambil alih Zas? Dan anak kamu mau di gugurin secara paksa?! Apa apaan mereka!"
"Kak tolongin Vier sekali ini aja, Vier tau semuanya memang bakal terbongkar tapi Vier gak bisa relain Zas di ambil alih sama keluarganya dan anak Vier bakal di gugurin secara paksa. Kalo pun memang keberadaan anak Vier sehina itu.... Biarin dia lahir dulu di dunia setelahnya Vier bakal ambil hak asuhnya dan bakal rawat anak itu sendiri. Vier udah terlanjur sayang, kak"
"Sekali ini aja bantu Vier kak" Vier bersimpuh di bawah kaki Ando memohon pada Ando agar mau memaafkannya dan membantunya
Tak peduli dengan rasa malu karena sudah berapa kali ia bersujud atau bersimpuh di bawah kaki seseorang yg terpenting sekarang, Zas gak pergi dan anak gua gak pergi.
"Zas itu anak paling tua plus anak perempuan satu-satunya dari keluarga Adiancha. Bakal sulit buat ngelawan titah mereka apa lagi mengingat jaringan keluarganya yg sangat luas. Buat ngambil Zas sekarang dan
mindahin Zas keluar negeri bukanlah hal sulit buat mereka""Bakal sulit ngelawan mereka, apa lagi adiknya Zas. Remaja itu sudah di pegangin kekuasaan karena hampir seluruh saham tambang keluarga mereka sudah di atas namakan namanya jadi akan sangat sulit untuk bisa melangkah satu langkah di depan dari dia"
"Ando..... Jangan biarin mereka ambil cucu mamah, biar seperti itu Vier tetap anak mamah dan janin itu adalah cucu mamah"
"Sayang, kamu keatas temenin Sea biar masalah ini aku sama Vier yg cari solusinya" suruh Ando agar Sandra tidak ikut campur terlalu jauh dalam masalah ini
Sandra hanya mengangguk mengerti lalu pergi meninggalkan kakak beradik itu berfikir sepanjang malam.
Jangan lupa vote
Sama komen okay!1300 kata

KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER (END)
Teen FictionKecelakaan 7 bulan lalu membuat gadis cantik itu terbaring di kasur dengan mata tertutup sepanjang hari juga bunyi monitor sesekali menjadi alunan musik terfavorit Zaskya Tak lupa janin yang semakin hari semakin membesar didalam rahim 'putri tidur'...