Cerita

1.7K 85 1
                                    



.

Hai jangan lupa vote okay?
Komen dong biar semangat ngetiknya

.

.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam tapi area balap liar itu masih ramai meskipun hujan tiba-tiba mengguyur aspal hitam itu

Hanya tinggal satu putaran lagi maka Xavier akan memenangkan balapan ini "ayo vier tinggal satu putaran lagi, demi Zas!" Kalimat itu yg sejak tadi ia lontarkan meskipun tubuhnya sudah sedingin es karena hujan lebat menyapu tubuhnya juga karena membawa motor dengan kecepatan tinggi membuat rintik hujan terasa seperti anak panah yg menusuk dadanya

"YES! Gak sia-sia gua ngeluarin duit banyak buat taruhan"

"Vier memang jago anjir"

"Iya, menang banyak hahaha"

Lagi-lagi balapan ini dimenangkan oleh Xavier Shehzal Altair, si raja jalanan dengan sejuta pesona malaikat

Setelah membuka helm kebanggaannya Vier menyipitkan matanya, matanya menangkap seseorang yg ia kenal

"EZA!" Panggilnya pada seorang remaja lelaki yg hendak pergi juga dari lokasi balapan itu

Yg di panggil pun menoleh tapi sama sekali tidak menunjukkan ekspresi lalu kembali memakai helm full face nya dan pergi dari sana. Xavier masih tak mau menyerah, ia mengikuti Eza juga dari belakang

Hingga tibalah mereka berdua di kompleks perumahan mewah, Xavier masih tanda itu rumah siapa meskipun hari sudah gelap dan hujan semakin lebat. Itu rumah Zas, ralatnya rumah Zas dan Lev

"Lo ngapain sih ngikutin gua anjir gua kira begal"

"Ujan"

"Iya gua tau sat makanya itu lo ngapa malah ngikutin gua"

"Gak tau gua, ngikutin insting aja" jawab Vier santai

Eza membuka pintu rumahnya dan tanpa di suruh masuk Vier sudah masuk dahulu. Gelap. Rumah itu begitu gelap tidak ada penerangan sedikit pun kecuali dari lampu Akuarium, hanya dari lampu akuarium yg terlihat di ruangan tamu itu

Tek

Suara saklar lampu dan semua lampu sudah hidup, rumah yg tadinya gelap gulita menjadi sangat ramah saat lampunya sudah hidup

"Za gua nginep sini ya?"

"Dah gua dugong___Em.... Tapi gak ada kamar kosong"

"Ya udah kongsi aja sekamar ama lo"

"Kamar bonyok gua privasi, kamar tamu lagi berantakan soalnya jadi tempat nyimpen barang bekas, kamar gua juga privasi bang. Kamar kakak gua mau gak?"

"Boleh"

"Tapi kok gua rada gak ikhlas ya kamar kakak gua ditempatin orang lain"

"Semalem doang, gak bakal gua apa-apain juga tuh barang kakak lo"

"Oke" usai mengatakan itu Eza naik keatas menuju kamarnya yg ada di lantai dua. Berbeda dengan Vier yg masih terpaku oleh foto-foto kebersamaan Zas dengan Lev

Perlahan Vier membuka kamar itu, harumnya masih sama seperti terakhir kali ia datang. Harum lautan dan udara gunung apa lagi disaat hujan begini harum udara gunung di kamar itu semakin lekat

"Ahh" nyaman. Kasur Zas sangat nyaman dan bersih tidak hanya itu kamarnya juga sangat rapi dan terkesan simple. Jika kamar anak remajanya perempuan lainnya akan di penuhi poster idolnya maka Zas berbeda, lukisan abstrak yg memenuhi tiap sudut ruangan kamar Zas

XAVIER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang